Indeks saham utama Amerika Serikat (AS) atau Wall Street menguat lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Selasa (24/6). Indeks acuan S&P 500 ditutup mendekati rekor tertinggi sejak 19 Februari.
Mengutip Reuters, rata-rata Industri Dow Jones (.DJI), naik 1,19 persen menjadi 43.089,02, S&P 500 (.SPX), naik 1,11 persen menjadi 6.092,18 dan Nasdaq Composite (.IXIC), naik 1,43 persen menjadi 19.912,53.
Saham yang paling menguat adalah saham keuangan, teknologi, layanan komunikasi, dan perawatan kesehatan. Sebaliknya, saham energi dan barang kebutuhan pokok konsumen menjadi penghambat utama.
Kepala Strategi Pasar di Wealth Consulting Group, Talley Leger, mengatakan tampaknya pasar menyambut baik gencatan senjata antara Iran dan Israel. Sebab artinya tidak ada dampak besar terhadap pasokan minyak ke pasar global.
“Aset berisiko, termasuk ekuitas secara umum dan sektor pro-ekonomi siklus pasar secara lebih khusus, telah menguat. Aset defensif dan aset safe haven juga telah surut, yang konsisten dengan apa yang telah kami katakan dan apa yang kami ketahui secara historis,” tuturnya dikutip dari Reuters, Rabu (25/6).
Harga minyak mentah Brent turun 6,1 persen menjadi USD 67,14 per barel. Harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun 6,0 persen menjadi USD 64,37. Keduanya turun lebih dari 7 persen pada sesi sebelumnya, setelah naik ke level tertinggi dalam lima bulan setelah AS menyerang fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan.
Dolar AS melemah 0,88 persen menjadi 144,80 terhadap yen Jepang dan turun 0,90 persen menjadi 0,80515 terhadap franc Swiss, Euro naik 0,27 persen menjadi USD 1,16125. Indeks dolar turun 0,30 persen menjadi 97,94.
Dalam sidang di depan Komite Layanan Keuangan DPR, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan tarif yang lebih tinggi dapat mulai menaikkan inflasi musim panas ini. Sehingga periode disebut menjadi kunci bagi the Fed untuk mempertimbangkan kemungkinan penurunan suku bunga.
Data menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS secara tak terduga memburuk pada Juni, menandakan melemahnya kondisi pasar tenaga kerja.
Imbal hasil obligasi acuan AS 10 tahun turun 3 basis poin menjadi 4,293 persen. Imbal hasil obligasi 2 tahun, yang biasanya bergerak sesuai dengan ekspektasi suku bunga Federal Reserve, turun 1,2 basis poin menjadi 3,817 persen.
Harga emas turun, baik emas spot yang turun 1,34 persen menjadi USD 3.323,49 per ons, maupun emas berjangka AS yang ditutup 1,5 persen lebih rendah pada USD 3.298,40.