Ragamharian.com, Jakarta – Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat (Kejari Jakpus) kini menangani kasus korupsi yang mengguncang sektor minyak dan gas (migas) nasional. Pelimpahan tahap II kasus dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang Pertamina telah diterima dari Kejaksaan Agung (Kejagung) pada Senin, 23 Juni 2025, sekitar pukul 13.00 WIB.
Kepala Seksi Intelijen (Kasi Intel) Kejari Jakpus, Bani Immanuel Ginting, membenarkan informasi tersebut. Kasus korupsi minyak mentah ini sendiri telah memasuki tahap penyidikan sejak tahun 2024, menandakan proses hukum yang panjang dan kompleks.
Pada Februari 2025, Kejagung menetapkan sembilan orang sebagai tersangka dalam kasus yang merugikan negara ini. Dalam pelimpahan tahap II ini, Kejagung tidak hanya menyerahkan berkas perkara, tetapi juga menghadirkan kesembilan tersangka ke hadapan Kejari Jakpus. Dengan diterimanya pelimpahan tahap II ini, Jaksa Penuntut Umum (JPU) akan segera mempersiapkan pelimpahan kasus ini ke pengadilan untuk proses persidangan.
Lalu, siapa saja sembilan tersangka yang diduga terlibat dalam praktik korupsi ini? Daftar nama yang terjerat kasus ini cukup mencengangkan, di antaranya adalah sejumlah petinggi di tubuh Pertamina dan anak perusahaannya, serta pihak swasta yang diduga berperan dalam memuluskan aksi korupsi ini.
Beberapa nama penting dari Pertamina yang menjadi tersangka adalah Riva Siahaan (Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga), Sani Dinar Saifuddin (Direktur Feedstock and Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional), dan Yoki Firnandi (Dirut PT Pertamina International Shipping). Selain itu, ada pula Agus Purwono (Vice President Feedstock Management PT Kilang Pertamina Internasional), Maya Kusmaya (Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga), serta Edward Corne (Vice President Trading Operation Pertamina Patra Niaga).
Tidak hanya dari internal Pertamina, kasus ini juga menyeret pihak swasta. Muhammad Kerry Adrianto Riza (Beneficial Owner PT Navigator Khatulistiwa), Dimas Werhaspati (Komisaris PT Navigator Khatulistiwa dan PT Jenggala Maritim), serta Gading Ramadan Joede (Komisaris PT Jenggala Maritim dan Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak) turut menjadi tersangka dalam kasus ini.
Penyidik mengungkap adanya dugaan perbuatan melawan hukum dalam proses impor minyak mentah dan produk kilang yang dilakukan oleh anak usaha Pertamina. Modus operandinya antara lain, pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan Research Octane Number (Ron) 92, namun yang diterima adalah BBM dengan Ron 90 atau bahkan di bawahnya. Selain itu, penyidik juga menemukan indikasi *mark up* harga dalam nilai kontrak jasa angkut pembelian produk kilang yang mencapai 13-15 persen.
Pilihan Editor: Duit Tambang Jatah Ormas dalam Pencucian Uang Rita Widyasari
