Ragamharian.com, Jakarta – Sebuah perkembangan signifikan terjadi di tengah eskalasi konflik di Timur Tengah. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melalui juru bicaranya, Brigadir Jenderal Ephraim “Effie” Defrin, telah mengonfirmasi bahwa Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran pada Minggu pagi, 22 Juni 2025. Serangan presisi ini menargetkan tiga situs vital program nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube IDF, Effie Defrin menegaskan bahwa operasi militer ini tidak dilakukan secara sepihak. “Serangan itu dilancarkan dengan berkoordinasi erat bersama IDF,” ungkap Effie. Ia menambahkan bahwa koordinasi strategis antara kedua sekutu telah berlangsung intensif. Kepala Staf Umum IDF, Eyal Zamir yang dikenal sebagai Ramatkal, disebut telah menjalin kontak harian dengan mitra-mitra Amerika, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika dan Komando Pusat Amerika Serikat (Centcom). “Koordinasi kami dengan mitra Amerika telah menguat selama bertahun-tahun dan bahkan lebih intensif di waktu belakangan ini,” jelas Effie, menyoroti kedalaman hubungan militer kedua negara.
Bersamaan dengan dukungan serangan AS, Effie Defrin menegaskan komitmen IDF untuk terus melancarkan operasi militer di Iran. Tujuan utama dari serangan berkelanjutan ini adalah untuk mencapai dua sasaran krusial: menghancurkan program nuklir Iran yang dianggap berbahaya dan merusak sistem rudal balistik negara tersebut. Pernyataan ini menggarisbawahi tekad Israel untuk menetralkan ancaman yang mereka persepsikan dari Teheran.
Eskalasi konflik antara Israel dan Iran memang telah memanas sejak Israel melancarkan serangan pada 13 Juni 2025. Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) tidak tinggal diam, membalas dengan meluncurkan rudal-rudal ke wilayah Israel. Meskipun sistem pertahanan udara canggih Israel, Iron Dome, berhasil mencegat sebagian besar proyektil, beberapa rudal tetap berhasil menembus pertahanan dan menghantam bangunan sipil, menyebabkan kerusakan.
Pada Minggu pagi, 22 Juni 2025, Israel kembali menghadapi serangan rudal masif. “Pagi ini, lebih dari 20 rudal telah diluncurkan dari dua peluncur menuju ke Israel,” kata Effie Defrin. Ia menambahkan bahwa mayoritas rudal berhasil dicegat, namun beberapa di antaranya menyasar berbagai tempat, terutama di tengah permukiman sipil. Sehari sebelumnya, pada 21 Juni 2025, sebuah pesawat nirawak atau drone Iran, yang diidentifikasi sebagai Shahed-136, dilaporkan oleh Alma Research and Education Center, sebuah lembaga riset Israel, telah menghantam sebuah gedung di Beit She’an, Israel, mengakibatkan kerusakan struktural yang signifikan.
Ancaman rudal dan drone Iran terus berlanjut. Pada Minggu pagi, 22 Juni 2025, dua rentetan serangan berat yang terdiri dari sekitar 30 rudal diluncurkan Iran, dengan beberapa di antaranya jatuh di Israel tengah dan utara. Insiden ini menyebabkan kerusakan pada beberapa bangunan dan melukai puluhan warga sipil. Menurut Alma Research and Education Center, sejak awal perang, Iran telah meluncurkan sekitar 500 rudal balistik ke Israel, sebagian besar berhasil dicegat. Selain itu, lebih dari 1.000 drone juga telah diluncurkan ke wilayah Israel, dan mayoritas berhasil dihentikan sebelum mencapai target. Sebagai respons, dalam operasi udara Israel ke Iran, sekitar 950 drone peledak dilaporkan telah dihancurkan bahkan sebelum sempat diluncurkan.
Menanggapi situasi ini, Effie Defrin menegaskan strategi ofensif Israel. “Pertahanan terbaik adalah menyerang,” ujarnya. Pernyataan ini mencerminkan doktrin militer Israel yang proaktif. “Kami akan terus menyerang wilayah Iran. Kami telah menghancurkan lebih banyak peluncur rudal darat-ke-darat,” tutup Effie, mengindikasikan bahwa operasi pencegahan dan penghancuran aset militer Iran akan terus berlanjut demi keamanan Israel.
Pilihan Editor: Kisah Warga Indonesia di Tengah Perang Iran-Israel