EV Hype! Rekomendasi Saham Emiten Kawasan Industri Ini Wajib Dilirik

Avatar photo

- Penulis Berita

Kamis, 24 Juli 2025 - 20:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Emiten Kawasan Industri Melejit Berkat Ekosistem EV: KIJA dan SSIA Raih Angin Segar, Simak Prospek Sahamnya

Gelombang investasi di sektor kendaraan listrik (EV) dan manufaktur global membawa angin segar bagi emiten kawasan industri di Indonesia. PT Jababeka Tbk (KIJA) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menjadi dua pemain utama yang merasakan dampak positif ini, dengan prospek kinerja yang semakin cerah ke depan.

PT Jababeka Tbk (KIJA) memimpin dengan capaian signifikan. Sekretaris Perusahaan KIJA, Mulyadi Suganda, mengungkapkan bahwa per kuartal I 2025, *marketing sales* perseroan telah mencapai Rp 1,19 triliun, merepresentasikan 34% dari target tahunan Rp 3,5 triliun. Mayoritas pendapatan ini, menurut Mulyadi, disumbang oleh sektor manufaktur dan investor global, termasuk dari proyek *data center* dan, yang paling menonjol, industri EV.

Tak kalah menarik adalah kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Lahan di proyek unggulan mereka, Subang Smartpolitan, telah menarik perhatian raksasa kendaraan listrik Tiongkok, BYD, yang pada tahun 2024 mengakuisisi 108 hektare dari total 1.600 hektare lahan. Dampak positif ini langsung terlihat dari catatan *marketing sales* SSIA yang mencapai 8,3 hektare dari Subang Smartpolitan dan 4,8 hektare dari Karawang per semester I 2025. Proyeksi penjualan lahan SSIA juga ambisius, dengan target 60-70 hektare per tahun dalam beberapa tahun ke depan.

Masuknya BYD juga turut memicu langkah strategis Grup Djarum. Melalui PT Dwimuria Investama Andalan, perusahaan *holding* Grup Djarum mengakuisisi seluruh sisa saham treasuri SSIA sebanyak 62,93 juta saham pada 22 Juli 2025. Transaksi ini dilakukan dengan harga Rp 2.700 per saham, yang ditentukan dari rerata harga saham SSIA dalam 90 hari terakhir. Aksi korporasi ini menunjukkan kepercayaan besar investor terhadap prospek SSIA, mengingat saham SSIA ditutup di level Rp 2.600 per saham pada perdagangan 24 Juli 2025.

Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Kawasan Industri

Meskipun demikian, sentimen pasar terhadap emiten kawasan industri tetap berfluktuasi. Penurunan tarif impor Amerika Serikat (AS) dan potensi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebenarnya bisa menjadi dorongan positif. Namun, pihak manajemen KIJA dan SSIA masih menunjukkan sikap hati-hati, menunggu perkembangan lebih lanjut sebelum memberikan respons penuh.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, memprediksi perbaikan kinerja emiten kawasan industri pada kuartal II 2025. Ia menyoroti anomali menarik: meskipun pendapatan SSIA di kuartal I 2025 sedikit menurun 2,1% menjadi Rp 1,06 triliun, harga sahamnya justru melonjak 93,31% sejak awal tahun. Sebaliknya, KIJA yang mencatat pertumbuhan pendapatan konsolidasi fantastis 87% menjadi Rp 1,29 triliun pada periode yang sama, justru stagnan. Ini mengindikasikan bahwa pergerakan harga saham tidak sepenuhnya digerakkan oleh fundamental semata, melainkan juga sentimen pasar yang kuat. Nafan menambahkan, semester II 2025 diproyeksikan lebih baik, terutama didukung potensi penurunan suku bunga BI yang akan meringankan biaya kredit dan sewa. Terkait SSIA, Nafan mencatat apresiasi harga sahamnya dan kemungkinan masuk indeks MSCI Small Cap, namun dengan pertimbangan dinamika perang dagang global, ia merekomendasikan *sell on strength* untuk saham ini.

Optimisme serupa datang dari analis Samuel Sekuritas, Ahnaf Yassar dan Prasetya Gunadi. Mereka menegaskan potensi kuat SSIA untuk masuk indeks MSCI Small Cap, yang pengumumannya dijadwalkan 7 Agustus dan berlaku efektif 27 Agustus 2025. Lonjakan harga saham SSIA, didorong salah satunya oleh akuisisi saham Grup Djarum sebesar 5,89%, telah mendorong kapitalisasi pasar *free float*-nya mencapai US$618 juta, jauh melampaui ambang batas MSCI sebesar US$250 juta. Oleh karena itu, Samuel Sekuritas merekomendasikan *beli* untuk SSIA dengan target harga Rp 4.000 per saham.

Pandangan Kepala Riset Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, juga mendukung sentimen positif. Ia melihat penurunan suku bunga BI ke 5,25% akan mempermudah pembiayaan lahan dan proyek baru di sektor kawasan industri. Selain itu, penurunan tarif impor AS untuk produk Indonesia dapat membuka pintu ekspansi ekspor. Liza menggarisbawahi peluang besar SSIA masuk MSCI Small Cap, mengingat kapitalisasi *free-float*, likuiditas harian, dan ATVR-nya telah memenuhi syarat. Hal ini berpotensi menarik aliran dana asing, memperbesar basis investasi, dan mendongkrak valuasi SSIA, yang saat ini memiliki PER -140,93x dan PBV 2,2x. Sentimen positif lain bagi sektor ini adalah peningkatan permintaan jasa dan investasi di *data center* serta otomotif. Namun, Liza juga mengingatkan adanya sentimen negatif dari potensi perlambatan ekonomi global dan *backlog* jangka panjang. Meski demikian, ia belum memberikan rekomendasi saham spesifik.

Dari perspektif teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan *buy if break* untuk saham SSIA. Dengan level *support* di Rp 2.530 dan *resistance* di Rp 2.680, target harga yang dibidik adalah Rp 2.730 hingga Rp 2.810 per saham.

Secara keseluruhan, sektor kawasan industri menunjukkan geliat yang signifikan, terutama didorong oleh investasi di ekosistem EV dan manufaktur. Meskipun sentimen pasar dan rekomendasi analis bervariasi, potensi pertumbuhan jangka panjang, khususnya dengan masuknya pemain global dan kemungkinan inklusi dalam indeks bergengsi seperti MSCI Small Cap, menjadikan emiten kawasan industri seperti KIJA dan SSIA menarik untuk dicermati.

Berita Terkait

Saham Telekomunikasi Naik! Rekomendasi TLKM, ISAT, & EXCL
TKDN Bebas: Untung atau Buntung untuk Industri Lokal?
BI Fast BNI Meledak! Transaksi Kuartal II-2025 Naik 48%
CFX Cetak Rekor! Transaksi Derivatif Kripto Tembus Rp 33,54 Triliun
ENRG Ekspansi! Anak Usaha Teken Kontrak Sewa Rig Darat Baru
HRTA Restrukturisasi Kredit Bank Mandiri: Dampaknya Bagi Investor?
Delisting Massal! BEI Cabut 8 Saham, 40 Saham Lainnya Menyusul?
USD 30 Juta Mengalir ke Petro Oxo Nusantara, Ini Jurus Indonesia Eximbank!

Berita Terkait

Minggu, 27 Juli 2025 - 14:13 WIB

Saham Telekomunikasi Naik! Rekomendasi TLKM, ISAT, & EXCL

Minggu, 27 Juli 2025 - 12:35 WIB

TKDN Bebas: Untung atau Buntung untuk Industri Lokal?

Minggu, 27 Juli 2025 - 12:28 WIB

BI Fast BNI Meledak! Transaksi Kuartal II-2025 Naik 48%

Minggu, 27 Juli 2025 - 11:11 WIB

CFX Cetak Rekor! Transaksi Derivatif Kripto Tembus Rp 33,54 Triliun

Minggu, 27 Juli 2025 - 10:14 WIB

ENRG Ekspansi! Anak Usaha Teken Kontrak Sewa Rig Darat Baru

Berita Terbaru

Finance

Saham Telekomunikasi Naik! Rekomendasi TLKM, ISAT, & EXCL

Minggu, 27 Jul 2025 - 14:13 WIB

Finance

TKDN Bebas: Untung atau Buntung untuk Industri Lokal?

Minggu, 27 Jul 2025 - 12:35 WIB

Finance

BI Fast BNI Meledak! Transaksi Kuartal II-2025 Naik 48%

Minggu, 27 Jul 2025 - 12:28 WIB

Sports

China Open 2025: Tuan Rumah Sapu Bersih Gelar Juara!

Minggu, 27 Jul 2025 - 12:21 WIB