Tesla Terjun Bebas: Kekayaan Elon Musk Lenyap Rp 198 Triliun!

Avatar photo

- Penulis Berita

Jumat, 25 Juli 2025 - 00:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kekayaan Elon Musk Anjlok Rp 198,7 Triliun dalam Sehari di Tengah Tekanan Saham Tesla dan Isu Insentif EV

Kekayaan bersih Elon Musk, sosok di balik raksasa otomotif listrik Tesla, mengalami pukulan telak. Nilai kepemilikannya dilaporkan merosot sebesar 12,2 miliar dollar AS atau setara dengan sekitar Rp 198,7 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.292 per dollar AS) setelah saham Tesla anjlok lebih dari 8 persen pada perdagangan Kamis, 24 Juli 2025 pagi waktu AS.

Penurunan drastis ini menyusul rilis laporan kinerja keuangan kuartal II Tesla yang mengecewakan, ditambah dengan peringatan serius dari Musk sendiri mengenai tantangan berat yang akan dihadapi perusahaannya. Dilansir dari *Forbes*, harga saham Tesla tergelincir hingga sedikit di atas 303 dollar AS, melanjutkan tren pelemahan yang sudah terlihat dalam perdagangan prapembukaan.

Performa yang memprihatinkan ini menjadi cerminan tekanan besar yang dialami produsen kendaraan listrik tersebut, terutama setelah mencatat penurunan pendapatan kuartalan terbesar dalam lebih dari satu dekade terakhir. Akibat anjloknya saham, nilai kepemilikan Musk di Tesla—yang mencapai sekitar 12 persen—terkikis dari 136,3 miliar dollar AS menjadi 124,1 miliar dollar AS dalam waktu satu hari.

Dalam sesi panggilan dengan para investor seusai laporan keuangan dirilis, Musk secara terbuka mengungkapkan bahwa Tesla “kemungkinan akan menghadapi beberapa kuartal yang sulit.” Pernyataan ini muncul seiring dengan akan berakhirnya insentif pajak kendaraan listrik (EV) dari pemerintah federal AS. Meskipun demikian, Musk tetap menyuarakan optimisme jangka menengah, menyatakan, “Saya akan cukup terkejut jika pada akhir tahun depan, ekonomi Tesla belum terlihat sangat menarik.”

Dampak Pencabutan Insentif Pajak EV

Pernyataan Musk ini hadir di tengah gelombang ketidakpastian yang dipicu oleh ditandatanganinya Undang-Undang “One Big Beautiful Bill” oleh Presiden Donald Trump. Regulasi baru ini menghapus insentif pajak sebesar 7.500 dollar AS bagi konsumen yang membeli atau menyewa kendaraan listrik baru, sebuah kebijakan yang akan mulai berlaku efektif pada 30 September 2025.

Analis dari Piper Sandler, Alex Potter, memperkirakan Tesla akan menghadapi banyak pertanyaan terkait dampak dari hilangnya insentif ini. Dalam catatan risetnya awal pekan ini, Potter memperkirakan insentif pajak telah berkontribusi sekitar 3,5 miliar dollar AS sebagai “uang gratis” untuk Tesla sepanjang tahun 2024. Namun, ia menilai bahwa penurunan pendapatan akibat pencabutan insentif ini di tahun-tahun mendatang akan bersifat “moderat” dan tidak memerlukan revisi drastis atas proyeksi keuangan perusahaan.

Senada dengan Potter, analis dari Wedbush Securities, Dan Ives, menggambarkan penghapusan insentif ini sebagai “hambatan” signifikan bagi Tesla dan para pesaingnya. “Sumber uang ini tidak lagi menjadi bagian besar dari cerita,” tulisnya, menekankan pergeseran dinamika pasar.

Sepanjang tahun berjalan, saham Tesla sendiri sudah terkoreksi lebih dari 12 persen. Meskipun demikian, saham sempat menguat dalam beberapa bulan terakhir setelah Elon Musk tidak lagi menjabat sebagai pegawai pemerintah khusus di pemerintahan Trump. Namun, sejumlah analis berpandangan bahwa keterlibatan Musk dalam isu-isu politik justru menjadi distraksi yang merugikan. Tim analis dari William Blair, misalnya, menurunkan peringkat saham Tesla dengan alasan para investor mulai “lelah dengan gangguan yang ditimbulkan.”

Ironisnya, Musk sebelumnya sempat mengkritik keras pemangkasan insentif energi bersih, termasuk kendaraan listrik, dengan menyebutnya “sangat merusak” bagi masa depan AS. Padahal, pada Desember 2024, ia sempat menyatakan bahwa “semua insentif sebaiknya dihapus.”

Di tengah tekanan yang membayangi, Musk tetap gencar mempromosikan visi jangka panjang perusahaannya. Ia menyampaikan kepada investor bahwa Tesla menargetkan layanan *ride-hailing* otonom sepenuhnya dapat diakses oleh separuh wilayah AS pada akhir tahun 2025. “Itu setidaknya target kami, tentu saja tergantung pada persetujuan regulator,” ujarnya, menunjukkan ambisi besar di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.

Menurut *Forbes*, hingga penutupan pasar pada Rabu sebelumnya, kekayaan Elon Musk diperkirakan mencapai 414,9 miliar dollar AS, menjadikannya orang terkaya di dunia. Namun, posisi puncak tersebut berpotensi terus terancam apabila saham Tesla terus melemah di tengah dinamika pasar dan kebijakan yang terus berubah.

Berita Terkait

Visionary Capital Akuisisi TGUK: Saham Melonjak, Pengendali Baru!
Pegadaian Favorit Masyarakat: Efek Bullion? Kata OJK!
Garuda Indonesia Beli 50 Boeing 777: Sumber Dana Terungkap?
Fabrizio Romano Raup Rp6,8M/Bulan dari Medsos: Rahasia Suksesnya
4 Raksasa Bisnis Siap IPO di BEI, Ikuti Jejak Ratu & CDIA!
BPS: Kemiskinan Indonesia 2025 Terendah 20 Tahun, Ini Rahasianya!
IHSG Rekor Tertinggi, Tapi Asing Kabur! Apa yang Terjadi?
Saham LQ45 Dikocok! Cek Daftar Baru Periode Agustus-Oktober 2025

Berita Terkait

Sabtu, 26 Juli 2025 - 18:16 WIB

Visionary Capital Akuisisi TGUK: Saham Melonjak, Pengendali Baru!

Sabtu, 26 Juli 2025 - 17:48 WIB

Pegadaian Favorit Masyarakat: Efek Bullion? Kata OJK!

Sabtu, 26 Juli 2025 - 16:37 WIB

Fabrizio Romano Raup Rp6,8M/Bulan dari Medsos: Rahasia Suksesnya

Sabtu, 26 Juli 2025 - 16:23 WIB

4 Raksasa Bisnis Siap IPO di BEI, Ikuti Jejak Ratu & CDIA!

Sabtu, 26 Juli 2025 - 16:03 WIB

BPS: Kemiskinan Indonesia 2025 Terendah 20 Tahun, Ini Rahasianya!

Berita Terbaru

Finance

Pegadaian Favorit Masyarakat: Efek Bullion? Kata OJK!

Sabtu, 26 Jul 2025 - 17:48 WIB

Society Culture And History

Mulyono Ungkap Kisah Kuliah Bareng Jokowi di Kehutanan UGM

Sabtu, 26 Jul 2025 - 17:34 WIB