IHSG Diproyeksi Menguat Tajam di Juni 2025: Berpeluang Tembus Level 7.300 Didukung Sentimen Positif
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menunjukkan performa positif yang signifikan pada Juni 2025, bahkan berpotensi menembus level resistance kunci 7.300. Optimisme pasar ini didorong oleh kombinasi sentimen positif dari stimulus fiskal pemerintah, stabilitas nilai tukar rupiah yang kian kokoh, serta potensi peningkatan arus masuk dana asing.
Proyeksi *bullish* ini bukanlah tanpa dasar. Dalam riset bulanan Kiwoom Sekuritas Indonesia yang dirilis pada Rabu (28/5), Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, mengungkapkan bahwa secara historis, IHSG konsisten mencatatkan kinerja positif setiap bulan Juni sejak tahun 2020. Berangkat dari pola historis tersebut, Kiwoom memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam rentang 7.000-7.300, dengan kecenderungan menguat.
Liza menambahkan, peluang IHSG untuk berhasil menembus level resistance 7.300 akan semakin besar jika didukung oleh *net buy* asing yang konsisten, penguatan nilai tukar Rupiah, serta sentimen *window dressing* menjelang penutupan semester pertama. Kondisi-kondisi ini menciptakan fondasi yang kokoh bagi pergerakan positif IHSG.
Salah satu pendorong utama optimisme pasar datang dari sektor fiskal. Pemerintah akan meluncurkan enam kebijakan stimulus ekonomi mulai 5 Juni 2025, yang meliputi Bantuan Subsidi Upah (BSU), bantuan pangan, serta diskon tarif listrik dan transportasi. Selain itu, momentum libur panjang sekolah dan diskon tarif tol juga diperkirakan akan meningkatkan konsumsi rumah tangga secara signifikan, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan sektor transportasi dan pariwisata.
Dari sisi moneter, sinyal pelonggaran likuiditas semakin jelas. Pemangkasan suku bunga penjaminan simpanan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dari 4,25% menjadi 4,00% dicermati Liza sebagai pemicu rotasi aset dari instrumen deposito ke instrumen yang lebih berisiko seperti saham. Tak hanya itu, pemangkasan suku bunga BI Rate ke 5,50% turut memberikan ruang gerak tambahan bagi sektor perbankan dan riil, mendorong potensi ekspansi kredit dan investasi.
Faktor eksternal yang patut dicermati adalah arah kebijakan The Fed, yang akan sangat dinanti dalam FOMC Meeting Juni-Juli. Meski probabilitas pemangkasan suku bunga acuan AS masih di bawah 50%, Liza menegaskan bahwa sinyal *dovish* dari The Fed dapat memicu peningkatan arus modal yang signifikan ke *emerging market* seperti Indonesia. Kondisi ini berpotensi membawa penguatan nilai tukar Rupiah hingga menyentuh level Rp 16.000 per dolar AS, terutama jika The Fed mulai menunjukkan sinyal *pivot*. Stabilitas Rupiah yang demikian akan semakin memperkuat kepercayaan investor asing terhadap aset domestik, baik di pasar saham maupun obligasi.
Dengan berbagai sentimen positif di atas, Kiwoom Sekuritas juga merilis daftar sektor-sektor unggulan yang patut menjadi perhatian investor di bulan Juni 2025:
* Konsumsi dan Ritel (ICBP, MYOR, AMRT, UNVR): Didukung oleh stimulus pemerintah dan peningkatan belanja masyarakat saat liburan.
* Transportasi dan Pariwisata (GIAA, BIRD, JSMR): Terdorong oleh lonjakan mobilitas masyarakat selama musim liburan.
* Perbankan dan Multifinance (BBRI, BMRI, ARTO, BFIN): Mendapat manfaat dari penurunan suku bunga dan potensi kenaikan permintaan kredit.
* Properti dan Semen (CTRA, SMRA, PWON, SMGR, PTPP): Diuntungkan oleh turunnya *cost of fund* dan peningkatan minat beli rumah.
* Teknologi dan Data Center (TLKM, WIFI, DCII): Permintaan tetap solid di tengah percepatan digitalisasi.
* Energi dan Komoditas (ITMG, ADRO, AADI, PGEO): Menarik dalam jangka menengah seiring arah RUPTL PLN 2025-2034.