Kafe Kematian Thailand: Turis Inggris Tobat, Minta Maaf ke Ibu!

Avatar photo

- Penulis Berita

Minggu, 22 Juni 2025 - 06:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamharian.com – Sebuah pengalaman tak lazim baru-baru ini dialami oleh Tyla Ferguson-Platt, seorang turis asal Inggris, ketika ia memutuskan untuk mengunjungi sebuah kafe unik di Bangkok, Thailand, yang secara eksplisit menawarkan simulasi pengalaman kematian.

Dilansir dari The Smart Local (15/10/2019), kafe ini dikenal dengan nama Kid Mai Death Awareness Cafe, atau sering disebut Death Awareness Cafe, yang telah beroperasi sejak tahun 2018. Platt menemukan kafe berkonsep menarik ini melalui sebuah unggahan di Reddit, dan tanpa ekspektasi khusus, ia memutuskan untuk menyambangi tempat tersebut.

Setibanya di sana, Platt disambut oleh Keue, pengelola kafe, yang dengan ramah menjelaskan latar belakang dan filosofi di balik pendirian kafe kematian ini. Keue menerangkan bahwa kafe tersebut didirikan oleh seorang filsuf Buddha terkemuka, Dr. Veeranut Rojanaprapa.

Menurut Keue, Dr. Rojanaprapa memulai misi mulia untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial yang melanda masyarakat Thailand saat itu, termasuk isu kejahatan dan korupsi yang marak. Sebagai penganut ajaran Buddha, filsuf tersebut meyakini bahwa akar dari segala kejahatan adalah keserakahan dan kemarahan.

Berangkat dari keyakinan tersebut, Dr. Rojanaprapa mendirikan kafe kematian dengan tujuan mulia: menumbuhkan kesadaran mendalam akan kematian melalui prinsip-prinsip ajaran Buddha. Ia berkeyakinan teguh bahwa dengan menyadari kefanaan hidup, seseorang akan belajar untuk menjalani kehidupan dengan lebih damai dan bermakna.

Lantas, bagaimana sesungguhnya pengalaman Platt saat menjelajahi kafe kematian yang penuh makna ini?

Baca juga: Daftar Restoran dan Kafe yang Gelar Promo 6.6, Termasuk Pizza Hut dan JCo

Kafe dengan 4 tahap kehidupan-kematian

Dilansir dari BBC, Jumat (20/6/2025), kafe kematian ini dilengkapi dengan instalasi pameran berukuran kecil serta empat wahana yang merepresentasikan tahapan krusial dalam siklus kehidupan: kelahiran, penuaan, penyakit, dan kematian. Platt pun berbagi pengalaman mendalamnya saat melewati setiap ruangan tersebut:

1. Ruang kelahiran

Platt menggambarkan ruang kelahiran sebagai tempat yang awalnya dipenuhi cahaya lampu berkedip-kedip, menyerupai gambaran bagian dalam tubuh. Kemudian, lampu-lampu meredup, menciptakan suasana gelap yang meniru kondisi janin di dalam rahim ibu. Keue lantas mempersilakan Platt untuk berbaring di sebuah kursi gantung berwarna merah yang secara simbolis melambangkan rahim. Setelah Platt masuk dan berbaring dalam posisi janin, Keue menutup ritsleting kursi tersebut. Seketika, Platt merasakan ketidaknyamanan akibat ruang geraknya yang terbatas. Untuk pertama kalinya, ia menyadari bahwa janin, yang berada di fase awal kehidupan, juga sudah merasakan bentuk penderitaan.

2. Ruang penuaan

Beranjak ke ruang kedua, Platt merasakan simulasi penuaan. Kakinya diikat dengan tas berat untuk menirukan melemahnya kekuatan otot seiring bertambahnya usia. Tak hanya itu, ia juga mengenakan kacamata yang membuat pandangannya kabur, persis seperti yang dialami oleh orang lanjut usia. Platt merasa kesulitan saat menaiki tangga, sebuah pengalaman yang nyata menggambarkan pelemahan fungsi tubuh yang terjadi saat menua.

Baca juga: Pengunjung Kafe di Jepang Ini Tak Boleh Pulang Sebelum Memecahkan Misteri

3. Ruangan sakit

Selanjutnya, Platt memasuki ruangan penyakit. Di sana, ia diminta untuk berbaring di atas ranjang tiruan rumah sakit yang terasa sangat realistis, seolah-olah membenamkan tubuhnya di kasur tersebut. Suasana ruangan ini diperkuat dengan dekorasi tabung oksigen, monitor jantung, dan berbagai alat medis lainnya yang semakin menambah kesan nyata. Keue kemudian melontarkan pertanyaan mendalam, “Dengan siapa Anda ingin berbicara jika Anda akan meninggal?” Tanpa ragu, Platt langsung menyebut ibunya. Hal ini karena ia sudah lama tidak bertemu dengannya akibat perceraian orang tuanya, yang meninggalkan kemarahan belum terselesaikan di hatinya. Keue bertanya lagi, “Sekarang katakan padaku, apa yang ingin kamu katakan kepada ibumu jika ini adalah saat terakhirmu di Bumi?” Pertanyaan itu begitu menusuk hati Platt, memicu emosinya, dan membayangkan momen-momen terakhir hidupnya. Seketika, ia tersadar bahwa ia harus memperbaiki hubungannya dengan sang ibu selagi masih ada kesempatan. “Saya harus berbaring di ranjang rumah sakit tiruan yang aneh di tengah kota Bangkok untuk menyadari hal ini,” ungkap Platt.

4. Ruang kematian.

Ketika memasuki ruangan terakhir, pikiran Platt sudah sangat didominasi oleh masalahnya dengan sang ibu. Di ruangan ini, sebuah peti mati putih bersih ditempatkan di atas tangga hitam, dengan kata “kematian” terpampang jelas di dinding belakangnya. Ia kemudian berbaring di dalamnya, memejamkan mata, dan membayangkan momen kematiannya sendiri. Platt merasa gelisah, dan kesadaran kembali menghantamnya bahwa ia akan sangat menyesal jika meninggal tanpa berdamai dengan ibunya. Pada saat itu juga, perasaannya menjadi ringan dan jernih, seolah-olah beban berat yang selama ini dipikulnya telah terangkat. Platt menegaskan bahwa kunjungannya ke kafe kematian di Bangkok ini bukanlah pengalaman yang menyeramkan, melainkan sebuah pencerahan yang membangkitkan kesadaran tentang apa yang pada akhirnya benar-benar penting dalam hidup.

Baca juga: Tren Kafe di China, Rekrut Anjing dan Kucing Jadi Karyawan dengan Bayaran Makanan Kaleng

Sejak kembali dari Bangkok, usai menghayati pengalaman di kafe tersebut, Platt langsung mengambil langkah nyata untuk memperbaiki hubungannya dengan ibunya, dimulai dengan meminta maaf. “Kami baru-baru ini berbicara di sebuah acara kumpul keluarga. Memang tidak sempurna. Namun ini adalah sebuah awal,” pungkasnya, menunjukkan betapa transformatifnya kunjungan ke Kid Mai Death Awareness Cafe bagi dirinya.

Berita Terkait

HUT Jakarta ke-498: Konser Meriah Sore Ini, Jam 16.00 WIB!
Sejarah Skateboard: Asal Usul & Evolusi Papan Luncur Legendaris
Syukuran Jokowi Ultah: Pedagang Pasar Solo Gelar Pesta Meriah!
Ngunduh Mantu Al Ghazali: Mulan Jameela & Ibunda Alyssa Daguise Kelelahan Sapa 3000 Tamu
Ramalan Zodiak 22 Juni 2025: Capricorn Bertemu Jodoh?
Jokowi Ulang Tahun ke-64, Gelar Tasyakuran Meriah
Tempe Jadi Warisan UNESCO? Ini Syaratnya!
Rekor Libur Terpanjang! 11 Negara dengan Hari Libur Paling Banyak

Berita Terkait

Minggu, 22 Juni 2025 - 17:40 WIB

HUT Jakarta ke-498: Konser Meriah Sore Ini, Jam 16.00 WIB!

Minggu, 22 Juni 2025 - 09:36 WIB

Sejarah Skateboard: Asal Usul & Evolusi Papan Luncur Legendaris

Minggu, 22 Juni 2025 - 06:15 WIB

Kafe Kematian Thailand: Turis Inggris Tobat, Minta Maaf ke Ibu!

Minggu, 22 Juni 2025 - 03:11 WIB

Syukuran Jokowi Ultah: Pedagang Pasar Solo Gelar Pesta Meriah!

Sabtu, 21 Juni 2025 - 21:45 WIB

Ngunduh Mantu Al Ghazali: Mulan Jameela & Ibunda Alyssa Daguise Kelelahan Sapa 3000 Tamu

Berita Terbaru

Sports

Veda Ega Pratama: Tinta Emas Sejarah di RBRC Italia 2025

Minggu, 22 Jun 2025 - 19:20 WIB

Public Safety And Emergencies

Jemaah Haji Jember Aman, Lanjut Perjalanan Usai Ancaman Bom

Minggu, 22 Jun 2025 - 19:04 WIB

Finance

Qatar Airways: Juara Maskapai Terbaik Dunia 2025 Skytrax

Minggu, 22 Jun 2025 - 18:56 WIB

Public Safety And Emergencies

Bom di Pesawat Haji Indonesia: Kemenag Berharap Tak Terulang

Minggu, 22 Jun 2025 - 18:49 WIB