Google Siapkan Penggabungan Besar Android dan Chrome OS: Strategi Baru untuk Laptop dan Tablet?
JAKARTA – Google sedang merencanakan langkah strategis besar yang berpotensi mengubah lanskap komputasi seluler dan desktop. Sameer Samat, Presiden ekosistem Android Google, secara resmi mengonfirmasi rencana perusahaan untuk menyatukan dua sistem operasi utamanya: Android, yang mendominasi pasar ponsel, dengan Chrome OS, perangkat lunak yang saat ini menggerakkan laptop Chromebook Google.
“Kami akan menggabungkan Chrome OS dan Android menjadi satu platform,” ungkap Samat, yang juga menunjukkan minatnya terhadap kebiasaan pengguna laptop saat ini, dikutip dari GSMA Arena pada Selasa, 15 Juli 2025. Pernyataan ini mengisyaratkan ambisi Google untuk menghadirkan keahlian baru pada ekosistem Android di masa mendatang.
Langkah ini bukanlah yang pertama bagi raksasa teknologi tersebut. Pada November 2024, Android Authority sempat melaporkan bahwa Google sedang “memigrasikan Chrome OS ke Android” dengan tujuan utama untuk bersaing langsung dengan iPad milik Apple.
Indikasi awal dari penggabungan ini sudah terlihat. Sejak Juni lalu, Google telah mengumumkan bahwa pengembangan Chrome OS akan banyak bersandar pada tumpukan Android. Faktanya, Chromebook saat ini sudah mampu menjalankan berbagai aplikasi Android, menciptakan sinergi awal antara kedua platform. Selain itu, Android sendiri semakin mendekati fungsionalitas Chrome OS tahun ini dengan kehadiran fitur-fitur seperti mode desktop, jendela aplikasi yang dapat diubah ukurannya, dan dukungan yang lebih baik untuk tampilan eksternal. Semua ini menunjukkan konvergensi yang semakin erat antara kedua sistem operasi tersebut.
Keputusan untuk melebur dua platform ini dinilai sangat logis bagi Google. Penggabungan ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan fitur-fitur baru dan meningkatkan fungsionalitas pada perangkat tablet secara signifikan. Pasalnya, secara terpisah, baik Android maupun Chrome OS masih tertinggal dari iPadOS Apple dalam hal fitur-fitur bergaya desktop yang canggih, yang kini menjadi daya tarik utama bagi pengguna tablet profesional.
Namun, di balik potensi besar ini, penggabungan juga membawa tantangan signifikan. Saat ini, Chromebook dikenal karena dukungan pembaruan yang impresif hingga 10 tahun. Banyak dari laptop ini masih menggunakan arsitektur perangkat lunak x86, bukan ARM, sehingga dukungan aplikasi Android di dalamnya masih belum merata. Transisi ini berpotensi menimbulkan kerumitan, terutama mengingat pentingnya arsitektur ARM yang terus meningkat dalam dunia laptop modern, berbanding terbalik dengan mayoritas Chromebook saat ini yang masih menggunakan arsitektur x86. Fragmentasi ini diperkirakan akan menjadi masalah dan membuat proses pembaruan menjadi sangat kompleks.
Meskipun pernyataan resmi Google masih menyisakan beberapa ketidakjelasan mengenai detail implementasi penggabungan ini, satu hal yang pasti: perubahan besar akan datang untuk perangkat Chromebook. Dibutuhkan waktu untuk melihat bagaimana visi “penggabungan” ini akan terwujud secara penuh dan bagaimana dampaknya terhadap ekosistem perangkat lunak Google secara keseluruhan.