Ragamharian.com – Jakarta – Ancaman bom terhadap pesawat Saudia Airlines kembali terjadi. Kali ini, penerbangan SV 5688 yang membawa 376 jemaah haji Kloter 33 Debarkasi Surabaya pada Sabtu, 21 Juni 2025, menjadi target. Ini merupakan ancaman kedua dalam waktu singkat, setelah insiden serupa menimpa penerbangan SV-5276 pada Selasa, 17 Juni 2025. Menko Polhukam Budi Gunawan menegaskan bahwa TNI, Polri, dan BNPT telah diinstruksikan untuk menindaklanjuti informasi tersebut. Kerjasama dengan otoritas penerbangan Arab Saudi (OEJN) pun telah terjalin untuk memastikan penanganan yang serius, profesional, dan terkoordinasi.
Penerbangan SV 5688, yang rencananya akan mendarat di Surabaya pada Minggu, 22 Juni 2025 pukul 03.30 WIB, sempat menjadi perhatian. Kementerian Perhubungan mengkonfirmasi bahwa ancaman tersebut diterima melalui telepon oleh petugas Air Traffic Control (ATC) di Jakarta Area Control Center (ACC), yang diteruskan dari Kuala Lumpur ACC. Uniknya, informasi rute yang diterima berbeda dengan rute penerbangan sebenarnya, yaitu Jeddah-Muscat (Oman)-Surabaya. Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F. Laisa, menjelaskan bahwa penerbangan telah ditangani sesuai protokol dan setelah penyelidikan menyeluruh, ancaman tersebut dinyatakan tidak berdasar dan dikategorikan sebagai hoaks. Sebagai langkah antisipasi, Kementerian Perhubungan telah berkoordinasi dengan Otoritas Penerbangan Sipil Saudi (GACA) untuk meningkatkan keamanan penerbangan.
Ancaman bom sebelumnya terhadap penerbangan SV-5276 pada 17 Juni 2025, pukul 07.30 WIB, disampaikan melalui surat elektronik. Pesawat dengan nomor registrasi HZ-AK32 rute Jeddah-Jakarta (Bandar Udara Soekarno-Hatta) yang membawa 442 jemaah haji Kloter 12 Debarkasi Jakarta-Bekasi menjadi target ancaman. Hal ini memaksa pilot melakukan pendaratan darurat di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, pukul 10.44 WIB.
Juru bicara Tim Densus 88 Antiteror Polri, Ajun Komisaris Besar Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk mengidentifikasi pelaku, yang diduga merupakan warga negara asing (WNA). Kerja sama dengan otoritas Arab Saudi juga dilakukan mengingat aset yang diancam merupakan milik negara tersebut. Densus 88 saat ini tengah menyelidiki asal usul ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Kasus ini menggarisbawahi pentingnya kewaspadaan dan kolaborasi antar lembaga dalam menghadapi ancaman terhadap keamanan penerbangan.