Menyantap Nasi yang Dimasak dengan Kastrol

Avatar photo

- Penulis Berita

Selasa, 24 Juni 2025 - 06:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KASTROL, nama yang mungkin mengingatkan pada merek pelumas mesin, sejatinya adalah panci aluminium tebal yang dulu dan kini masih digunakan untuk memasak nasi, termasuk nasi liwet. Bagi sebagian orang, termasuk saya, alat masak sederhana ini menyimpan memori petualangan yang tak terlupakan.

Saya masih ingat betul, di masa remaja sekitar tahun 1975-1978, panci kastrol ini menjadi perlengkapan wajib setiap kali kami berangkat kemping. Bersama teman-teman, kami menjelajahi alam terbuka, merasakan kebebasan yang sesungguhnya jauh dari rutinitas.

Pengalaman kemping selalu berkesan: mendirikan tenda yang terbuat dari kain belacu tebal buatan penjahit berpengalaman (bukan tenda jadi seperti sekarang), menyalakan api unggun yang hangat, menikmati hidangan sederhana hasil masakan sendiri, bernyanyi bersama di bawah bintang, hingga telentang memandang langit malam atau mendengarkan debur ombak yang menenangkan. Kastrol menjadi saksi bisu setiap momen kebersamaan itu.

Dengan kastrol, beras yang kami bawa dari rumah dimasak menjadi nasi hangat yang pulen. Lauknya pun tak kalah sederhana, cukup tumisan atau gorengan seadanya. Kesederhanaan itulah yang justru melahirkan kenikmatan sejati di tengah alam.

Setelah bertahun-tahun, kenangan akan kastrol kembali menyeruak saat saya melihatnya lagi dalam kunjungan ke Situ Gede, Kota Bogor, baru-baru ini. Hamparan air seluas enam hektar itu berhasil membius, membawa pikiran melayang dalam ketenangan.

Usai puas mengelilingi dan menikmati pemandangan Situ Gede yang menyejukkan, tiba saatnya santap siang. Suara azan Zuhur yang sayup-sayup terdengar mengingatkan akan waktu salat. Semula, saya tertarik untuk mencoba warung-warung di sekitar area Situ Gede yang menjajakan lotek, karedok, bakso, atau mi instan, menikmati hidangan di bawah rindangnya pepohonan. Namun, entah mengapa, pilihan itu terasa kurang menggoda kala itu.

Akhirnya, langkah kaki membawa saya menuju sebuah rumah makan yang terletak di seberang hutan, lebih dekat dengan area permukiman. Sebelum bersantap, saya menunaikan salat Zuhur di musala restoran tersebut. Lingkungannya memang tidak sesejuk di dalam hutan, namun suasana di area kebun talas ungu ini terasa menenangkan dan menyenangkan.

Restoran tersebut, yang saya perkirakan mampu menampung seratus tamu atau lebih, terbagi menjadi dua area: dalam ruangan dan luar ruangan. Meskipun tempatnya luas dan tertata apik, area dalam tampak kosong. Sekitar dua puluh pengunjung lebih memilih berkumpul di saung-saung yang tersebar di bagian luar, menikmati semilir angin.

Saya pun memilih meja di area luar. Dari sana, udara segar dapat dihirup sepuasnya, sambil memandang hamparan kebun talas ungu dan telaga yang samar terlihat di kejauhan. Sebuah pemandangan yang menambah selera makan.

Pada buku menu, pilihan saya jatuh pada nasi liwet dan gurami bakar lengkap dengan pendampingnya: lalapan, sambal, dan karedok. Paket ini sebenarnya diperuntukkan bagi empat orang, namun kami hanya bertiga. Tidak masalah, sisa nasi dan lauk bisa dibawa pulang untuk disantap lagi. Pegawai restoran dengan sigap memberitahu bahwa pesanan akan siap dalam waktu dua puluh lima menit. Sebuah bentuk pelayanan yang baik, memberikan kejelasan waktu tunggu kepada tamu.

Waktu tunggu itu bukan masalah bagi saya. Tidak ada jadwal yang harus dikejar, dan perut pun belum protes keras menuntut asupan. Suasana yang tenang membuat penantian terasa menyenangkan.

Akhirnya, server datang mengantar hidangan yang dinanti. Sebuah kastrol berisi nasi berbumbu diletakkan di meja, disusul tampah besar berisi aneka lauk pauk dan sambal lalap. Namun, perhatian saya langsung tertuju pada kastrol nasi berbumbu itu, yang tak lain adalah nasi liwet Sunda, bukan nasi liwet Solo.

Nasi liwet Solo biasanya dimasak dengan santan dan beragam rempah, lalu disajikan dalam pincuk daun pisang bersama sayur labu, suwiran ayam kampung, telur pindang, dan disiram areh, olahan santan kental yang khas. Berbeda dengan itu, nasi liwet ala Jawa Barat merupakan olahan beras yang dimasak dengan air, teri, dan bumbu-bumbu tanpa santan.

Nasi liwet yang tersaji di hadapan saya kaya akan cita rasa. Terlihat jelas ada teri, daun salam, batang serai, irisan bawang merah, cabai rawit utuh, serta hiasan daun kemangi segar. Bisa jadi, bumbu lain seperti bawang putih dan garam telah dihaluskan dan menyatu dalam kelezatan nasi.

Sebagai pendamping nasi liwet, disajikanlah gurami bakar yang menggoda, tempe goreng tepung, tahu goreng, tumis peda yang menggugah selera, karedok segar, berbagai lalapan, kecap dengan irisan rawit dan bawang merah, serta sambal terasi yang pedasnya menggigit. Semuanya tertata rapi di atas nyiru.

Aroma nasi liwet tercium harum semerbak, mengundang selera. Saat dicecap, rasanya begitu pas: sedap dan asin yang samar, tidak berlebihan, sehingga sangat cocok disantap bersama aneka lauk pauk, lalapan, dan sambal. Sebuah harmoni rasa yang sempurna. Hanya tumis peda yang terasa sangat menyengat lidah. Rasa garam dan cabai rawitnya amat kuat, sesuai dengan karakter ikan kembung asin yang diawetkan ini. Lezat memang, namun saya hanya berani memakannya secuil.

Sesuai perkiraan semula, nasi liwet tidak habis disantap bertiga. Sisanya pun kami bungkus untuk dinikmati sebagai makan malam. Sementara itu, lauk pauk, lalapan, dan sambal terasi tandas tak bersisa, hanya sambal kecap yang masih banyak. Kombinasi rasa yang enak dengan perut yang memang sudah kosong menjadikan hidangan ini hampir tak menyisakan apa pun. Sungguh tidak rugi merogoh kocek dua lembaran merah demi menikmati nasi liwet yang dimasak dalam kastrol ini bersama teman-teman yang akrab.

Berita Terkait

Marquez Raja Mugello! Melandri Terpukau Dominasi Sang Juara
Abimana & Tatjana: Cinta dan Dendam Membara di Film Terbaru!
Pajero Sport 2012 Bekas: Harga Anjlok! Sekarang Waktunya Beli?
Kemendagri Tegaskan: Larangan Seragam Ormas Menyerupai TNI-Polri Bukan Aturan Baru
Suzuki Vitara Amblas di Kaliurang: Niat Liburan, Boncos Rp70 Juta!
Davina Karamoy: Rahasia Pendalaman Karakter di Series Main Hati
Man City Bantai Al Ain 6-0: Tiket 16 Besar Liga Champions!
Real Madrid Terkapar! Klasemen Piala Dunia Klub 2025 Berubah Drastis

Berita Terkait

Selasa, 24 Juni 2025 - 19:15 WIB

Marquez Raja Mugello! Melandri Terpukau Dominasi Sang Juara

Selasa, 24 Juni 2025 - 17:11 WIB

Abimana & Tatjana: Cinta dan Dendam Membara di Film Terbaru!

Selasa, 24 Juni 2025 - 16:45 WIB

Pajero Sport 2012 Bekas: Harga Anjlok! Sekarang Waktunya Beli?

Selasa, 24 Juni 2025 - 10:22 WIB

Kemendagri Tegaskan: Larangan Seragam Ormas Menyerupai TNI-Polri Bukan Aturan Baru

Selasa, 24 Juni 2025 - 06:56 WIB

Menyantap Nasi yang Dimasak dengan Kastrol

Berita Terbaru

Travel

Bulan Madu Afrika Impian: Durasi Ideal & Tips Romantis!

Selasa, 24 Jun 2025 - 20:05 WIB

Politics

Trump Serang Nuklir Iran: Motif Terungkap & Dampak Global!

Selasa, 24 Jun 2025 - 20:00 WIB

Shopping

Cushion Murah Terbaik! 4 Pilihan Harga di Bawah 100 Ribu

Selasa, 24 Jun 2025 - 19:35 WIB

Public Safety And Emergencies

Evakuasi Pendaki Brasil di Rinjani Dipantau Kedubes, Bagaimana Kondisinya?

Selasa, 24 Jun 2025 - 19:30 WIB