Rupiah Perkasa! Mata Uang Asia Unggul Saat Dolar AS Melemah

Avatar photo

- Penulis Berita

Kamis, 3 Juli 2025 - 18:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mata Uang Asia Kian Perkasa Melawan Dolar AS: Apa Pemicunya dan Bagaimana Proyeksinya?

JAKARTA – Proyeksi penguatan mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin mengemuka. Tren pelemahan dolar AS membuka peluang bagi sejumlah mata uang regional untuk terus menunjukkan dominasinya. Berdasarkan data Bloomberg per Kamis (3/7) pukul 07.41 WIB, Dolar Taiwan (TWD) memimpin penguatan di Asia dengan kenaikan signifikan 3,27% terhadap dolar AS secara bulanan. Disusul oleh Won Korea yang menguat 1,55% dan Dolar Singapura sebesar 1,33%. Mata uang lainnya seperti Ringgit Malaysia juga terpantau naik 0,65%, Yuan China 0,5%, serta Yen Jepang 0,33%. Fenomena ini sejalan dengan tren pelemahan dolar AS, di mana Indeks Dolar (DXY) pagi ini berada di level 96,69.

Nanang Wahyudin, *Research & Education Coordinator* Valbury Asia Futures, mengonfirmasi tren ini. Ia menjelaskan bahwa dalam sebulan terakhir, Indeks Dolar (DXY) telah menunjukkan pelemahan signifikan terhadap mata uang utama dunia, termasuk di kawasan Asia. Pelemahan dolar AS ini utamanya didorong oleh kian santernya prospek pelonggaran kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) di akhir tahun 2025, ditambah dengan serangkaian data ekonomi Amerika yang menunjukkan perlambatan, seperti melambatnya pertumbuhan tenaga kerja dan pertimbangan angka inflasi.

Lebih lanjut, Nanang menambahkan bahwa kondisi global yang membaik turut berkontribusi. “Pelepasan aset *safe haven* pada dolar terjadi ketika situasi global dari sebuah risiko mulai mereda, seperti dari ketegangan geopolitik, batas waktu kesepakatan tarif impor antara mitra dagang Amerika, serta membaiknya beberapa katalis negara terkait,” ujar Nanang kepada Kontan, Kamis (3/7).

Proyeksi Mata Uang Asia Unggulan Versi Nanang Wahyudin

Merinci performa mata uang utama Asia, Nanang menyoroti Dolar Taiwan (USDTWD) yang telah menunjukkan penguatan signifikan dalam tiga bulan terakhir. Dari level 33.292 per dolar, TWD kini berada di 28.868, menguat 10%. Bahkan, dalam bulan ini saja, TWD telah naik 1%. Penguatan ini didukung oleh kuatnya *inflow* ke pasar saham Taiwan, mengingat posisi Taiwan sebagai pusat industri semikonduktor global. Namun, potensi ketegangan ekonomi dengan Tiongkok bisa menjadi faktor negatif. Nanang memproyeksikan TWD berpotensi menguat hingga area 27.500 per dolar dan kemungkinan akan bertahan pada kisaran 28.000-30.000 di akhir tahun.

Sementara itu, Dolar Singapura (USDSGD) juga mencatat penguatan beruntun selama lima bulan terhadap dolar AS. SGD dikenal sebagai mata uang yang stabil dan defensif, ditopang oleh kebijakan moneter berbasis nilai tukar dari Otoritas Moneter Singapura (MAS). Sebagai mata uang *safe haven* di kawasan regional, potensi penguatan lanjutan SGD untuk menguji area 1.19-1.23 sangat terbuka, terutama jika pelemahan dolar AS berlanjut seiring proyeksi kebijakan pelonggaran The Fed di akhir tahun ini.

Mata uang ginseng, Won Korea (USDKRW), diproyeksikan akan terus berfluktuasi menguat. Peningkatan permintaan teknologi semikonduktor dan perangkat lunak global serta derasnya *inflow* ke Korea Selatan menjadi pendorong utamanya. Won telah menguat sebesar 8,27% selama tiga bulan terakhir, berada di posisi 1353,44, meskipun di awal bulan ini sedikit terkoreksi 0,41% ke 1.358,98. Nanang melihat potensi penguatan lanjutan masih terbuka, apalagi harga telah menembus *support* teknikal, dengan ruang penguatan menuju 1320.00 di akhir tahun.

Berikutnya, Yuan China (USDCNY) juga menunjukkan tren penguatan dalam tiga bulan, di mana dua bulan sebelumnya telah menguat 1,47% per dolar di level 7.1631. Mata uang ini terlihat lebih stabil dibandingkan yang lain, berkat intervensi People’s Bank of China (PBoC) dan ekspektasi stimulus, baik fiskal maupun moneter, yang menopang pemulihan ekonomi Tiongkok. Meskipun Tiongkok masih berjuang mengatasi perlambatan ekonomi, masalah properti, dan utang lokal, Yuan diperkirakan akan mempertahankan area 7.000. Jika terjadi penembusan, Yuan bisa menguji area 6.700, sementara area atas akan bertahan pada 7.300.

Adapun Yen Jepang (USDJPY) berupaya *recovery* tahun ini pasca tekanan yang dialaminya. Yen sempat tertekan melemah hingga 161 per dolar, terendah dalam 30 tahun. Kini, kampanye pengetatan kebijakan yang digencarkan Bank of Japan (BOJ) berhasil membawa Yen menguat hingga kisaran 140-145 per dolar. Nanang memproyeksikan potensi penguatan lanjutan di semester kedua tahun ini menuju 138-143, seiring pelemahan dolar AS dan ruang kenaikan atau intervensi verbal dan aktual oleh otoritas Jepang.

Secara keseluruhan, Nanang menyimpulkan bahwa untuk jangka pendek, Dolar Taiwan (TWD) dan Won Korea (KRW) menjadi mata uang yang paling menarik. Kedua mata uang ini didukung fundamental kuat, khususnya dari sisi pasar ekspor, tenaga kerja, dan derasnya *inflow*, yang diperkirakan akan membuat keduanya menguat hingga akhir tahun. Sementara itu, untuk jangka menengah, Yuan China (CNY) dan Yen Jepang (JPY) menjadi pilihan, mengingat arah kebijakan bank sentral masing-masing yang dapat menopang penguatan mata uang terkait.

Pandangan Ibrahim Assuaibi tentang Penguatan Mata Uang Asia

Pendapat senada diungkapkan oleh Ibrahim Assuaibi, pengamat mata uang dan komoditas, yang menilai pergerakan mata uang Asia cenderung fluktuatif namun menunjukkan penguatan pada Dolar Singapura, Yuan China, dan Yen Jepang. Menurut Ibrahim, meredanya risiko geopolitik di Timur Tengah setelah gencatan senjata 60 hari antara Israel dan Hamas turut berperan. Selain itu, pasar juga tengah mencermati pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak dan belanja di AS. Kekhawatiran akan dampak potensial utang pemerintah AS akibat RUU ini telah memicu aksi jual obligasi Amerika oleh banyak negara.

“Hal ini menekan mata uang dolar, sehingga fundamental mata uang Asia menjadi sedikit lebih kuat. Seperti Dolar Singapura, Yuan China, dan Yen Jepang, ini mengalami penguatan yang cukup signifikan,” jelas Ibrahim.

Mengenai proyeksi, Ibrahim memperkirakan USDJPY akan bergerak menuju 142,70 per dolar AS dalam jangka pendek, dan berpotensi mencapai 142,0 dalam jangka menengah. Untuk USDCNY, ia memproyeksikan akan menuju 7.14925 per dolar AS dalam jangka pendek, dan 7.13487 dalam jangka menengah. USDKRW diproyeksikan melemah ke level 1365,35 dalam jangka pendek, namun berpotensi menguat kembali ke 1331,49 dalam jangka menengah. Terakhir, USDSGD diproyeksikan menguat ke level 1,26872 dalam jangka pendek dan kemungkinan menuju 1,26502 dalam jangka menengah.

Berita Terkait

Cermati Saham-Saham yang Banyak Dilego Asing Saat IHSG Turun Tipis Kemarin
GJTL Bagi Dividen! Analis Ungkap Rekomendasi Saham Gajah Tunggal
Bidik Dana IPO Rp140,81 Miliar, Afiliasi Alfamart (BLOG) Ungkap Strategi Bisnis
Wall Street Rekor! Nvidia Hampir Sentuh Kapitalisasi US$ 4 Triliun
Saham ANTM & GOTO Diborong Asing! Cek Rekomendasi Kamis Ini
Dahlan Iskan vs Jawa Pos: Sengketa Dividen Rp54,5 M Terbantahkan
YUPI Bagi Dividen 8%! Analis Ungkap Peluang dan Rekomendasi Saham
PACK: Prospek & Rekomendasi Saham Mitra Pack Usai Dipantau BEI

Berita Terkait

Jumat, 4 Juli 2025 - 05:44 WIB

GJTL Bagi Dividen! Analis Ungkap Rekomendasi Saham Gajah Tunggal

Jumat, 4 Juli 2025 - 04:48 WIB

Bidik Dana IPO Rp140,81 Miliar, Afiliasi Alfamart (BLOG) Ungkap Strategi Bisnis

Jumat, 4 Juli 2025 - 02:15 WIB

Wall Street Rekor! Nvidia Hampir Sentuh Kapitalisasi US$ 4 Triliun

Jumat, 4 Juli 2025 - 01:05 WIB

Saham ANTM & GOTO Diborong Asing! Cek Rekomendasi Kamis Ini

Kamis, 3 Juli 2025 - 22:38 WIB

Dahlan Iskan vs Jawa Pos: Sengketa Dividen Rp54,5 M Terbantahkan

Berita Terbaru

Technology

Nothing Meluncurkan Produk Headphone

Jumat, 4 Jul 2025 - 06:55 WIB

Technology

AS Cabut Pembatasan Ekspor Software Chip ke China

Jumat, 4 Jul 2025 - 06:41 WIB