Peristiwa warga Palestina yang tewas dan terluka saat mencari bantuan terus bermunculan, setidaknya empat pekan sejak dimulainya penyaluran bantuan penuh kontroversi yang diinisiasi Amerika Serikat dan Israel.
Menurut data Menteri Kesehatan Gaza, dalam sebulan terakhir kira-kira 500 orang terbunuh saat mencoba mengejar bantuan, dan sekitar 4.000 orang mengalami cedera.
Untuk mendapat gambaran akan kondisi yang lebih jelas dalam sebulan terakhir, BBC Verifiy menganalisis puluhan video yang terhimpun dari seluruh penjuru Gaza.
Material yang dihimpun ini memberikan pemahaman tentang bagaimana sistem distribusi bantuan untuk warga Gaza itu berjalan di lapangan.
Berbagai rekaman peristiwa yang ada menunjukkan siklus kekacauan, kepanikan, penembakan terarah, serta kejadian di mana warga Palestina yang tewas atau terluka, hampir setiap hari.
Video-video tersebut juga menunjukkan gambaran utuh mengenai situasi bahaya dan kekacauan. Namun berbagai video itu tak memberi kesimpulan perihal siapa yang bertanggung jawab atas penembakan dalam setiap insiden.
Namun dalam banyak kasus, saksi mata dan petugas medis menceritakan bahwa pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan di dekat lokasi bantuan.
Dalam sejumlah pernyataan selama sebulan terakhir, militer Israel (IDF) beberapa kali membuat klaim bahwa mereka melepaskan “tembakan peringatan” ke orang-orang yang mereka anggap “patut dicurigai” atau mereka nilai “bisa menimbulkan ancaman”.
Kepada BBC Verify, IDF menuding Hamas melakukan “segala cara untuk mencegah keberhasilan distribusi makanan di Gaza, mencoba mengganggu bantuan, dan secara langsung merugikan warga Jalur Gaza”.
Pada 18 Mei lalu, Israel mengumumkan pelonggaran sebagian blokade bantuan ke Gaza selama 11 pekan. Mereka membuat klaim cara itu dapat menekan Hamas agar membebaskan warga Israel yang disandera.
IDF membangun empat lokasi distribusi bantuan: tiga di ujung barat daya Gaza dan satu di Gaza tengah, yang dikenal sebagai Koridor Netzarim dan mulai beroperasi pada tanggal 26 Mei lalu.
Lokasi-lokasi di wilayah yang dikuasai IDF, yakni SDS 1, 2, 3 dan 4. Daerah ini dioperasikan oleh kontraktor keamanan yang bekerja untuk Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), sementara militer Israel membangun perimeter dan mengamankan rute menuju ke titik-titik distribusi.
Pada 26 Juni lalu, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pendanaan sebesar $30 juta (sekitar Rp485 miliar) untuk GHF. Ini adalah pertama kalinya AS memberikan sumbangan secara langsung kepada GHF.
Sejak awal PBB mengutuk rencana distribusi bantuan yang dijalankan GHF dengan sokongan Israel tersebut.
PBB menyebut sistem distribusi bantuan itu sebagai upaya “memiliterisasi” pemberian bantuan, melangkahi jaringan yang sudah lama ada.
Selain itu, PBB menyebut pola tersebut memaksa warga Gaza menelusuri perjalanan yang jauh dan berbahaya untuk mendapat makanan.
Beberapa hari setelah distribusi bantuan dimulai, puluhan warga Palestina tewas dalam insiden terpisah, tepatnya pada 1 dan 3 Juni.
Peristiwa itu ini memicu kecaman dari dunia internasional. Sejak saat itu, hampir setiap hari muncul laporan pembunuhan yang dilakukan kepada warga Gaza yang mencari bantuan.
IDF membuat klaim pasukan mereka “melakukan proses pembelajaran sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan respons operasional” di area tersebut. Sistem distribusi yang dikritik secara luas itu juga mereka klaim “dapat meminimalkan kemungkinan gesekan antara warga Gaza dan pasukan IDF”.
Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, menyebut laporan tentang orang-orang yang tewas saat menerima bantuan sebagai bentuk “kebohongan lain”.
“Tidak ada ratusan orang yang meninggal,” ujarnya.
GHF membantah perihal “insiden atau kematian di atau dekat” lokasi distribusinya.
Palang Merah Internasional, 24 Juni lalu menyebut bahwa sejak 27 Mei rumah sakit mereka di Rafah harus mengaktifkan prosedur pelayanan korban dalam jumlah massal. Sebagian besar pasien menderita luka tembak.
Para korban, kata Palang Merah Internasional, mengatakan penembakan terjadi saat mereka sedang dalam perjalanan ke lokasi distribusi bantuan.
PBB, Program Pangan Dunia (WFP), serta badan penyedia bantuan lain yang juga berupaya mendistribusikan bantuan di Gaza. Namun mereka harus bergantung pada otoritas Israel untuk memfasilitasi misi mereka.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyebut pembunuhan kepada warga Palestina yang mencoba mengakses bantuan merupakan “kemungkinan kejahatan perang”.
Pengacara hak asasi manusia internasional Sara Elizabeth Dill mengatakan kepada BBC Verify bahwa jika warga sipil secara sengaja ditarget, maka hal itu adalah pelanggaran hukum internasional yang serius.
“Penembakan massal selama jeda bantuan sipil melanggar aturan inti yang melarang penargetan warga sipil dan secara sengaja memanfaatkan kondisi kelaparan mereka, yang berpotensi meningkat menjadi kejahatan perang,” kata Dill.
Kekacauan di wilayah pesisir
Tiga video, yang pertama dipublikasikan pada tanggal 9 Juni, memperlihatkan ratusan orang, beberapa di antaranya memegang karung berisi tepung kosong.
Dalam video tersebut mereka berlarian di atas tumpukan puing dan bersembunyi di parit. Dalam tayangan tersebut terdengar beberapa kali suara tembakan otomatis.
Pada hari itu, Kementerian Kesehatan Hamas melaporkan enam orang yang mencari bantuan tewas, sementara 99 orang terluka.
Keesokan harinya, muncul laporan soal 36 kematian terkait ditribusi bantuan dan lebih dari 208 orang terluka.
Sejauh ini, tidak memungkinkan upaya pengecekan timbulnya korban akibat tembakan senjata yang terdengar dalam video.
Namun, BBC mengonfirmasi bahwa video tersebut direkam dari sekitar 4 kilometer di barat laut SDS4, wilayah menuju lokasi di Gaza tengah.
Analisis audio tembakan dari Steve Beck, mantan konsultan FBI yang kini mengelola Beck Audio Forensics, mengatakan karakteristik suara dan kecepatan tembakan yang muncul pada video sesuai dengan jenis senjata senapan mesin FN Minimi dan senapan serbu M4.
Senjata kedua, kata Beck, ditembakkan dengan kecepatan yang “sesuai” dengan karakteristik suara AK-47.
Siapa penembaknya tak dapat diverifikasi, teta FN Minimi dan M4 umumnya digunakan tentara IDF. Sementara AK-47 biasanya digunakan oleh Hamas dan kelompok lain di Gaza.
Dalam video yang dipublikasikan keesokan harinya, yakni 10 Juni, dan direkam di dekat wilayah sebelumnya, memperlihatkan lebih banyak orang terlihat berlarian panik saat suara tembakan, diikuti oleh suara seperti ledakan, terdengar di kejauhan.
Orang-orang yang terluka dan berdarah, termasuk anak-anak, kemudian terlihat dievakuasi.
GHF memiliki peta yang menunjukkan “jalur aman” ke titik distribusi. Sementara mengomunikasikan jam buka melalui WhatsApp dan media sosial.
Setiap jalur memiliki “titik awal” dan “titik pemberhentian”. Sementara itu warga Palestina diperingatkan bahwa mereka tidak boleh melewati titik pemberhentian tersebut sampai ada instruksi resmi.
GHF mengatakan koridor ini diamankan oleh IDF dan memperingatkan bahwa “melintasi titik pemberhentian kecuali diperintahkan, bisa berbahaya”.
Namun di SDS4 tidak ada jalur aman yang disiapkan bagi orang-orang yang datang dari utara.
Kematian dekat truk
Selain itu, ditemukan juga pembunuhan di dekat lokasi bantuan yang tidak terkait dengan GHF.
Rekaman terverifikasi dari tanggal 17 Juni menunjukkan sedikitnya 21 mayat dan beberapa orang terluka di jalan tempat parkir beberapa kendaraan, termasuk truk bak terbuka yang mengalami rusak berat.
Para saksi mata mengatakan kepada BBC bahwa pesawat nirawak dan tank IDF menembaki kerumunan saat mereka sedang menunggu untuk mengumpulkan bantuan.
Dalam sebuah pernyataan, IDF mengakui bahwa mereka telah mengidentifikasi “kumpulan” orang “yang berdekatan dengan truk distribusi bantuan yang terjebak di area Khan Yunis, dan di dekat pasukan IDF yang beroperasi di area tersebut”.
Mereka mengatakan: “IDF mengetahui laporan mengenai sejumlah orang yang terluka akibat tembakan IDF setelah kerumunan itu mendekat.”
IDF menyatakan penyesalan atas “kerugian apa pun pada orang yang tidak terlibat” dan mengatakan meninjau rincian mengenai insiden tersebut.
Seorang juru bicara badan pertahanan sipil yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan sedikitnya 50 orang tewas di tempat kejadian.
Video tersebut memperlihatkan sejumlah korban tewas di sekitar tanah bekas area yang terlihat hangus. Sementara satu orang cedera dengan kondisi kaki terputus.
Mark Cancian, dari Pusat Studi Strategis dan Internasional, mencatat tidak adanya rupa kawah tumbukan yang terlihat jelas dalam video. Namun ia memberi tahu bahwa berdasarkan tingkat kerusakan yang tampak, kemungkinan besar diakibatkan “tembakan langsung dalam jumlah banyak”.
Mayat yang dipindahkan
Video lain yang diunggah pada 16 Juni, yang telah diverifikasi BBC Verify, memperlihatkan mayat-mayat yang ditarik dengan kereta oleh seekor kuda di sepanjang jalan al-Rashid di Gaza utara. Ini adalah jalan utama di pesisir pantai dan sering digunakan untuk konvoi bantuan.
Keterangan di samping video tersebut mengklaim bahwa warga Palestina ini terbunuh saat menunggu bantuan.
Keesokan harinya, beberapa foto dan video yang kami verifikasi, diunggah di media tepat di dekat lokasi kejadian. Video itu memperlihatkan di sepanjang jalan yang sama, sesosok mayat yang diangkut beberapa pria menggunakan palet kayu.
GHF mengklaim banyak insiden yang dituduhkan terkait dengan konvoi dan lokasi distribusi untuk kelompok lain. PBB juga menyatakan hal yang sama mengenai hal ini. Pasokan bantuan tersebut disebut “dijarah oleh penjahat dan pelaku kejahatan”.
Seorang juru bicara GHF mengatakan bahwa secara keseluruhan mereka “senang” dengan operasi distribusi bantuan bulan pertama. Setidaknya mereka mendistribusikan 46 juta makanan untuk dua juta warga Gaza. Mereka berniat meningkatkan kapasitas makanan yang didistribusikan.
IDF mengatakan bahwa membuat perubahan, dengan memasang pagar dan rambu-rambu serta membuka rute tambahan.
“Kami telah menyampaikan kekhawatiran [kepada IDF] tentang menjaga jalur yang aman bagi para pencari bantuan, tetapi sayangnya beberapa telah mencoba mengambil jalan pintas yang berbahaya atau bepergian selama waktu yang terbatas,” kata juru bicara GHF.
“Pada akhirnya, solusinya adalah lebih banyak bantuan, yang akan menciptakan lebih banyak kepastian dan mengurangi urgensi di antara penduduk,” begitu pernyataan juru bicara GHF.
Paul Brown, Emma Pengelly, Lamees Altalebi, Richard Irvine-Brown, Benedict Garman, Alex Murray, Kumar Malhotra, Sebastian Vandermeersch dan Thomas Spencer berkontribusi pada laporan ini
What do you want BBC Verify to investigate?
- Siapa di balik GHF, badan kemanusiaan di Gaza yang disebut PBB dan organisasi internasional ‘mempersenjatai bantuan’?