Balai TN Gunung Rinjani Tegaskan Larangan Klaim Area Berkemah, Pendaki Diimbau Lapor Oknum!
Para pendaki Gunung Rinjani kini memiliki saluran resmi untuk melaporkan praktik tak bertanggung jawab berupa ‘booking’ atau klaim area berkemah di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Apabila Anda mendapati oknum yang melakukan hal tersebut, segera laporkan kepada petugas yang bersiaga di Pos Resort Pendakian atau di area Pelawangan Sembalun.
Penegasan ini disampaikan langsung oleh Kepala Kelompok Kerja World Class Mountaineering Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Budi Soesmardi, saat dihubungi *Kompas.com* pada Senin (2/6/2025). Budi dengan tegas menyatakan bahwa hingga saat ini, tidak ada regulasi resmi yang mengatur atau membenarkan praktik *booking* atau pemesanan area berkemah di seluruh kawasan Gunung Rinjani.
Menurut Budi, setiap pendaki memiliki hak yang sama untuk memanfaatkan area berkemah di Gunung Rinjani. “Lokasi-lokasi ini adalah ruang publik yang diperuntukkan bagi siapa saja, tanpa terkecuali,” jelasnya. Ia menambahkan, tindakan klaim atau *booking* tempat sering kali dilakukan oleh oknum yang merasa khawatir tamu atau kelompoknya tidak kebagian tempat untuk mendirikan tenda.
Isu ini mencuat ke permukaan setelah sebuah video pendek menjadi viral di media sosial. Video tersebut memperlihatkan seorang pendaki yang dipaksa pindah dari area berkemah yang sudah ditempatinya, dengan alasan lokasi tersebut telah ‘dibooking’. Dalam unggahan akun Instagram @luluvitaaasa_, pendaki tersebut mengisahkan pengalamannya: “Tadi kita udah pasang tenda di sini, terus katanya udah dibooking, terus kita diusir, dari tenda yang udah jadi, pindah ke sebelah sini,” ujarnya, seperti dikutip pada Senin (2/6/2025).
Merespons insiden dan maraknya praktik ini, Budi Soesmardi mengimbau dengan keras kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan pendakian Gunung Rinjani, termasuk para pendaki, *guide*, dan *porter*. Ia menekankan pentingnya untuk tidak melakukan klaim atau *booking* lokasi pendirian tenda di area berkemah maupun ruang publik lainnya. “Semua ini demi kenyamanan bersama dan menjaga kelestarian Gunung Rinjani sebagai destinasi pendakian kelas dunia,” tutup Budi.