MANADO – Rencana reklamasi Teluk Manado seluas 90 hektare yang sudah mulai berjalan, menyisakan cerita sedih untuk warga yang sering menghabiskan waktu liburan mereka dengan bermain maupun mandi di Pantai Karangria.
Pantai Karangria yang ada di Kecamatan Tuminting, menjadi salah satu lokasi yang bakal ikut direklamasi pada proyek reklamasi Teluk Manado tersebut.
Rusli, salah satu warga yang mengaku sering mengajak keluarganya berlibur di pantai Karangria, mengaku sangat sedih pertama kali mendengar kabar jika pantai yang memiliki hamparan pasir yang luas itu akan direklamasi oleh pihak swasta yang didukung oleh pemerintah.
Menurut Rusli, tempat itu merupakan tempat wisata laut gratis yang masih bertahan di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), setelah sebelumnya pantai Malalayang juga telah direklamasi dan dijadikan kawasan Malalayang Beach Walk.
“Kalau di sini jadi reklamasi, maka tak ada lagi wisata laut yang gratis di Manado. Kami harus membayar bahkan hanya untuk melihat laut, karena pesisir pantai sudah tidak ada lagi karena sudah ditimbun batu dan tanah,” kata Rusli.
Senada diungkapkan Denny, seorang penderita stroke yang mengaku sembuh setelah melakukan terapi pasir di pantai Karangria. Denny menyebutkan, tempat itu sebenarnya adalah berkat untuk para penderita stroke, karena bisa melakukan terapi pasir tanpa harus membayar.
Diceritakan Denny, sewaktu dirinya masih terserang Stroke, dia mengikuti saran beberapa teman yang menyebutkan jika di pantai Karangria da banyak penderita stroke yang datang untuk terapi dan berangsur membaik.
“Waktu pertama datang saya terkejut karena memang banyak penderita stroke lagi terapi pasir. Dan puji Tuhan, setelah beberapa kali terapi pasir itu, saya berangsur pulih. Sedih mendengar pantai ini akan direklamasi karena di sini itu gratis dan tinggal ini pesisir pantai di Manado yang bisa diakses gratis,” kata Denny.
Sementara itu, penolakan terhadap reklamasi Teluk Manado masih terus dilakukan oleh nelayan dan masyarakat sekitar. Mereka mengatakan jika reklamasi tersebut akan mematikan mata pencarian mereka sebagai nelayan dan orang yang hidup di sekitar pesisir pantai.
