Medan Dilanda Cuaca Panas Ekstrem: Suhu Tembus 36,7 Derajat Celsius, Warga Rasakan Dampaknya
Kota Medan dan sekitarnya kini tengah mencengkeram dalam gelombang cuaca panas ekstrem yang tak biasa. Pada Senin, 21 Juli, termometer di wilayah ini menunjukkan angka mencengangkan 36,7 derajat Celsius, jauh melampaui rata-rata suhu Juli yang biasanya berkisar 32 derajat Celsius. Fenomena ini menarik perhatian publik dan memicu kekhawatiran akan dampaknya.
Menurut Prakirawan Cuaca BMKG Wilayah I Medan, Defri Mandoza, suhu maksimal yang tercatat pada hari sebelumnya mencapai 36,6 derajat Celsius, dan hari ini sedikit meningkat menjadi 36,7 derajat Celsius. Selain suhu tinggi, kecepatan angin juga cukup signifikan, mencapai 10 knot atau setara 18 km/jam.
Defri menjelaskan bahwa kondisi cuaca panas yang melanda Kota Medan ini disebabkan oleh fase puncak musim kemarau. Pada periode ini, pertumbuhan awan sangat minim, sementara durasi penyinaran matahari berlangsung cukup tinggi, sehingga menyebabkan peningkatan suhu yang drastis.
Diprediksi, cuaca panas ekstrem ini akan terus berlangsung hingga bulan Agustus. Namun, setelah itu, intensitas panas diperkirakan akan mulai berkurang seiring dengan peningkatan potensi curah hujan yang akan membawa perubahan iklim yang lebih sejuk.
Melihat kondisi suhu yang kian ekstrem, BMKG tak henti-hentinya mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan. Anjuran utama meliputi memperbanyak konsumsi air putih untuk mencegah dehidrasi serta mengurangi aktivitas di luar ruangan, terutama pada siang hari ketika paparan sinar matahari mencapai puncaknya. Lebih lanjut, BMKG juga mengingatkan masyarakat Sumatera Utara untuk waspada terhadap risiko kebakaran bangunan dan lahan yang meningkat akibat kondisi kering dan angin kencang.
Masyarakat Mengeluh Lemas Akibat Panas Menyengat
Di tengah teriknya cuaca ekstrem ini, para pekerja lapangan di Kota Medan turut merasakan langsung dampak ekstremnya. Mereka mengeluhkan kondisi yang tidak seperti hari-hari biasanya, di mana panas dan angin kencang menjadi kombinasi yang sangat menguras tenaga.
“Cukup ekstrem, panas, anginnya pun cukup kencang,” ujar Supriyadi, seorang pekerja PDAM, menggambarkan beratnya kondisi kerja di bawah terik matahari.
Tak jarang, para pekerja tersebut sering merasa lemas dan kelelahan saat bekerja, bahkan harus memperbanyak minum air putih di luar kebiasaan mereka. Niki, seorang kuli bangunan, mengakui dampak fisik yang ia alami, “Lemaslah karena kepanasan. Jadi lebih sering minum gitu. Kalau sampai pingsan sih, enggak. Cuman lemas aja.”
Meskipun sebagian besar tidak mengalami kendala yang terlalu parah, harapan besar tercurah dari warga Medan agar cuaca dapat segera pulih dan kembali normal. Mereka berharap kondisi iklim yang lebih stabil dapat mendukung kelancaran kegiatan sehari-hari mereka. “Ya, harapannya ya cepatlah kembali pulih seperti biasanya. Enggak terlalu panas ya, enggak terlalu hujan ya, biasa-biasa aja,” tutur Supriyadi, seorang satpam Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, mewakili aspirasi masyarakat.
*Laporan oleh Salamah Harahap*
