Ragamharian.com – Jakarta – Iran dan Israel terlibat dalam aksi serangan balasan yang saling tuduh pada Sabtu dini hari, 21 Juni 2025. Ketegangan ini meningkat setelah Teheran menyatakan penolakannya untuk bernegosiasi mengenai program nuklirnya selama masih merasa terancam, seperti yang dilaporkan Arab News.
Sekitar pukul 02.30 waktu Israel, militer Israel mendeteksi serangan rudal dari Iran, memicu sirene serangan udara di seluruh Israel tengah, termasuk Tel Aviv dan Tepi Barat yang diduduki Israel. Intersepsi rudal terlihat di langit Tel Aviv, dengan ledakan menggema di wilayah metropolitan tersebut saat sistem pertahanan udara Israel merespon.
Israel mengklaim telah membunuh tiga komandan senior Garda Revolusi Iran. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan pembunuhan Saeed Izadi, komandan veteran yang memimpin Korps Palestina (Pasukan Quds), dalam serangan di sebuah apartemen di provinsi Qom. Serangan lain menewaskan Benham Shariyari, yang bertanggung jawab atas transfer senjata Iran ke kelompok-kelompok proksinya di Timur Tengah, termasuk pasokan rudal untuk Hizbullah, Hamas, dan Houthi Yaman. Angkatan Udara Israel, seperti yang dilaporkan Anadolu, juga mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Amin Pour Joudaki, komandan Brigade Kendaraan Udara Tak Berawak Kedua Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
Laporan dari agensi berita Fars, seperti yang dikutip Al Arabiya, menyebutkan bahwa fasilitas nuklir Isfahan di Iran menjadi sasaran serangan Israel, meskipun tidak ada laporan kebocoran material berbahaya. Bersamaan dengan itu, Israel melancarkan gelombang serangan baru terhadap infrastruktur penyimpanan dan peluncuran rudal di Iran. Sebagai balasan, Iran menembakkan lima rudal balistik ke Israel, meskipun tidak ada dampak langsung yang signifikan. Layanan darurat Israel melaporkan kebakaran di atap sebuah gedung hunian bertingkat di Israel tengah akibat serpihan rudal yang diintersepsi.
Konflik ini mengakibatkan korban jiwa yang cukup besar. Human Rights Activists News Agency melaporkan 639 orang tewas di Iran, termasuk pejabat militer tinggi dan ilmuwan nuklir. Di sisi lain, 24 warga sipil tewas di Israel akibat serangan rudal Iran. Israel sendiri mengklaim telah menyerang puluhan target militer pada hari Jumat, termasuk situs produksi rudal dan badan penelitian yang diduga terlibat dalam pengembangan senjata nuklir di Teheran.
Situasi diplomasi semakin menegang. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyatakan tidak ada ruang untuk negosiasi dengan AS “sampai agresi Israel berhenti,” meskipun ia berada di Jenewa untuk pembicaraan dengan menteri luar negeri Eropa. Presiden AS Donald Trump menyatakan akan membutuhkan waktu hingga dua minggu untuk memutuskan apakah Amerika Serikat akan turut campur dalam konflik ini di pihak Israel. Trump meragukan kemampuan Eropa dalam memediasi, dengan menyatakan bahwa Iran lebih memilih bernegosiasi langsung dengan Amerika Serikat.
Ancaman nuklir semakin membayangi kawasan tersebut. Duta besar Dewan Kerjasama Teluk (GCC), seperti yang dilaporkan Arab News, menyampaikan kekhawatiran kepada kepala pengawas nuklir PBB, Rafael Grossi, mengenai keselamatan fasilitas nuklir yang dekat dengan negara-negara mereka di tengah krisis Israel-Iran. Para duta besar memperingatkan Grossi tentang “dampak berbahaya” dari penargetan fasilitas nuklir tersebut selama pertemuan di Wina. Peringatan ini muncul setelah militer Israel sebelumnya secara keliru menyatakan telah menyerang fasilitas Bushehr yang dibangun Rusia – pembangkit listrik tenaga nuklir Iran satu-satunya yang beroperasi, terletak di pantai Teluk Persia – kemudian diklarifikasi sebagai kesalahan informasi. Potensi kontaminasi udara dan air akibat serangan terhadap fasilitas ini menjadi perhatian utama negara-negara Teluk.
Pilihan Editor: Sempat Terdampar, 21 Pejabat Filipina Dievakuasi dari Israel