Polemik Tagihan Rp192 Juta Bobotoh Meninggal Dunia: RSHS Ungkap Alasan BPJS Tolak Klaim
Tragedi pawai juara Persib Bandung menyisakan duka mendalam bagi keluarga Nugraha (20), seorang Bobotoh asal Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Setelah hampir dua pekan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung akibat jatuh dari Flyover Pasupati, Nugraha menghembuskan napas terakhirnya. Namun, duka keluarga kian bertambah ketika dihadapkan pada tagihan biaya perawatan yang membengkak hingga mencapai Rp 192 juta, sebuah nominal yang memicu kebingungan dan kekhawatiran mendalam.
Menanggapi informasi yang mengejutkan publik ini, Direktur Utama RSHS Bandung, Rachim Dinata Marsidi, buka suara. Rachim menjelaskan bahwa klaim BPJS Kesehatan untuk perawatan almarhum Nugraha tidak dapat dicairkan. Ia mengungkapkan alasan utama penolakan tersebut adalah kondisi pasien saat insiden terjadi. “Saya sudah cek informasi itu. Ternyata, BPJS tidak bersedia membayar karena waktu kejadian pasiennya mabuk alkohol,” terang Rachim saat dikonfirmasi pada Kamis (12/6/2025).
Rachim menegaskan bahwa keputusan ini sesuai dengan klausul peraturan BPJS yang berlaku. Menurutnya, kesepakatan cakupan BPJS telah diatur secara jelas. “Ada klausul di peraturan BPJS jika pasiennya dalam keadaan mabuk, kalau terjadi sesuatu pada yang bersangkutan maka klaim BPJS-nya tidak berlaku atau tak akan dibayarkan,” lanjut Rachim, menjelaskan bahwa kasus Nugraha masuk dalam kategori pengecualian tersebut karena peserta berada di bawah pengaruh minuman keras saat kejadian.
Di sisi lain, Intan Nuraeni, istri almarhum Nugraha, mengaku syok dan tak habis pikir saat pertama kali menerima nota tagihan sebesar Rp 192 juta. Ia mengungkapkan bahwa awalnya, ketika Nugraha meninggal dunia pada Jumat (6/6/2025) malam, pihak rumah sakit hanya memberikan tagihan sebesar Rp 6 juta yang menurutnya sudah ditanggung oleh sejumlah pihak dan yayasan yang peduli. Intan baru berhasil melunasi tagihan awal tersebut beberapa hari setelah suaminya meninggal.
Namun, kebingungan dan keterkejutan keluarga memuncak ketika mereka kembali ke rumah sakit untuk mengurus administrasi lebih lanjut. “Ketika kemarin kami mau melunasi Rp 6 juta itu keluarlah nota baru, Rp 192 juta sekian. Kesalahan siapa tidak tahu, jadi bingung,” kata Intan, menceritakan momen saat nota tagihan sesungguhnya dikeluarkan oleh pihak RS. “Iya, ketika pulang Rp 6 juta (nota tagihan dari RSHS Bandung). Namun, saat kembali ke rumah sakit, pihak RS mengeluarkan nota tagihan yang sebenarnya. Jadi, kami sekeluarga kaget,” imbuhnya.
Kini, Intan dan keluarganya harus menghadapi beban finansial yang sangat besar. Mereka mengaku kebingungan mencari cara untuk melunasi sisa tagihan perawatan medis sang suami. “Kami bingung mencari biayanya, dari mana begitu. Sekarang memang lagi butuh bantuan. Mudah-mudahan ada jalannya,” pungkas Intan penuh harap, berharap ada uluran tangan yang dapat membantu meringankan beban mereka pasca-tragedi ini.