IHSG Melonjak 7,44% di Mei 2025: Volatilitas Tetap Menjadi Bayangan
Pasar saham domestik menorehkan prestasi gemilang di bulan Mei 2025, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan sebesar 7,44%. Penutupan perdagangan pada Rabu, 28 Mei 2025, menunjukkan IHSG berada di level 7.175,82. Namun, di balik pertumbuhan impresif ini, volatilitas pasar tetap menjadi perhatian utama, mengantarkan ketidakpastian bagi pergerakan IHSG ke depannya.
Penguatan aset berisiko, termasuk saham domestik, didorong oleh sentimen global, terutama dari Amerika Serikat (AS) dan kebijakan tarifnya yang masih tarik ulur. Aidil Akbar Madjid, Perencana Keuangan, menjelaskan bahwa ketidakpastian kebijakan tarif AS ini berdampak signifikan terhadap pergerakan aset dalam negeri. “Kebijakan tarif ini masih menjadi faktor kunci dalam pergerakan aset di dalam negeri,” ujarnya kepada Kontan pada Jumat, 30 Mei 2025.
Momentum positif terlihat dari kesepakatan penundaan tarif antara AS dengan Uni Eropa (UE) dan China. Kesepakatan ini menenangkan pasar, mendorong investor asing untuk kembali berinvestasi di pasar saham Indonesia. Buktinya, tercatat *net buy* asing sebesar Rp 5,4 triliun di pasar saham domestik periode 5-28 Mei 2025.
Namun, Aidil mengingatkan bahwa *inflow* asing ini sifatnya fluktuatif. Kondisi ini terlihat jelas dari perbandingan dengan bulan April 2025, di mana tercatat *net sell* asing sebesar Rp 20,7 triliun (periode 8 April – 2 Mei 2025). Ketidakpastian kebijakan tarif AS di awal April menyebabkan peralihan investasi ke aset *safe haven*, melemahkan aset berisiko seperti rupiah dan saham domestik. “Pasar saham Indonesia sangat volatil karena pengaruh besar investor asing terhadap pergerakan saham domestik,” tegas Aidil. Ia pun lebih merekomendasikan investasi saham luar negeri, khususnya di sektor teknologi dan medis, serta pasar berjangka, yang dinilai prospektif jangka panjang.
Meskipun *inflow* asing menjadi pendorong utama, Melvin Mumpuni, CEO and Founder Finansialku, melihat kinerja emiten kuartal I-2025 yang solid sebagai faktor pendukung penguatan IHSG, terutama di sektor perbankan dan komoditas. Hal ini terjadi meskipun daya beli masyarakat cenderung melemah. “Kinerja emiten di sektor perbankan dan komoditas turut mendukung kenaikan IHSG,” kata Melvin kepada Kontan pada Jumat, 30 Mei 2025.
Namun, Melvin memprediksi potensi koreksi wajar dalam jangka pendek mengingat volatilitas pasar saham domestik. Secara jangka menengah hingga panjang, pasar saham domestik tetap prospektif asalkan perekonomian domestik tumbuh dan reformasi berkelanjutan. Apalagi, valuasi IHSG dinilai relatif menarik dibandingkan negara tetangga. Melvin menekankan pentingnya memperhatikan tingkat pengangguran dan peningkatan belanja negara untuk menjaga daya beli masyarakat.