Diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan (39) yang ditemukan tewas di dalam kosannya yang berada di Menteng, Jakarta Pusat, pernah membuat dua tulisan di kolom opini/cerita kumparan. Ia mengangkat topik perihal wisata selam dan pekerja migran dalam tulisan-tulisannya.
Tulisan itu berada dalam lama profil akun kumparan milik Arya bernama ‘Arya Daru Pangayunan’. Dalam bionya tertulis ‘Fungsional Diplomat Ahli Muda di Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia, Kementerian Luar Negeri RI’. Akun itu menggunakan foto dirinya mengenakan pakaian menyelam sebagai profile picture.
Arya tercatat membuat 2 tulisan. Pertama berjudul ‘Orang Asli Papua dalam Pengembangan Industri Selam di Bumi Cendrawasih’. Tulisan itu dibuat pada 18 Juni 2024.
Dalam tulisan itu Arya menyampaikan kekhawatiran atas industri wisata menyelam di Papua yang tak banyak melibatkan Orang Asli Papua (OAP).
“Sedikit sekali penyelam lokal yang memandu para wisatawan mancanegara. Melihat hal ini, perlu adanya upaya untuk meningkatkan jumlah pemandu selam dan instruktur selam yang merupakan OAP,” bunyi tulisannya.
Arya menyebutkan masalah seperti keberanian, kendala utamanya adalah terkait biaya sertifikasi menjadi pemandu selam yang tidak murah. Ia pun mengusulkan beberapa usulan untuk dipertimbangkan dalam tulisannya: kolaborasi dengan lembaga sertifikasi dan industri pariwisata, beasiswa dan bantuan keuangan, peningkatan kesadaran dan promosi, dan pengembangan infrastruktur.
“Dengan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi, diharapkan jumlah pemandu selam dan instruktur selam dari kalangan orang asli Papua dapat meningkat secara signifikan, sekaligus mendukung perkembangan pariwisata bahari yang berkelanjutan di wilayah tersebut,” tutup tulisannya yang pertama itu.
Untuk yang kedua, Arya memberi judul tulisannya ‘Pemulangan 7 Anak Pekerja Migran Indonesia Overstayer (PMIO) dari Taiwan’.
Karya itu dibuat pada 31 Juli 2023, menceritakan tugasnya pada Senin, 24 Juli 2023, bersama rombongan lainnya dari tim Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia (PWNI), Kemlu, untuk memulangkan 7 orang anak–berusia 3-7 tahun–yang ditinggalkan orang tua mereka di sebuah panti di Taipei karena berbagai alasan–karena hasil hubungan gelap atau sekadar tak bertanggung jawab.
“Karenanya, ketujuh anak tersebut tidak memiliki dokumen yang lengkap yang tidak memungkinkan mereka untuk mengenyam pendidikan formal di Taiwan. Direktorat PWNI bekerja sama dengan Direktorat Rehabilitasi Sosial (Rehabsos) Anak, Kementerian Sosial (Kemensos), serta Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei memiliki program untuk memulangkan anak-anak tersebut ke Indonesia agar mereka dapat memperoleh hak pendidikan yang layak,” tulisnya.
Arya menceritakan betapa berkesannya tugas itu karena saat ia ke Taiwan rombongan mereka tidak bisa membawa mengatasnamakan diri mereka pemerintah Indonesia–karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik langsung dengan Taiwan. Mereka menggunakan paspor biasa berwarna hijau, bukan hitam yang merupakan warna dokumen itu saat digunakan diplomat menjalankan tugas diplomatiknya.
“Keberangkatan kami pun harus memperoleh clearance dari Direktorat Keamanan Diplomatik, Kemenlu di mana kami diingatkan agar tidak membawa atribut kenegaraan, serta menjaga sifat kunjungan ke Taiwan sebagai kunjungan yang tidak resmi dan tidak dalam kerangka kerja sama G to G,” sambungnya.
Ia membagikan banyak kisah ketika bertemu dengan anak-anak itu, mulai dari kesulitan berkomunikasi dengan mereka karena hanya bisa berbahasa mandarin hingga menangani aktifnya salah satu anak bernama Gibran. Arya bersama rombongan menemani mereka sampai ke sentra milik Kemensos di Indonesia.
“Setelah beberapa hari anak-anak tersebut berada di Sentra Handayani, saya dikirimkan foto anak-anak tersebut dengan wajah ceria yang membuat saya lega mengetahui bahwa anak-anak tersebut diperlakukan dengan penuh kasih sayang selama berada di Sentra Handayani,” tutupnya.
Arya Daru ditemukan tewas di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7). Jenazah ditemukan dengan kondisi kepala dan muka terbungkus lakban, serta tubuh tertutup selimut di atas kasur. Kasus ini tengah dalam penyelidikan intensif oleh pihak kepolisian. Sejumlah saksi telah dimintai keterangan dan rekaman CCTV sedang dianalisis untuk mengungkap penyebab kematian korban. Saat ini, jenazah telah dibawa ke RSCM Jakarta untuk proses autopsi.