Teror Geng Motor di Makassar Berakhir: Pelaku Kekerasan dan Produsen Senjata Tajam Ditangkap Polisi
MAKASSAR, RAGAMHARIAN.COM – Kepolisian Kota Makassar, Sulawesi Selatan, berhasil membongkar dan menangkap sejumlah anggota geng motor yang selama ini meresahkan warga dengan aksi keonaran dan kekerasan brutal mereka. Kelompok remaja ini bahkan tak segan menyerang aparat kepolisian dan memproduksi senjata tajam sendiri, termasuk anak panah busur yang mematikan, untuk aksi tawuran.
Insiden terbaru yang menjadi sorotan terjadi pada Mei 2025 di Jalan Pampang Raya, Kecamatan Panakkukang. Tawuran tersebut menyebabkan satu korban luka serius dan nyaris merenggut nyawa seorang anggota Bhabinkamtibmas. Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, menegaskan bahwa serangkaian kejadian sebelumnya juga telah mengakibatkan korban luka, tak terkecuali akibat serangan anak panah busur di bagian mata. Penegasan ini disampaikan saat ekspose kasus di Mapolsek Panakkukang, Jumat (4/7/2025).
Korban berinisial AS (18) menderita luka serius akibat serangan anak panah busur, sementara Brigpol Satria nyaris menjadi korban saat berupaya membubarkan keributan. “Mereka ini menguasai dan memiliki senjata tajam. Pengancamannya juga tidak tanggung-tanggung terhadap salah satu anggota Polri,” imbuh Arya, menunjukkan betapa berbahayanya kelompok geng motor ini.
Dalam operasi penangkapan, polisi mengamankan tujuh pelaku yang diduga terlibat langsung dalam serangkaian penyerangan: IM (18), MK (16), OW (16), AR (24), IA (22), MF (19), dan MI (21). Dari tangan mereka, petugas menyita sejumlah barang bukti krusial, termasuk dua bilah parang dan puluhan anak panah busur.
Senjata Buatan Sendiri, Diproduksi untuk Tawuran dan Dijual
Yang mengejutkan, senjata tajam mematikan ini ternyata dibuat sendiri secara otodidak oleh para pelaku dengan peralatan sederhana. “Panah busur ini juga dibuat dengan belajar sendiri. Jadi otodidak,” jelas Kombes Arya Perdana. Lebih lanjut, terungkap bahwa geng motor ini telah memproduksi busur selama sekitar tiga bulan terakhir. Hasil produksinya tidak hanya digunakan untuk tawuran, melainkan juga dijual guna membiayai gaya hidup dan berfoya-foya.
Tawuran Berawal dari Saling Ejek di Media Sosial
Investigasi polisi mengungkap bahwa pemicu utama tawuran seringkali berawal dari saling ejek antar kelompok geng motor di media sosial. Ketegangan online ini kemudian berujung pada kesepakatan pertemuan, yang mereka sebut “COD” (cash on delivery) sebagai kode untuk melancarkan aksi tawuran brutal. “Masih sama dengan kemarin. Anak-anak ini melakukan janjian melalui media sosial dan sepakat untuk melakukan tawuran,” beber Arya, menyoroti pola kejahatan yang terus berulang.
Polisi kini masih terus mendalami kemungkinan keterlibatan pihak lain dalam jaringan geng motor ini. Penyidikan akan berlanjut secara intensif guna membongkar seluruh mata rantai kejahatan dan memastikan keamanan masyarakat Makassar dari ancaman kekerasan jalanan.