Saham Bank Big Caps Meroket: Peluang atau Gelembung? Analisis Lengkap!

Avatar photo

- Penulis Berita

Senin, 2 Juni 2025 - 05:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kinerja Bank Raksasa Indonesia di Kuartal Awal 2025: Laba Melambat, Saham Justru Menguat Signifikan

Jakarta – Empat bulan pertama tahun 2025 menyajikan gambaran menarik bagi sektor perbankan raksasa di Indonesia. Meskipun secara fundamental kinerja keuangan beberapa bank besar belum menunjukkan lonjakan signifikan, bahkan cenderung stagnan, pergerakan harga saham-saham *big caps* justru melonjak drastis dalam sebulan terakhir. Fenomena ini muncul setelah gelombang keluarnya investor asing di awal tahun sempat membuat saham-saham bank papan atas ini “loyo”. Kini, pasar mulai bereaksi positif, mengisyaratkan adanya pembalikan tren di tengah perbaikan kinerja yang perlahan terlihat.

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Menunjukkan Arah Perbaikan di Tengah Tantangan Laba

Di antara jajaran bank *big caps*, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi salah satu yang mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan kinerja, meski masih diwarnai penurunan laba. Sepanjang empat bulan pertama tahun 2025, laba bersih BRI tercatat sebesar Rp 15 triliun, turun 15,7% secara tahunan (YoY). Meski demikian, angka ini jauh lebih baik ketimbang posisi Januari 2025 yang sempat anjlok hingga 58% YoY, menandakan adanya pemulihan bertahap.

Antusiasme investor menyambut perbaikan ini terlihat jelas dari pergerakan harga saham BBRI. Dalam sebulan terakhir, saham bank yang dikenal dekat dengan “wong cilik” ini melesat 15,89% hingga mencapai Rp 4.450 per saham, menjadikannya bank dengan kenaikan harga tertinggi di antara para pesaing *big caps* lainnya.

Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, menjelaskan bahwa salah satu strategi krusial yang diusung perseroan adalah fokus pada pengelolaan dana murah, atau *Current Account Saving Account* (CASA). Pendekatan ini bertujuan menjaga efisiensi biaya dana sekaligus memastikan stabilitas bisnis jangka panjang. Komposisi CASA BRI berhasil meningkat secara tahunan dari 62,14% menjadi 64,84% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK). Dana murah BRI kini mencapai Rp 908 triliun, sementara deposito, yang tergolong dana mahal, mengalami penurunan 6,6% YoY.

Hendy menambahkan, pertumbuhan dana murah ini tidak lepas dari optimalisasi layanan digital BRI, terutama melalui *super apps* BRImo, perluasan jaringan AgenBRILink, serta pengembangan *transaction banking* dan ekosistem *merchant*. “*Transaction banking* menjadi salah satu pilar utama BRI dalam membangun CASA secara konsisten,” tegas Hendy.

Bank Central Asia (BBCA) dengan Pertumbuhan Laba yang Solid

Tak ketinggalan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga menunjukkan perbaikan kinerja yang signifikan dari sisi laba. Dalam empat bulan pertama tahun 2025, laba BCA tumbuh sekitar 17,4% secara tahunan (YoY), meningkat pesat dari pertumbuhan 5,8% YoY di awal tahun. Kendati demikian, kenaikan harga sahamnya relatif lebih moderat dibandingkan sesama bank jumbo lainnya. Saham BBCA naik 7,12% dalam sebulan terakhir, mencapai Rp 9.400 per saham, menjadikannya pertumbuhan paling lambat di antara empat bank besar.

Bank Mandiri (BMRI) Menghadapi Perlambatan Laba dan Kredit

Situasi sedikit berbeda dialami oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), yang justru menunjukkan perlambatan kinerja. Laba Bank Mandiri di empat bulan pertama 2025 hanya tumbuh 0,7% secara tahunan (YoY), jauh melambat dari pertumbuhan 4,4% YoY yang sempat dicapai di awal tahun. Perlambatan ini juga tecermin dari pertumbuhan kreditnya yang menurun, dari 19% YoY pada Januari 2025 menjadi sekitar 15% YoY per April 2025.

Meskipun demikian, Corporate Secretary Bank Mandiri, M. Ashidiq Iswara, tetap optimistis. Ia menyatakan, “Bank Mandiri optimis dapat mendeliver target pertumbuhan kredit secara konsolidasi sesuai dengan *guidance* dapat tumbuh di kisaran 10% – 12% YoY pada akhir tahun 2025.”

**Analisis Para Pakar: Tantangan Fundamental dan Prospek Cerah Saham Bank *Big Caps***

Wakil Presiden Pemasaran, Strategi, dan Perencanaan Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menilai bahwa secara garis besar, tren kinerja bank-bank besar masih menghadapi tekanan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan biaya kredit (*cost of credit*) serta perlambatan pertumbuhan kredit. Namun, Audi melihat secercah harapan bagi bank-bank *big caps* untuk memperbaiki kinerjanya, terutama dengan adanya sentimen positif dari pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI), yang baru-baru ini menurunkan BI-rate menjadi 5,5%. “Kami meyakini dalam jangka menengah hingga panjang kinerja bank akan cenderung membaik,” ujar Audi.

Sejalan dengan optimisme pasar, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, mengemukakan bahwa memasuki Mei 2025, saham-saham bank *big caps* mulai menunjukkan arah yang lebih positif, meskipun ia sepakat bahwa kinerja fundamentalnya belum sepenuhnya pulih. Secara teknikal, saham BBCA bahkan dikategorikan dalam tren *strong bullish*, sementara BBRI telah berhasil *breakout* dari level resistensi dan berpotensi melanjutkan penguatan. Untuk BMRI dan BBNI, meskipun kenaikannya masih relatif lambat, Ekky melihat adanya potensi pembalikan arah tren, menanti konfirmasi lebih lanjut dari volume dan *price action*.

Melihat potensi tersebut, Ekky Topan merekomendasikan level harga saat ini cukup layak untuk akumulasi bertahap, khususnya bagi investor jangka panjang yang mengutamakan keamanan investasi dan prospek stabil di sektor perbankan. “Kombinasi antara valuasi rendah dan fundamental yang relatif kuat menjadikan saham-saham bank *big caps* sebagai opsi defensif yang menarik di tengah kondisi pasar yang masih fluktuatif,” jelasnya. Ia juga memberikan target harga menarik: BBCA berpotensi mencapai Rp 9.700 per saham dalam waktu dekat, dan Rp 11.000 untuk jangka pendek. Sementara itu, BMRI ditargetkan bisa menyentuh Rp 5.500 dan BBNI mencapai Rp 4.750.

Prospek ke Depan: Perbankan sebagai Opsi Investasi Defensif

Meskipun kinerja fundamental beberapa bank besar masih menunjukkan dinamika yang bervariasi, sentimen positif di pasar saham mengindikasikan kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang sektor perbankan. Dengan strategi pengelolaan dana yang efisien, inovasi digital, dan potensi pelonggaran moneter, bank-bank *big caps* diperkirakan akan menemukan momentum perbaikan. Bagi investor, terutama mereka yang mencari keamanan dan stabilitas di tengah fluktuasi pasar, saham-saham bank raksasa ini menawarkan pilihan yang menarik untuk akumulasi bertahap, didukung oleh valuasi yang kompetitif dan fundamental yang tangguh.

Berita Terkait

Pertamina Antisipasi Lonjakan, Stok BBM & LPG di Jateng-DIY Aman
Bitcoin Tetap Stabil di Rp 1,7 Miliar: Harga Terbaru Hari Ini
Harga Emas Antam Turun, Cuan 31,43% Setahun!
Aset Kripto Booming! 1 Juta Pengguna Baru dalam Sebulan
BEI Terbitkan Aturan Baru: Dividen & Delisting Lebih Jelas
Asing Borong TLKM & BBRI! Saham Apa Lagi yang Naik?
OECD Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: Ini Penyebabnya
Danantara Incar Saham GOTO? Grab Siap Jadi Penentu?

Berita Terkait

Jumat, 6 Juni 2025 - 23:13 WIB

Pertamina Antisipasi Lonjakan, Stok BBM & LPG di Jateng-DIY Aman

Jumat, 6 Juni 2025 - 21:57 WIB

Bitcoin Tetap Stabil di Rp 1,7 Miliar: Harga Terbaru Hari Ini

Jumat, 6 Juni 2025 - 21:12 WIB

Harga Emas Antam Turun, Cuan 31,43% Setahun!

Jumat, 6 Juni 2025 - 20:59 WIB

Aset Kripto Booming! 1 Juta Pengguna Baru dalam Sebulan

Jumat, 6 Juni 2025 - 20:03 WIB

BEI Terbitkan Aturan Baru: Dividen & Delisting Lebih Jelas

Berita Terbaru

Society Culture And History

Innalillahi, Ustaz Yahya Waloni Wafat: MUI Sampaikan Duka Cita

Jumat, 6 Jun 2025 - 23:24 WIB

Pets And Animals

Rahasia Barisan Babun: Mengapa Mereka Berjalan Beriringan?

Jumat, 6 Jun 2025 - 23:10 WIB

Society Culture And History

Ivan Gunawan Resmi Haji: Kepala Botak Usai Tahalul

Jumat, 6 Jun 2025 - 22:53 WIB