Dalam dunia fashion yang terus berkembang, tren gaya pakaian masa lalu justru kembali digemari dan menjadi inspirasi gaya modern saat ini. Banyak orang menganggap keduanya hanya soal pakaian bergaya lama, namun kenyataannya, masing-masing memiliki identitas diri, gaya karakter visual, dan nilai budaya yang unik. Meski sekilas tampak mirip, perbedaan retro dan vintage sebenarnya cukup signifikan dan menarik untuk dipahami lebih dalam.
Kebanyakan orang menganggap retro dan vintage adalah gaya berpakaian jadul, padahal keduanya berasal dari era yang berbeda dan membawa karakter visual yang unik. Bukan hanya sekadar soal gaya pakaian saja, tetapi juga mencakup potongan pakaian, pilihan warna, serta motif yang digunakan. Dengan mengenali perbedaan ini, kamu bisa lebih tepat dalam mengekspresikan gaya personal dan menghidupkan kembali estetika khas dari era yang kamu sukai. Berikut ini beberapa perbedaan antara gaya vintage dan retro yang perlu kamu ketahui!
1. Era lahirnya tren fashion
Perbedaan era kemunculan antara gaya vintage dan retro sangatlah penting karena menunjukkan perbedaan nilai estetika, cara berpakaian, hingga filosofi di balik gaya tersebut. Vintage mengedepankan keanggunan masa lalu, sedangkan retro mengekspresikan semangat eksplorasi dari masa modern yang lebih bebas. Berikut ini penjelasannya:
Gaya Vintage
Tren fashion yang muncul di era 1920 hingga 1960-an ini adalah style fashion vintage. Era tahun 1920 tersebut adalah masa di mana gaya berpakaian mulai memiliki karakteristik yang kuat, elegan, dan mencerminkan perubahan sosial serta budaya yang signifikan. Fashion vintage tidak hanya soal pakaian lama, tetapi juga merupakan representasi dari masa keemasan dalam sejarah mode, di mana kualitas, detail, dan nilai estetika menjadi ciri utama.
Setelah Perang Dunia 1, masyarakat mulai mencari kebebasan dalam gaya hidup dan mode. Meskipun begitu, fashion tetap berkembang meski ada keterbatasan bahan. Akhir dari era vintage ditandai dengan masuknya tahun 1960-an, di mana fashion mulai bereksperimen dengan warna, pola, dan siluet yang lebih bebas. Inilah yang disebut sebagai era tahun 1920 ketika fashion vintage benar-benar bersinar.
Gaya Retro
Gaya retro muncul lebih belakangan, yakni di era 1970 hingga 1990-an. Era tahun tersebut merupakan lahirnya tren fashion retro dimulai, sebuah masa ketika dunia fashion mengalami pergeseran besar, dari gaya yang rapi dan formal khas vintage menjadi gaya yang berani, ekspresif, penuh warna, dan terinspirasi budaya pop. Era tahun 1970 ini menandai lahirnya tren fashion retro. Dunia mode terpengaruh oleh musik disko, dan glam rock, yang menghasilkan gaya berpakaian yang eksentrik, mencolok, dan tidak biasa. Fashion retro semakin berkembang dengan pengaruh besar dari musik pop, rock, dan budaya TV. Gaya menjadi lebih bold dan sporty, lalu setelah akhir dari era retro ditandai dengan masuknya budaya hip-hop, skate, dan grunge ke dunia fashion. Tampilan pria lebih santai, oversized, dan dipengaruhi oleh gaya jalanan serta media musik seperti MTV.
2. Warna pakaian
Perbedaan warna antara gaya vintage dan retro sangat mencolok dan menjadi salah satu cara paling mudah untuk membedakannya. Berikut penjelasan lengkapnya:
Gaya Vintage
Warna pakaian yang dipakai pria pada gaya vintage adalah cenderung netral, hangat, dan elegan, mencerminkan kesan formal, rapi, dan berkelas yang sangat dijunjung tinggi pada masa itu. Berbeda dari tren fashion modern yang lebih bebas, fashion pria di era vintage sangat memperhatikan kesopanan dan keseimbangan warna.
Warna-warna tersebut diantaranya ada warna netral, kemudian di era 1930 hingga 1950-an beralih menjadi warna earth tone yang memberikan kesan natural dan hangat, sangat populer untuk pakaian semi-formal dan kasual. Selain itu, sesekali memakai warna pastel untuk kemeja maupun dasi, terutama pada acara musim panas ataupun acara kasual. Jadi, singkatnya gaya warna pakaian vintage pria cenderung konservatif dan elegan, dengan fokus pada pakaian bermotif halus.
Gaya Retro
Jika vintage identik dengan warna netral dan elegan, gaya retro justru mencolok, kontras, dan ekspresif, sejalan dengan semangat kebebasan berekspresi dan pengaruh budaya pop pada saat itu. Pada tahun 1970-an, fashion pria mulai berani keluar dari zona aman, diantaranya ada warna-warna hangat dan gelap, namun tetap berani dan mendominasi. Era ini dikenal sebagai masa paling berani dalam penggunaan warna. Fashion pria dipengaruhi oleh musik pop, olahraga, dan TV, sehingga warna-warna menyala pun jadi tren utama. Setelah itu, pada era 1990-an, fashion pria berubah menjadi lebih bervariasi dan berani, karena mulai masuknya unsur streetwear dan gaya hip-hop.
3. Perbedaan dari potongan pakaian dan motifnya
Perbedaan antara gaya vintage dan retro tidak hanya terlihat dari warna, tetapi juga dari potongan pakaian dan motif yang digunakan. Inilah dua aspek penting yang membedakan karakter gaya dari dua era yang berbeda ini. Berikut penjelasannya mengenai perbedaan potongan pakaian dan motif antara gaya vintage dan retro:
Gaya Vintage
Gaya ini dikenal karena potongannya yang rapi, terstruktur, sopan, serta pilihan warna dan motif yang lembut dan elegan. Tidak hanya sekadar bernuansa lama, fashion vintage juga mencerminkan nilai-nilai zaman dulu seperti kesopanan, profesionalisme, dan perhatian terhadap detail.
Ciri khas dari gaya pakaian vintage ini diantaranya ada setelan jas, kemeja berkerah dengan motif polkadot, regular fit pants bewarna earth tone maupun netral, serta aksesori pendukung lainnya ada topi fedora, sepatu oxford, dan kacamata bergaya klasik. Gaya vintage pria dianggap sebagai timeless karena menghadirkan kesan elegan dan percaya diri tanpa perlu berlebihan. Fashion ini cocok untuk kamu yang ingin tampil klasik, rapi, dan berwibawa, dengan sentuhan nostalgia dan estetika yang kuat.
Gaya Retro
Gaya berpakaian retro ini merujuk pada tren mode dari era 1970-an hingga 1990-an. Gaya ini dikenal karena tampilannya yang nyentrik, penuh warna, dan ekspresif, sangat berbeda dari gaya vintage yang cenderung rapi dan formal. Gaya ini lebih mengangkat semangat kebebasan berekspresi serta terinspirasi dari budaya populer seperti musik disko, rock, hip-hop, hingga perkembangan olahraga dan streetwear.
Potongan busananya pun lebih eksperimental, seperti kemeja motif besar dengan motif floral, Jaket suede, jaket kulit, blazer beludru berwarna terang, celana cutbray, dan sepatu platform, loafers, dan boots kulit. Tidak hanya memberikan inspirasi fashion, tetapi juga membawa nostalgia serta karakter yang kuat. Hingga kini, statement outfit dari gaya retro tetap hidup dan sering kembali menjadi tren dalam bentuk modern. Bagi kamu yang ingin tampil beda, mengenakan outfit retro bisa menjadi pilihan yang menarik dan penuh gaya.
Mengetahui perbedaan retro dan vintage secara signifikan, tentunya akan membantumu memahami bahwa fashion bukan hanya tentang tampilan luar, tetapi juga soal sejarah dan makna di balik setiap gaya. Gaya vintage cenderung elegan dan klasik, sementara retro lebih bebas, berani, dan penuh warna. Dengan memahami kedua perbedaan tersebut, kamu bisa lebih percaya diri dalam memilih outfit yang mencerminkan kepribadian sekaligus menghormati nilai-nilai estetika.
4 Perbedaan antara Fast Fashion dan Slow Fashion Rispek, 4 Merek Fashion Lokal yang Memberdayakan Disabilitas 5 Kampus Fashion Design Terbaik di Prancis, Ada Kampus Impianmu?