Ragamharian.com – Jakarta – Pertamina International Shipping (PIS) menegaskan komitmennya untuk memastikan kelancaran pengangkutan energi di tengah meningkatnya eskalasi geopolitik global. Muhammad Baron, Corporate Secretary PIS, menyatakan bahwa pengawasan intensif terhadap pergerakan tanker terus dilakukan, terutama di wilayah rawan seperti Terusan Suez, Teluk Arab, dan Selat Hormuz.
PIS, melalui anak usahanya PIS Asia Pasific, saat ini mengoperasikan puluhan armada tanker yang melayani lebih dari 65 rute internasional. Baron memastikan bahwa seluruh kapal internasional yang beroperasi aktif berada dalam kondisi aman. Pengawasan ketat ini dicapai melalui koordinasi langsung dengan otoritas maritim setempat, awak kapal, serta penggunaan sistem pemantauan real-time yang terintegrasi secara komprehensif.
Meskipun demikian, PIS juga telah menyiapkan langkah antisipatif untuk menghadapi potensi gangguan pada rantai pasok energi. “Perusahaan telah menyusun skenario jalur alternatif untuk pengangkutan energi, yang dinilai aman dan strategis sebagai titik pengganti jika terjadi eskalasi risiko di jalur utama seperti Selat Hormuz,” ungkap Baron melalui keterangan resminya pada Senin, 23 Juni 2025. Ia tidak merinci detail jalur alternatif tersebut, namun sebelumnya Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar DjokO Santoso, sebagaimana dikutip Antara, pernah menyebutkan bahwa Pertamina mengalihkan rute kapal melalui jalur aman via Oman dan India.
Baron menambahkan, PIS secara proaktif terus memantau situasi regional dan global demi memastikan keselamatan awak kapal dan kelancaran distribusi energi. Koordinasi intensif juga dilakukan dengan pemilik kargo untuk mengantisipasi perkembangan terkini. “Keselamatan dan keberlanjutan pengangkutan energi menjadi prioritas utama kami dalam menjaga ketahanan energi nasional dan memastikan layanan yang andal kepada konsumen global,” tegas Baron.
Peningkatan eskalasi geopolitik global yang disoroti ini erat kaitannya dengan konflik antara Iran dan Israel, yang memicu rencana Iran untuk menutup Selat Hormuz. Selat ini merupakan salah satu jalur perdagangan utama minyak dan gas dunia. Keputusan final mengenai penutupan Selat Hormuz akan ditentukan oleh Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
Menyikapi kondisi tersebut, ekonom sekaligus dosen Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, menekankan pentingnya peran Indonesia untuk turut serta mendorong dialog damai. Langkah ini krusial demi mencegah penutupan Selat Hormuz yang berisiko besar bagi stabilitas perekonomian Tanah Air. Syafruddin berpendapat bahwa Indonesia dapat merekomendasikan dialog damai melalui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan pemimpin kelompok negara berkembang D-8.
“Dalam situasi kritis ini, Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton,” ucap Syafruddin melalui keterangan resmi pada Senin, 23 Juni 2025. Menurutnya, Indonesia memiliki kepentingan besar untuk menyuarakan perdamaian karena gangguan pada jalur ini dapat menyebabkan harga minyak dunia melonjak drastis, berpotensi menyentuh US$ 130 per barel. Risiko ini tidak hanya memicu inflasi global, tetapi juga mempersempit ruang fiskal negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. “Kita berisiko menghadapi depresiasi rupiah, tekanan terhadap cadangan devisa, serta meningkatnya subsidi energi dan harga pangan,” pungkas Syafruddin.
Ilona Estherina berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan Editor: Peran Rekanan Pertamina dalam Kasus Korupsi Minyak Mentah