Kesaksian warga Irlandia yang hampir tewas saat mendaki Gunung Rinjani

Avatar photo

- Penulis Berita

Jumat, 27 Juni 2025 - 09:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Warga Irlandia, Paul Farrell, hampir bernasib sama seperti warga Brasil, Juliana Marins, yang meninggal setelah terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Indonesia.

Pada Oktober tahun lalu, pria berusia 32 tahun itu mengalami kecelakaan saat mendaki Gunung Rinjani. Dia terjatuh sekitar 200 meter di medan yang curam dan berbahaya.

Farrell ingat saat bangun pagi-pagi sekali di base camp untuk memulai pendakian. Menurutnya, bagian pertama pendakian mudah, tapi sulit untuk mencapai puncak.

“Tanah di sana berbeda, saya melangkah maju satu langkah tapi mundur dua langkah. Karena kami berada di gunung berapi, tanahnya berpasir dan kaki bisa tenggelam,” ungkapnya dalam wawancara dengan BBC News Brasil.

Setelah mencapai puncak gunung, Farrell merasa terganggu oleh kerikil-kerikil kecil di dalam sepatu kets yang dikenakannya.

“Karena tidak nyaman, saya memutuskan untuk melepas sepatu kets untuk mengeluarkan kerikil. Saya juga melepas sarung tangan agar leluasa mencopot sepatu,” kata Paul Farrell.

Tiba-tiba embusan angin menerbangkan sarung tangannya ke arah gunung berapi.

“Pada saat itu, saya berlutut. Tanah tempat saya berdiri runtuh begitu saja.”

Farrell jatuh dari tebing dan, menurutnya, ia masuk ke “mode bertahan hidup.”

“Kecepatan saya jatuh makin cepat, adrenalin terpompa. Saya segera menyimpulkan bahwa saya bisa mati kapan saja.”

Tempat perlindungan

Warga Irlandia itu berkata bahwa satu-satunya alternatif dalam situasi itu adalah menemukan batu besar yang bisa dipegang, agar dirinya tidak jatuh makin cepat di tebing yang curam.

“Saya mencoba menancapkan kuku dan tangan saya ke apa saja, hanya untuk memperlambat. Sampai saya melihat sebuah batu besar dan saya mencoba mengalihkan jalan saya ke arah batu itu.”

“Saya menabrak batu itu, tetapi untungnya saya berhasil menghentikan laju jatuh.”

Farrell berhenti sekitar 200 meter di kedalaman jurang. Di sana, dia bisa mengatur napas dan melihat bahwa—walau telah terjatuh ratusan meter—tubuhnya hanya menderita beberapa luka dan goresan.

“Meski begitu, saya tidak aman. Di tempat itu, saya bisa terpeleset kapan saja.”

Menurut Farrell, ia mendaki bersama satu kelompok. Namun pada saat itu, hanya ada satu perempuan Prancis di dekatnya yang menyaksikan seluruh kejadian.

“Saya berteriak sekuat tenaga agar dia mencari anggota tim lainnya dan meminta bantuan. Kemudian dia berlari kembali ke base camp dan memperingatkan orang-orang,” jelasnya.

Baca juga:

  • Jenazah pendaki asal Brasil di Gunung Rinjani bakal diautopsi di Bali – Apa yang sejauh ini diketahui?
  • Mengapa perlu waktu berhari-hari mengevakuasi WNA Brasil di Gunung Rinjani?

Pria Irlandia itu memperkirakan dirinya bertahan di batu itu selama sekitar lima hingga enam jam, sampai pertolongan tiba.

“Itu jelas pengalaman yang sangat menakutkan. Saya berdoa kepada Tuhan agar saya bisa keluar dari sana hidup-hidup, atau hanya dengan beberapa tulang yang patah.”

“Sejujurnya, saya rela mematahkan lengan, kaki, atau semua tulang saya untuk keluar dari situasi itu. Jika saya perlu membuat perjanjian dengan Tuhan atau Iblis untuk keluar dari sana hidup-hidup, saya akan melakukannya.”

Farrell mengatakan bahwa tim pendaki profesional mencoba membuat tali darurat dari pakaian-pakaian yang diikat menyambung untuk mencoba mengangkatnya.

‘Benar-benar lega’

Setelah lima jam, tim penyelamat yang bekerja di wilayah tersebut akhirnya berhasil mengangkatnya dari lokasi kejadian.

Menurut keterangan tim penyelamat kepada Farrell, mereka berada di dekat lokasi kejadian karena sedang mengangkat tubuh korban kecelakaan lainnya.

Baca juga:

  • Pelajaran pahit dari erupsi Gunung Marapi: Letusan ‘tiba-tiba’ dan prosedur keselamatan ‘diabaikan’

Ketika akhirnya terbebas dari situasi tersebut, pria Irlandia itu mengatakan bahwa ia merasa “benar-benar lega”.

“Saya sangat bersyukur dan bersemangat,” ungkapnya.

“Saya suka adrenalin dan olahraga ekstrem, tetapi situasi ini hampir membuat saya jera,” tambah Farrell.

Ketika ditanya oleh BBC News Brasil apakah ia menganggap penting untuk meningkatkan keamanan di jalur pendakian Gunung Rinjani, ia mengajukan serangkaian pertimbangan dan saran.

“Pertama-tama, saya ingin berduka cita atas meninggalnya Juliana dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarganya.”

“Terkait peningkatan [keamanan], kita perlu mempertimbangkan bahwa Indonesia adalah negara miskin dengan sedikit sumber daya. Namun, tentu saja harus ada lebih banyak uang diinvestasikan untuk meningkatkan keamanan di sana,” katanya.

“Mereka dapat menaikkan biaya yang dikenakan untuk mengunjungi lokasi tersebut.”

“Atau memastikan setiap kelompok memiliki setidaknya dua pemandu, sehingga salah satu dari mereka tetap berada di belakang dan dapat menawarkan semacam dukungan kepada orang-orang yang merasa tidak enak badan dan tertinggal, seperti yang terjadi pada Juliana,” saran Farrell.

Cara pandang baru

Ketika ditanya apakah ia akan mendaki Gunung Rinjani lagi, pria Irlandia itu segera menjawab.

“Tidak diragukan lagi. Tapi saya akan lebih berhati-hati saat mendaki [Gunung Rinjani] kedua kalinya. Mendaki gunung adalah sesuatu yang ingin saya lakukan selama sisa hidup saya, selama saya masih mampu.”

Pria Irlandia itu memastikan bahwa mengalami momen begitu dekat dengan kematian benar-benar mengubah cara pandangnya terhadap kehidupan.

“Sangat jarang orang selamat dari kecelakaan seperti ini, sayangnya. Namun, ketika saya masih hidup setelah mengalami [jatuh di Gunung Rinjani], saya mulai berpikir tentang apa yang benar-benar penting,” kata Farrell, yang saat diwawancara BBC News Brasil sedang berada di tempat yoga dan meditasi di India.

“Sejak kecelakaan saya, hubungan saya dengan Tuhan menjadi jauh lebih baik. Sekarang saya mencoba menjalani hidup dengan lebih selaras dengan nilai-nilai yang benar-benar penting bagi saya,” pungkasnya.

  • Mengapa perlu waktu berhari-hari mengevakuasi WNA Brasil di Gunung Rinjani?
  • Jenazah pendaki asal Brasil di Gunung Rinjani bakal diautopsi di Bali – Apa yang sejauh ini diketahui?
  • Kisah pendaki Rinjani saat gempa di Lombok: “Saya melihat mayat, sekarang tak berani naik gunung”

Berita Terkait

Nostalgia Wisata: Tempat Populer yang Kini Terlupakan
Liburan Seru & Anti-Mainstream? Cobain Bounce Street Asia!
Pantai Pasir Putih Dalegan: Wisata Paket Komplit Favorit Keluarga di Gresik
Pertama Kali ke Gunung Rinjani? Ini 7 Tips Mendaki yang Harus Kamu Tahu
Sebuah Perjalanan Solo – Berita Terkini
Kim Jong-un Resmikan Wisata Pantai di Korea Utara, Dilengkapi Hotel dan Restoran
5 Wisata Pulau di Pandeglang Banten yang Super Indah Ini Cocok Buat Healing saat Libur Sekolah
Long Weekend Juni: 5 Destinasi Wisata Jateng yang Bikin Nagih!

Berita Terkait

Jumat, 27 Juni 2025 - 19:03 WIB

Nostalgia Wisata: Tempat Populer yang Kini Terlupakan

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:37 WIB

Liburan Seru & Anti-Mainstream? Cobain Bounce Street Asia!

Jumat, 27 Juni 2025 - 13:20 WIB

Pantai Pasir Putih Dalegan: Wisata Paket Komplit Favorit Keluarga di Gresik

Jumat, 27 Juni 2025 - 12:02 WIB

Pertama Kali ke Gunung Rinjani? Ini 7 Tips Mendaki yang Harus Kamu Tahu

Jumat, 27 Juni 2025 - 09:35 WIB

Kesaksian warga Irlandia yang hampir tewas saat mendaki Gunung Rinjani

Berita Terbaru

Pets And Animals

Kuda Jeju: 5 Fakta Unik & Mengagumkan si Legenda Pulau Jeju!

Sabtu, 28 Jun 2025 - 01:21 WIB

Finance

Dolar AS Anjlok! Pasar Ragu Trump & The Fed?

Sabtu, 28 Jun 2025 - 01:00 WIB