KURUME, KOMPAS.COM – Dua orang pekerja bangunan, termasuk seorang warga negara Indonesia (WNI), tewas dalam insiden runtuhnya sebuah gedung saat proses pembongkaran di kota Kurume, Prefektur Fukuoka, Jepang barat daya, Selasa (15/7/2025).
Korban tewas adalah Sakti Rahmadani Saputro (23), seorang peserta magang teknis asal Indonesia, dan Yoshinori Yoshitani (41), manajer lapangan, warga negara Jepang.
Keduanya ditemukan dalam kondisi luka berat dan dinyatakan meninggal dunia setelah dilarikan ke rumah sakit.
Baca juga: Truk Nyaris Jatuh dari Jembatan Ambruk di Guizhou China, Tergelantung di Atas
Gedung dua lantai yang dibangun pada tahun 1969 itu sedang dalam proses pembongkaran ketika tiba-tiba ambruk sekitar pukul 13.40 waktu setempat.
Bangunan yang telah kosong selama lebih dari 10 tahun itu berada di Distrik Mutsumonmachi, sekitar 700 meter dari Stasiun Nishitetsu Kurume.
Menurut pihak kepolisian dan dinas pemadam kebakaran, saat kejadian terdapat enam pekerja di lokasi.
Tiga di antaranya berhasil menyelamatkan diri setelah mendengar suara runtuhan, sementara tiga lainnya terjebak di bawah puing.
“Ketika saya keluar, bangunannya sudah miring tajam dan debu beterbangan ke mana-mana,” ujar seorang saksi mata berusia 50-an tahun.
“Salah satu pekerja tampak panik, berdiri menghadap reruntuhan sambil berteriak, ‘Jawab aku!’,” tambahnya.
Baca juga: Lubang Galian Ambruk di Nigeria, 11 Anak Tewas Tertimbun
Satu orang pejalan kaki yang kebetulan berada di dekat lokasi juga turut menjadi korban. Ia terjatuh dan mengalami luka di bagian kepala, meskipun kondisinya dilaporkan tidak membahayakan nyawa.
Penyelidikan masih berlangsung untuk mengungkap penyebab pasti runtuhnya bangunan.
Kepolisian setempat telah membuka investigasi mendalam, sementara kantor pengawasan ketenagakerjaan akan mengklasifikasikan peristiwa ini sebagai kecelakaan kerja.
Pemerintah Indonesia melalui perwakilannya di Jepang juga dilaporkan telah menerima informasi dan tengah berkoordinasi untuk proses penanganan lebih lanjut terhadap jenazah korban.
Kini, banyak pihak mendesak agar evaluasi menyeluruh dilakukan, terutama menyangkut kondisi struktur gedung tua yang kerap menjadi tempat magang para pekerja asing.
Baca juga: Atap Diskotek di Republik Dominika Ambruk, 218 Tewas