Gempa Magnitudo 6,7 Guncang Laut Banda Maluku, BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami
Sebuah gempa bumi dengan kekuatan awal 6,9 magnitudo telah mengguncang wilayah Laut Banda, tepatnya di lepas pantai barat laut Maluku Tenggara Barat, Maluku, pada Senin (14/7) pukul 12.49 WIB. Analisis terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemudian memperbarui magnitudo gempa tersebut menjadi 6,7, memastikan informasi yang lebih akurat mengenai peristiwa alam ini.
Menurut penjelasan BMKG, episenter gempa ini berlokasi di laut, sekitar 169 kilometer arah barat daya Maluku Tenggara, Maluku, dengan kedalaman 98 kilometer. Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menguraikan bahwa “gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi dalam lempeng Laut Banda (intraplate).” Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa “hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip),” memberikan pemahaman ilmiah tentang pemicu guncangan tersebut.
Dampak getaran gempa dirasakan cukup signifikan di beberapa daerah di sekitarnya. Di Saumlaki, intensitas guncangan mencapai skala IV-V MMI, yang berarti getaran dirasakan oleh hampir seluruh penduduk dan bahkan mampu membangunkan banyak orang. Sementara itu, di Dobo, getaran berada pada skala intensitas III-IV MMI, yang pada siang hari dapat dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah. Daerah Banda juga merasakan getaran dengan skala III MMI, di mana getaran nyata terasa di dalam rumah seakan ada truk besar melintas.
Meskipun kuat dan luasnya jangkauan getaran, BMKG dengan tegas menyatakan bahwa gempa bumi ini “tidak berpotensi tsunami,” sebuah informasi krusial untuk menenangkan kekhawatiran publik. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Daryono. Hingga pukul 13.10 WIB, hasil monitoring BMKG juga belum mencatat adanya aktivitas gempa susulan (aftershock), memberikan indikasi stabilitas pasca-gempa utama.
Menanggapi kejadian ini, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang kebenarannya belum dapat dipertanggungjawabkan. Masyarakat juga disarankan untuk menjauhi bangunan yang menunjukkan tanda-tanda retak atau kerusakan struktural sebagai dampak dari guncangan gempa demi keselamatan bersama.