RAGAMHARIAN.COM – Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Dinas Sumber Daya Air Bina Marga dan Bina Konstruksi (SDA-BMBK) menargetkan penyelesaian pembangunan Bendung BSH-0 yang berlokasi di Kali Cikarang Bekasi Laut (CBL) Srengseng Hilir pada akhir tahun 2025.
Proyek ini dinilai sebagai langkah strategis untuk menjawab keresahan para petani di wilayah utara Kabupaten Bekasi yang selama ini kerap menghadapi kekeringan lahan saat musim kemarau.
Kepala Dinas SDA-BMBK Kabupaten Bekasi, Henri Lincoln, menjelaskan bahwa pembangunan bendung ini merupakan hasil aspirasi para petani yang sebelumnya telah menyampaikan surat resmi kepada Presiden RI dan Menteri PUPR. Respons positif dari pemerintah pusat diikuti dengan penandatanganan nota kesepakatan antara Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang dan Kepala BBWS Citarum pada 24 Maret 2025.
Bendung BSH-0 akan mengalirkan air dari Sungai Cikarang ke Kali CBL dan Srengseng Hilir, yang bermuara di wilayah pertanian Kecamatan Muaragembong. Selama ini, petani harus membendung air secara swadaya dengan karung pasir dan cerucuk bambu demi mengalirkan air ke area pertanian.
“Desain bendung ini disesuaikan dengan arahan dari Kementerian PUPR, bahkan akan dijadikan contoh nasional. Selain fungsi irigasi, area bendung juga akan dipercantik menjadi ruang terbuka hijau dan kolam retensi yang bisa dimanfaatkan masyarakat,” ungkap Henri.
Dukungan terhadap pembangunan bendung ini juga datang dari Kepala Desa Sukajaya, Amang Suryaman. Ia menyambut baik proyek tersebut karena akan menambah fungsi sosial dan ekonomi wilayah. Menurutnya, area sekitar bendung berpotensi menjadi pusat kegiatan masyarakat dan mendukung pelaku UMKM.
Amang juga berharap pemerintah memperhatikan infrastruktur pendukung lain seperti jembatan dan pelebaran jalan agar kawasan ini semakin representatif dan mampu mengurangi kemacetan di titik persimpangan bendung.
Sementara itu, Risam (53), petani dari Desa Sukarahayu, menyebut bendung BSH-0 sebagai “urat nadi” pertanian wilayah utara. Ia mengungkapkan, selama empat tahun terakhir para petani selalu gagal panen akibat tidak adanya bendungan penahan air.
“Selama ini kami terpaksa membendung sungai dengan cara tradisional, seperti menggunakan pasir dan bambu. Setiap musim tanam kami ulangi cara itu. Kehadiran bendung ini sangat kami syukuri,” ujar Risam.
Proyek ini diharapkan tidak hanya memperbaiki irigasi, tetapi juga mendorong ketahanan pangan dan produktivitas pertanian di Kabupaten Bekasi. Dengan suplai air yang lebih terjamin, para petani optimis dapat meningkatkan hasil panen mereka di masa depan.