IHSG Tertekan di Zona Merah: Sentimen Manufaktur Lesu dan Prediksi Analis untuk Perdagangan Berikutnya
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Selasa (1/7) di zona merah, melanjutkan tren pelemahan. Pada penutupan sesi, IHSG terkoreksi 12,31 poin atau 0,18%, bergerak ke level 6.915,36 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pergerakan pasar menunjukkan dinamika yang beragam, dengan 245 saham menguat, 356 saham melemah, dan 191 saham stagnan.
Pelemahan IHSG ini, menurut Analis sekaligus VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, utamanya disebabkan oleh respons negatif pasar terhadap data PMI Manufaktur Indonesia. Angka PMI yang jatuh ke level 46,9, di bawah ekspektasi pasar, menandakan kontraksi sektor manufaktur selama tiga bulan berturut-turut. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan penurunan permintaan, yang berujung pada perlambatan aktivitas manufaktur dan ekspor.
Senada, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, menyoroti penutupan IHSG yang melemah setelah sempat menguat di awal sesi perdagangan. Salah satu pemicunya adalah laporan keuangan beberapa bank BUMN yang menunjukkan penurunan laba per Mei 2025, mendorong aksi ambil untung (profit taking) di kalangan investor.
Di tengah tekanan tersebut, beberapa data ekonomi makro Indonesia sejatinya memberikan sentimen positif. Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025 mencatatkan surplus signifikan sebesar US$ 4,3 miliar, meningkat dari US$ 2,92 miliar pada Mei 2024. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan ekspor sebesar 9,68% secara tahunan (YoY) dan impor 4,14% YoY. Pertumbuhan ekspor Mei 2025 bahkan menjadi yang tertinggi dalam 31 bulan terakhir, diduga karena para eksportir mempercepat pengiriman barang sebelum potensi berakhirnya jeda tarif impor Trump, yang tercermin dari peningkatan ekspor ke AS sebesar 24,76% YoY.
Selain itu, data inflasi Indonesia untuk Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% YoY, sedikit meningkat dari 1,6% YoY pada Mei 2025. Secara bulanan (MoM), inflasi naik menjadi 0,19% dari sebelumnya deflasi 0,37% pada Mei 2025. Meskipun demikian, angka inflasi Juni ini masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia yang sebesar 1,5% – 3,5% YoY.
Dari sisi teknikal, Alrich mengamati bahwa indikator Stochastic dan RSI masih bergerak *sideways* di area *pivot*, dengan volume jual yang cenderung mendominasi volume beli. Akibatnya, IHSG belum mampu bertahan di atas level krusial 6.950, meskipun sempat menguat secara *intraday* hingga 6.971. Untuk perdagangan Rabu (2/7), IHSG diperkirakan akan cenderung bergerak konsolidasi dalam kisaran 6.840 – 7.000. Investor disarankan untuk mencermati saham MEDC, MAPA, UNVR, MYOR, dan INDF.
Sementara itu, Oktavianus Audi memperkirakan IHSG besok akan bergerak *mixed* cenderung melemah. Ia menetapkan rentang level *support* di 6.860 dan *resistance* di 7.000, dengan indikator MACD yang menunjukkan pelemahan tren berlanjut. Sentimen utama yang akan menggerakkan pasar datang dari penantian data tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS), yang berdasarkan konsensus diperkirakan meningkat menjadi 4,3%. Jika perkiraan ini sejalan dengan rilis data, pasar cenderung merespons negatif, namun berpotensi memberikan ruang bagi Federal Reserve untuk bersikap lebih *dovish*.
Dalam konteks ini, Audi merekomendasikan ‘trading buy’ untuk saham AMMN dengan *support* Rp 8.300 dan *resistance* Rp 9.250 per saham, serta CUAN dengan *support* Rp 12.400 dan *resistance* Rp 13.600 per saham.