Tentu, berikut adalah artikel berita yang telah ditingkatkan:
*
IHSG Mengukir Rekor Baru di Atas 7.600: Akankah Momentum Berlanjut atau Saatnya Konsolidasi?
JAKARTA – Ragamharian.com.** Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan performa gemilang, nyaman bertahan di zona hijau selama empat hari perdagangan berturut-turut, bahkan berhasil menembus level psikologis 7.600. Pencapaian ini menandai momentum positif yang kuat di pasar saham domestik.
Pada penutupan perdagangan Senin, 28 Juli, IHSG perkasa menguat 0,94% atau bertambah 71,26 poin, mencapai level 7.614,76. Secara tahun berjalan, indeks telah mengakumulasi kenaikan sebesar 7,55%. Kinerja impresif hari ini juga tercatat sebagai rekor baru dan menjadi yang tertinggi sepanjang tahun berjalan, membangkitkan optimisme di kalangan investor.
Di tengah euforia ini, Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan, memberikan analisis mendalam. Menurut Felix, meskipun IHSG menunjukkan momentum positif setelah menembus level krusial 7.600, secara teknikal indeks sudah mulai memasuki area jenuh beli atau *overbought*. Kondisi ini mengindikasikan potensi konsolidasi sehat atau koreksi ringan akibat *profit taking* sangat terbuka dalam jangka pendek. Terutama menjelang keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dinanti di akhir bulan ini, pasar mungkin akan lebih berhati-hati.
Namun, pandangan jangka menengah tetap optimis. Felix menambahkan, selama tidak ada gejolak eksternal signifikan dan likuiditas pasar tetap terjaga, tren IHSG masih cenderung naik. Proyeksi targetnya berada di kisaran 7.750 hingga 7.850 hingga akhir kuartal III-2025, menunjukkan potensi kenaikan lebih lanjut jika sentimen positif berlanjut.
Kinerja positif IHSG didukung oleh sejumlah sentimen kuat. Stabilitas makroekonomi domestik yang solid, penurunan *yield* Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun hingga di bawah 6,50%, serta derasnya aliran dana lokal, khususnya dari investor ritel, menjadi motor utama reli ini. Arus investasi dari dalam negeri membuktikan kepercayaan yang tinggi terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Di sisi lain, beberapa faktor patut dicermati yang dapat menjadi tekanan bagi indeks. Ketidakpastian arah suku bunga global, potensi koreksi pada sektor-sektor spekulatif yang telah naik tinggi, dan valuasi IHSG yang mulai mahal di atas rata-rata historis, dapat memicu koreksi pasar. Investor perlu mewaspadai risiko-risiko tersebut.
Adapun penggerak utama indeks saat ini didominasi oleh saham-saham teknologi dan emiten lapis dua yang mencatat kenaikan signifikan. Contohnya seperti PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), PT DCI Indonesia Tbk (DCII), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Selain itu, saham-saham konglomerasi besar seperti Barito dan Sinarmas juga turut berkontribusi dalam penguatan indeks, menunjukkan diversifikasi pendorong pasar.
Meskipun demikian, secara fundamental, bursa domestik masih menghadapi beberapa tantangan. Kinerja emiten besar pada semester I-2025 menunjukkan hasil yang beragam, bahkan sektor perbankan mulai mengalami perlambatan dari sisi *bottom line*. Namun, optimisme investor tampak lebih terfokus pada narasi reformasi kabinet dan harapan percepatan belanja negara. Fenomena ini menciptakan euforia pasar yang terkadang melampaui realitas fundamental kinerja perusahaan.
Oleh karena itu, Felix mengingatkan bahwa likuiditas pasar saat ini lebih banyak digerakkan oleh ekspektasi dan sentimen positif, dibandingkan dengan data kinerja nyata yang solid. Para investor diimbau untuk tetap mencermati perkembangan pasar dengan bijak dan melakukan analisis menyeluruh sebelum mengambil keputusan investasi.
