Matcha makin populer, penduduk kota asal matcha di Jepang makin khawatir

Avatar photo

- Penulis Berita

Senin, 30 Juni 2025 - 09:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Belakangan ini, permintaan matcha melonjak di Uji, wilayah yang dikenal sebagai ibu kota matcha di Jepang. Ketika antrean turis untuk mendapatkan matcha mengular, penduduk lokal khawatir tradisi mereka akan memudar.

Pukul 10.00 adalah waktu yang penting di Uji. Ini adalah waktunya toko-toko matcha buka.

Kota Uji dikenal dunia karena matcha, yakni teh hijau bubuk yang biasanya diseduh dengan air panas. Kota ini bisa dijangkau menggunakan kereta dari Kyoto selama setengah jam perjalanan.

Sebelum jam 10, saya pergi ke Nakamura Tokichi Honten, salah satu toko matcha ternama di Jepang dan dulunya menjadi pemasok matcha untuk kaisar Jepang.

Saya dengar, sulit untuk memesan meja di kafe mereka. Jadi saya merasa was-was ketika ada dua perempuan muda berlari mendahului saya.

Kafe ini belum buka, jadi saya mengambil nomor antrean untuk memasan tempat. Ternyata, sudah ada 35 orang yang mengantre di depan saya.

Sambil menunggu giliran, saya berkeliling toko untuk melihat-lihat produk matcha yang ditampilkan di etalase. Ada es krim, cemilan, bahkan mie rasa matcha. Tapi, saya mencari bubuk matcha.

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

Saya melihat seorang perempuan memegang keranjang yang penuh dengan kaleng-kaleng matcha. Keributan terjadi di salah satu sudut toko.

Pekerja toko yang bertubuh mungil mencoba mengisi ulang rak, tapi dia nyaris tidak bisa menaruh kaleng-kaleng matcha di rak karena kepalang direbut oleh kerumunan turis.

Dia dikerumuni dari segala sisi, bahkan beberapa orang langsung mengambil kaleng-kaleng bubuk matcha itu dari keranjangnya.

Dia berteriak dalam bahasa Jepang, tapi pesannya tidak dipahami oleh orang-orang asing yang mengerumuninya.

Begitu saya sadar hanya ada beberapa kaleng bubuk matcha yang tersisa, saya bergerak ke kerumunan dan mengambil salah satu kaleng. Seseorang meraih tangan saya, lalu mendengus dan melepaskannya.

Sedetik kemudian, seorang perempuan tinggi berteriak dengan aksen Amerika, “Habis. Semua matcha sudah habis”. Padahal waktu itu belum lewat dari pukul 10.05.

Saya lalu mengantre untuk membayar bubuk matcha berukuran 30 gram, tanpa tahu jenis apa yang saya ambil dan berapa harganya.

Saya menduga saya tidak mendapatkan matcha kualitas terbaik, karena orang lain memegang kaleng berwarna hijau.

Saya iri dengan laki-laki yang di barisan depan yang mendapat 30 kaleng lebih. Puluhan kaleng matcha itu lalu dimasukkan ke plastik dengan segel bebas pajak.

“Saya tidak percaya saya baru saja menghabiskan 250 euro (Rp4,7 juta) untuk membeli teh,” katanya bangga dengan logat Jerman.

Tidak seperti toko-toko matcha ternama lainnya di Uji, Nakamura Tokichi tidak membatasi jumlah matcha yang bisa dibeli setiap pengunjung.

Saya menghabiskan sisa pagi itu dengan berkeliling kota, membeli apa pun yang masih tersedia di berbagai tempat.

Tsujirihei Honten, merek ternama lainnya yang didirikan pada 1860, mengiklankan 20 jenis matcha. Namun saat itu, mereka cuma punya tiga atau empat jenis.

Walaupun jumlah pembelian dibatasi, sebagian besar matcha di toko-toko di Uji sudah habis terjual.

Baca juga:

  • Di balik tren matcha yang mendunia, ada tradisi budidaya teh Jepang yang mulai langka
  • Kratom : Tanaman obat atau obat terlarang?
  • Budaya unik toko swalayan di Jepang

Matcha kaya akan antioksidan. Efek kafeinnya tidak sekuat kopi. Belakangan, permintaan matcha meningkat di dunia.

Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang melaporkan bahwa 4.176 ton matcha diproduksi pada 2023. Jumlah itu meningkat tiga kali lipat sejak 2010.

Industri pariwisata Jepang juga berkembang pesat. Pada 2024, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jepang mencapai hampir 37 juta orang. Ini adalah rekor tertinggi.

Laporan menunjukkan bahwa popularitas matcha disebabkan oleh manfaat kesehatannya. Matcha juga populer di media sosial.

Walaupun sebenarnya tidak ada pembagian kelas untuk matcha, banyak toko mengategorikan bubuk matcha mereka ke tiga golongan: seremonial, premium, atau kuliner.

Matcha seremonial biasanya berasal dari daun yang dipanen pada musim itu juga, dengan rasa yang kaya, umami, tanpa rasa pahit.

Matcha kelas kuliner cenderung kasar dan sedikit pahit, lebih cocok untuk panganan manis.

Di antara keduanya, ada matcha kelas premium yang serbaguna untuk sehari-hari.

Tomimi Hisaki, manajer umum di Tsujirihei mengatakan turis asing cenderung membeli matcha seremonial kelas atas dalam jumlah besar. Namun, pasokannya tidak bisa memenuhi permintaan.

“Uji matcha bermutu tinggi tidak bisa diproduksi massal,” kata dia.

Pertama, daun teh untuk kelas seremonial harus ditanam di tempat yang teduh. Ini akan menghasilkan rasa yang lebih kaya, lebih umami, dan sepat.

“Namun, jika Anda menutupinya, daun teh malah tidak bisa berfotosintesis sehingga tidak akan tumbuh dan hasil panennya sedikit,” jelasnya.

Baca juga:

  • Amazake, ‘cairan infus yang bisa diminum’ hasil fermentasi dari Jepang kuno
  • Mengapa kedai teh di Indonesia tidak sepopuler kedai kopi?
  • Konsumsi gula berlebihan, pasien cuci darah menyesal ‘setiap hari minum kopi dan teh kemasan’

Hambatan lainnya dalam produksi matcha, menurut Hisaki, adalah penggilingan batu tradisional.

Penggilingan ini menghasilkan bubuk yang sangat halus, tetapi setiap penggilingan hanya bisa menghasilkan sekitar 400 gram teh setelah delapan jam. Ini setara dengan 13 kaleng.

Produksi matcha bisa ditingkatkan dengan menanam lebih banyak kebuh teh, tapi perlu waktu sampai produknya bisa dijual di toko-toko.

Kelangkaan matcha seremonial buatan Uji menumbuhkan eksklusivitas, yang malah membangkitkan semangat para wisatawan.

Hisaki mengatakan bahwa sejak awal tahun persediaan bubuk matcha untuk sebulan habis terjual hanya dalam sehari. Kalau hiruk pikuk ini terus berlanjut, dia khawatir para instruktur upacara minum teh, kuil, dan tempat suci akan kesulitan mendapat pasokan.

“Kami telah mendengar laporan bahwa matcha untuk upacara digunakan untuk latte dan smoothie, yang dapat mengurangi ketersediaan matcha berkualitas tinggi bagi mereka yang ingin menikmatinya dalam bentuk tradisional,” kata Simona Suzuki, presiden Asosiasi Teh Jepang Global.

“Harapan kami adalah agar para wisatawan asing mempertimbangkan tujuan penggunaan saat membeli matcha.”

Baca juga:

  • Budaya unik toko swalayan di Jepang
  • Biaya hidup melejit, Jepang dikejutkan harga makanan ringan yang melonjak 20%
  • Kisah orang-orang suku Ainu, penduduk asli Jepang yang terlupakan

Saya terus teringat pada pria di barisan depan dan orang-orang seperti dia, yang menimbun matcha senilai jutaan rupiah. Apa yang bisa dilakukan dengan begitu banyak teh berkualitas terbaik?

Saya tidak mengenal laki-laki itu, tetapi saya menduga dia tidak membeli matcha untuk upacara minum teh.

Saya menduga bahwa seperti saya, dia dan orang-orang di rumah menikmati minuman ini dengan susu dan gula dalam bentuk matcha latte, bahkan mungkin untuk membuat kue.

Saya juga menduga bahwa kebanyakan orang, seperti saya, tidak memiliki lidah yang cukup halus untuk membedakan tingkatan teratas matcha. Ditambah lagi, produk hijau berumput ini akan kehilangan kesegarannya setelah berada di dapur selama berbulan-bulan.

Tetapi, ketika berada ratusan kilometer dari rumah dan ada kesempatan, tentu kita akan sangat tergoda untuk melupakan batasan itu dan menjadi serakah. Berapa banyak kaleng yang akan saya ambil kalau ada kesempatan?

“Saya pikir sangat menyenangkan bahwa matcha Jepang menyebar,” kata Hisaki.

“Saya ingin lebih banyak orang menikmatinya untuk kesehatan, upacara minum teh, dan warisan budaya.”

Namun, dia mengimbau para pengunjung untuk tidak menimbun persediaan untuk dijual kembali.

Berbelanja di Uji ternyata lebih menantang dari yang saya kira. Saya menghabiskan waktu dengan bertanya-tanya, apakah saya harus mencoba membeli kaleng-kaleng matcha yang tersisa di kota ini?

Sebenarnya, masih ada banyak produk lain yang bisa dinikmati. Suzuki berharap para wisatawan juga melirik teh jenis lain seperti sencha yang penuh warna atau gyokuro.

Ada juga hojicha, sepupu matcha yang dipanggang yang rasanya lebih mirip kacang-kacangan dan cokelat daripada klorofil. Menurut saya, ini rasanya lebih enak daripada matcha.

Meskipun kekurangan bubuk matcha, Uji masih seperti taman bertema teh dengan keragaman produk yang tak ada habisnya.

Di Nakamura Tokichi, saya memesan mie soba yang dicampur dengan teh dan parfait matcha, dan di toko-toko suvenir, saya membeli fettuccine dan kari matcha. Restoran-restoran menyajikan gyoza matcha, takoyaki, dan ramen.

Di Tsujirihei, saya membeli sekantong bubuk matcha manis, sebuah produk yang dirancang untuk mudah dilarutkan dalam air, cocok untuk matcha latte atau minuman manis lainnya.

Saya menyeruput matcha latte instan semacam ini sekarang, dimeriahkan oleh warna hijau kehijauan dan ditenangkan oleh kehangatannya. Tentu saja, minuman ini tidak disajikan untuk kaisar, tetapi sangat cocok untuk saya.

Artikel versi Bahasa Inggris berjudul Who drank all the matcha? How tourism drained a Japanese town dapat Anda baca di BBC Travel.

  • Kakeibo: Metode kuno mengelola keuangan ala Jepang
  • Apakah budaya Jepang adalah yang terbersih di dunia?
  • Upaya generasi muda Jepang melestarikan seni kerajinan yang terancam punah

Berita Terkait

Resep Bolu Pisang Kukus: 5 Cara Mudah, Enak, dan Lembut!
Cara Bikin Telur Orak-arik yang Enak, Tips dari Chef Profesional
Seluk-beluk Impor Sapi: Deretan Negara Pengekspor Sapi Hidup ke Indonesia
Hand Mixer: 6 Alasan Baking Lebih Cepat & Hasil Lebih Oke!
Hand Mixer Terbaik 2024: 32 Pilihan untuk Baking Lebih Mudah
6 Benda di Dapur Ini Sering Lupa Dibersihkan, Awas Jadi Sarang Kuman
Usus Ayam Bebas Amis: 5 Cara Ampuh Hilangkan Bau Tak Sedap!
Dimsum MM Pangkalpinang: Kenyal, Ayamnya Nampol!

Berita Terkait

Senin, 30 Juni 2025 - 20:47 WIB

Resep Bolu Pisang Kukus: 5 Cara Mudah, Enak, dan Lembut!

Senin, 30 Juni 2025 - 09:07 WIB

Matcha makin populer, penduduk kota asal matcha di Jepang makin khawatir

Senin, 30 Juni 2025 - 07:35 WIB

Cara Bikin Telur Orak-arik yang Enak, Tips dari Chef Profesional

Senin, 30 Juni 2025 - 04:27 WIB

Seluk-beluk Impor Sapi: Deretan Negara Pengekspor Sapi Hidup ke Indonesia

Minggu, 29 Juni 2025 - 18:33 WIB

Hand Mixer: 6 Alasan Baking Lebih Cepat & Hasil Lebih Oke!

Berita Terbaru

War And Conflicts

Iran Berduka: 935 Tewas Akibat Serangan Israel, Update Terbaru

Selasa, 1 Jul 2025 - 00:39 WIB

Home And Garden

Desain Kamar Mandi 2×3: Tips Elegan, Nyaman, dan Hemat!

Selasa, 1 Jul 2025 - 00:31 WIB