Serangan Drone Ukraina Hancurkan 41 Pesawat Pengebom Rusia dalam “Operasi Jaring Laba-laba” Berani
KYIV – Ukraina baru saja melancarkan salah satu serangan udara paling berani dan terencana sejak invasi Rusia dimulai, yang berhasil menghantam 41 pesawat pengebom strategis Rusia di berbagai pangkalan militer jauh di dalam wilayah musuh. Operasi besar-besaran ini, yang dijuluki “Operasi Jaring Laba-laba”, dilaporkan telah dirancang selama satu setengah tahun penuh dan dipimpin langsung oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. “Pesawat pengebom strategis musuh terbakar massal di Rusia,” demikian pernyataan resmi yang dirilis oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU) pada Minggu (1/6/2025), menegaskan bahwa tujuan utama operasi ini adalah melumpuhkan armada udara strategis Rusia.
Taktik Inovatif Drone Jarak Dekat Membingungkan Pertahanan Rusia
Taktik canggih dan tak terduga menjadi kunci keberhasilan serangan ini. Menurut sumber keamanan, Ukraina melancarkan aksi berani tersebut dengan memanfaatkan *drone* kecil tipe FPV (*First Person View*) yang diselundupkan secara diam-diam jauh ke dalam wilayah Rusia. *Drone-drone* ini disembunyikan dalam kabin kayu yang dimuat di atas truk biasa, menyerupai taktik “kuda Troya” modern. Pada saat yang tepat, atap kabin dibuka secara *remote*, memungkinkan *drone* diterbangkan langsung menuju sasarannya.
Sebuah video yang kini beredar luas memperlihatkan momen peluncuran *drone* dari truk, diikuti oleh ledakan besar dan kepulan asap tebal di Lapangan Udara Belaya, Irkutsk, Siberia. Gubernur Irkutsk, Igor Kobzev, bahkan turut mengonfirmasi bahwa serangan mematikan itu memang berasal dari pesawat nirawak yang diluncurkan dari kendaraan darat. Presiden Zelensky kemudian mengungkapkan bahwa total 117 *drone* dikerahkan dalam Operasi Jaring Laba-laba ini, di mana masing-masing dikendalikan oleh pilot yang berbeda. Ia dengan bangga menegaskan bahwa ini merupakan “operasi jarak jauh paling hebat” yang pernah dilakukan oleh negaranya. “Satu tahun, enam bulan, sembilan hari dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Operasi ini pasti akan tercatat dalam buku sejarah,” tulis Zelensky penuh keyakinan melalui kanal Telegram resminya.
Kerugian Signifikan dan Tamparan Keras bagi Pertahanan Udara Rusia
Dampak serangan ini memicu kerugian luar biasa bagi Moskow. Menurut SBU, Operasi Jaring Laba-laba sukses melumpuhkan 34 persen dari total armada pengebom strategis Rusia yang memiliki kapabilitas membawa rudal jelajah. Pesawat-pesawat vital yang menjadi target meliputi TU-95 “Bear” yang ikonik, TU-22M3 supersonik, serta pesawat radar udara A-50 (AWACS) yang krusial. Klaim Ukraina menyebutkan bahwa total kerugian finansial yang diderita Rusia akibat serangan ini diperkirakan mencapai angka fantastis 7 miliar dollar AS, atau setara dengan sekitar Rp 114 triliun.
Efektivitas serangan *drone* Ukraina dalam menembus sistem pertahanan Rusia yang selama ini dianggap canggih, seperti S-300 dan S-400, menjadi sorotan tajam. Sistem yang dirancang untuk mencegat rudal jarak jauh ini ternyata gagal total mendeteksi *drone* kecil yang diluncurkan dari jarak sangat dekat. Sebuah sumber militer mengungkapkan kepada media Barat, “Pesawat-pesawat ini tidak sempat dipindahkan ke *shelter* pelindung.” Para analis militer menilai, serangan ini bukan hanya menyebabkan kerusakan fisik parah, tetapi juga memberikan tamparan keras yang memalukan bagi kredibilitas sistem pertahanan udara Rusia di mata dunia.
Namun, di tengah klaim keberhasilan Ukraina, Kementerian Pertahanan Rusia dengan cepat menyatakan bahwa semua serangan telah berhasil “dipukul mundur”. Kendati demikian, Rusia juga mengonfirmasi penahanan sejumlah individu, termasuk pengemudi truk yang diduga digunakan sebagai sarana peluncuran *drone* dalam serangan tersebut, oleh otoritas keamanan mereka. Presiden Zelensky sendiri menegaskan bahwa seluruh personel Ukraina yang terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan Operasi Jaring Laba-laba ini telah berhasil ditarik keluar dari wilayah Rusia sebelum serangan dimulai, memastikan keamanan mereka.
Sinyal Kekuatan Jelang Perundingan Damai
Serangan *drone* besar-besaran ini terjadi hanya beberapa jam sebelum dimulainya putaran kedua perundingan damai antara Ukraina dan Rusia di Istanbul, Turki. Timing yang strategis ini diyakini banyak pihak sebagai sinyal tegas dari Kyiv bahwa mereka tetap memiliki kapabilitas militer signifikan untuk melancarkan serangan jauh ke dalam wilayah musuh. Pavlo Fesenko, seorang pekerja konstruksi di Kyiv, menyuarakan pandangan yang banyak dipegang di ibu kota Ukraina. “Serangan ini bisa menyadarkan Rusia akan realitas yang mereka hadapi,” ujarnya. Ia menambahkan, “Mungkin belum berdampak langsung, tetapi ini langkah menuju masa depan di mana kita bisa berbicara dari posisi yang lebih kuat.” Operasi Jaring Laba-laba ini tidak hanya menunjukkan kecanggihan taktik Ukraina, tetapi juga berpotensi mengubah dinamika perundingan dan persepsi global terhadap konflik yang sedang berlangsung.