Dominasi China Menggila di China Open 2025, Fajar/Fikri Satu-satunya Penjegal di Laga Final
China Open 2025 sukses mengukir sejarah baru dalam peta kekuatan bulu tangkis dunia. Turnamen BWF World Tour Super 1000 ini menjadi panggung dominasi tuan rumah yang luar biasa, di mana wakil-wakil China berhasil menyapu bersih empat dari lima slot final di nomor tunggal putra dan putri, ganda campuran, serta ganda putri. Satu-satunya yang berhasil memutus rentetan dominasi tersebut adalah pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri, yang sukses menembus final dan mencegah terciptanya final sesama China di kategori mereka.
Laju tak terbendung para pebulutangkis China di turnamen ini seolah menjadi manifestasi kekuatan mereka yang didukung penuh oleh antusiasme penonton yang memadati stadion. Bukti nyata kegemilangan mereka terlihat dari berbagai sektor. Di ganda putra, Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri berhasil menaklukkan pasangan andalan China, Liang Wei Keng/Wang Cheng, di semifinal. Kemenangan krusial ini memastikan Fajar/Fikri menjadi satu-satunya wakil non-China di final ganda putra, sekaligus menggagalkan potensi final sesama China. Senada dengan itu, di ganda campuran, pasangan Guo Xin Wa/Chen Fang Hui juga tersingkir setelah berhadapan dengan unggulan nomor satu dunia, Feng Yan Zhe/Huang Dong Pin, yang kemudian akan berhadapan dengan sesama wakil China di final.
Penampilan gemilang wakil China terus berlanjut di nomor tunggal putra. Wang Zheng Xing bahkan berhasil menciptakan kejutan besar dengan meraih kemenangan mudah atas Anders Antonsen, pemain peringkat tiga dunia dari Denmark, dengan skor dominan 21-18, 21-15. “Kecepatan selalu menjadi salah satu kekuatan saya. Turnamen ini tidak mudah, tetapi pengalaman-pengalaman ini telah membangun kepercayaan diri saya, itulah sebabnya saya bisa bermain lebih cepat dan melakukan pukulan yang lebih menentukan hari ini,” ujar Wang, menyoroti performanya yang impresif.
Di sektor tunggal putri, sebuah peluang kecil sempat terbuka bagi Akane Yamaguchi untuk merusak pesta China, terutama mengingat Wang Zhi Yi, yang berjuang melawan flu sepanjang minggu, tampak sedikit kurang bugar. Upaya Yamaguchi untuk memimpin 17-14 di game pembuka kian menguatkan harapan tersebut. Namun, Wang Zhi Yi, pebulutangkis berusia 25 tahun, mampu memanfaatkan momentum bermain di kandang sendiri. Ia berhasil bangkit dan memastikan dirinya menjadi wakil China di final tunggal putri dengan kemenangan *straight game*. “Saya sebenarnya sangat bersemangat karena minggu ini cukup berat bagi saya. Memenangkan pertandingan yang sulit hari ini, emosi saya akhirnya tersalurkan,” ungkap Zhi Yi, seperti dikutip dari situs BWF.
Wang Zhi Yi juga menunjukkan tekad kuatnya untuk menghentikan tren kekalahan pada tiga final turnamen Super 1000 sebelumnya. “Kuncinya bagi saya adalah tetap fokus di setiap pertandingan. Tidak ada atlet yang melangkah ke lapangan dengan keinginan untuk kalah. Bagi saya, yang terpenting adalah melakukan yang terbaik,” tegasnya.
Sementara itu, kisah berbeda datang dari pemain nomor satu dunia asal Korea Selatan, An Se Young, juara Olimpiade yang berambisi menjadi pemain pertama yang memenangkan keempat gelar Super 1000 dalam satu musim HSBC BWF World Tour. Namun, ambisi besar tersebut harus pupus di tangan wakil China, Han Yue. Han Yue berhasil memanfaatkan momentum, atmosfer pertandingan yang membara, antusiasme penonton, serta cedera lutut yang dialami An Se Young untuk mengamankan tiket final, sekaligus memastikan empat final antarpemain China di Changzhou.
Hasil akhir pertandingan An Se Young tidak sesuai harapannya. Ia terpaksa mengundurkan diri di tengah laga saat skor 21-19, 11-6. “Saya merasakan ketidaknyamanan di lutut saya saat mempersiapkan pertandingan ini. Saya tidak bisa benar-benar fokus selama pertandingan karena cedera saya. Saya benar-benar tidak ingin menunjukkan sisi diri saya yang ini di lapangan. Cedera ini bukanlah sesuatu yang saya inginkan. Jadi, tentu saja saya kecewa,” tutur An Se Young. Ia menambahkan, “Ya, saya sangat kecewa, tetapi cedera ini memang tidak bisa dihindari. Meskipun saya sangat ingin mencapai rekor ini, tubuh saya tidak mampu. Saya tidak bisa tidak sabar. Saya akan mendapatkan kesempatan ini lagi di masa mendatang.”
Di luar dominasi tuan rumah, sorotan kembali tertuju pada pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri. Duet ini dinilai berpotensi besar menjadi kekuatan baru di kancah bulu tangkis dunia setelah menunjukkan performa menawan. “Hari ini kami menerapkan permainan cepat dan mengendalikan permainan di lapangan depan. Kami juga bermain dengan santai, bermain dengan nyaman. Tidak mudah bagi kami, karena selain menghadapi Liang/Wang, kami juga harus bermain melawan stadion dengan pendukung tim tuan rumah yang sangat antusias. Kami berusaha untuk rileks dan fokus,” jelas Fajar mengenai kunci keberhasilan mereka.
Muhammad Shohibul Fikri menambahkan bahwa mencapai final Super 1000 adalah capaian yang sangat berarti bagi mereka berdua. “Sudah lama sekali sejak Fajar dan saya tidak naik podium, apalagi di level ini. Semoga besok kami bisa juara,” ujar Fikri penuh harap. Fajar/Fikri akan berhadapan dengan pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, di final China Open 2025, setelah wakil Malaysia tersebut sukses menumbangkan pasangan India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty.
Jadwal Final China Open 2025
* Ganda Campuran (XD): Feng Yan Zhe / Huang Dong Ping vs Jiang Zhen Bang / Wei Ya Xin
* Ganda Putri (WD): Liu Sheng Shu / Tan Ning vs Jia Yi Fan / Zhang Shu Xian
* Tunggal Putra (MS): Shi Yu Qi vs Wang Zheng Xing
* Tunggal Putri (WS): Han Yue vs Wang Zhi Yi
* Ganda Putra (MD): Fajar Alfian / Muhammad Shohibul FIkri vs Aaron Chia / Soh Wooi Yik