Arab Saudi mengecam keras serangan udara Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir Iran, yaitu Fordow, Natanz, dan Isfahan, yang terjadi Sabtu malam, 21 Juni. Pemerintah Saudi, dalam pernyataan resmi Minggu, 22 Juni, menyatakan keprihatinan mendalam atas aksi tersebut, mengingatkan kembali sikap mereka saat konflik Israel-Iran sebelumnya. Saat itu, Saudi juga mengecam tindakan militer yang dianggap melanggar norma internasional dan menyerukan deeskalasi segera.
Mengutip Saudi Gazette, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menekankan pentingnya upaya menjaga stabilitas regional melalui pengendalian diri dan pencegahan eskalasi lebih lanjut. Mereka mendesak komunitas internasional untuk meningkatkan diplomasi guna mencapai penyelesaian politik atas krisis ini. Kerajaan Saudi menegaskan komitmennya terhadap penyelesaian damai sebagai kunci pembuka babak baru keamanan dan stabilitas di Timur Tengah.
Sementara itu, di Amerika Serikat, keputusan Presiden Trump untuk melancarkan serangan ke Iran tanpa persetujuan Kongres menuai kecaman. Hakeem Jeffries, pemimpin Fraksi Demokrat di DPR, mengatakan tindakan sepihak Trump tersebut tidak memiliki otorisasi kongres dan berpotensi menimbulkan konsekuensi besar bagi keamanan regional dan pasukan AS. “Donald Trump tidak meminta otorisasi Kongres untuk serangan tersebut. Dia akan bertanggung jawab penuh atas setiap konsekuensi yang merugikan,” tegas Jeffries dalam pernyataan tertulis yang dikutip Al Jazeera, Minggu, 22 Juni.
Serangan tersebut diduga sebagai reaksi atas kegagalan negosiasi kesepakatan nuklir antara AS dan Iran, yang semakin memperkeruh konflik di Timur Tengah. Kecaman dari Arab Saudi dan Kongres AS menyoroti kontroversi dan dampak internasional yang luas dari serangan tersebut, menimbulkan pertanyaan tentang masa depan stabilitas regional dan diplomasi internasional.