Serangan Kilat Israel ke Iran: AS Diam-Diam Kirim Ratusan Rudal Hellfire
Serangan Israel terhadap Iran pada Jumat, 13 Juni 2025, yang belum pernah terjadi sebelumnya, ternyata diawali dengan pengiriman rahasia ratusan rudal Hellfire dari Amerika Serikat. Middle East Eye melaporkan pengiriman sekitar 300 rudal tersebut ke Israel pada Selasa, beberapa hari sebelum serangan, tepat di tengah pembicaraan nuklir antara AS dan Iran.
Pengiriman senjata dalam jumlah besar ini menunjukkan bahwa pemerintahan Trump memiliki informasi lengkap mengenai rencana serangan Israel, menurut dua pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim. Kejadian ini sangat luar biasa, karena belum pernah ada laporan sebelumnya tentang pengiriman senjata AS dalam jumlah signifikan menjelang serangan skala besar semacam ini.
Rudal Hellfire, rudal udara-ke-darat berpemandu laser, memang bukan senjata ideal untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran. Namun, kemampuan presisi tinggi rudal ini menjadikannya senjata yang tepat untuk serangan tertarget. Serangan Israel sendiri melibatkan lebih dari 100 pesawat tempur, yang memanfaatkan teknologi presisi untuk menargetkan pejabat militer senior, ilmuwan nuklir, dan pusat komando Iran. “Ada waktu dan tempat untuk Hellfires. Mereka berguna bagi Israel,” ujar seorang pejabat senior pertahanan AS.
Serangan tersebut mengakibatkan terbunuhnya sejumlah tokoh kunci Iran, termasuk Mayor Jenderal Hossein Salami (Kepala Korps Garda Revolusi Islam), Mayor Jenderal Mohammad Bagheri (Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran), dan Ali Shamkhani (pembantu dekat Ayatollah Ali Khamenei).
Terungkapnya pengiriman rudal Hellfire semakin memperkuat dugaan bahwa pemerintahan Trump telah mengetahui rencana serangan Israel selama berbulan-bulan. Middle East Eye sebelumnya telah melaporkan bahwa CIA telah mendapat informasi mengenai rencana serangan sepihak Israel terhadap situs nuklir Iran sejak April dan Mei. Analisis rencana serangan Israel, yang menggabungkan serangan siber dengan serangan presisi tanpa keterlibatan langsung AS, dinilai “mengesankan” oleh pemerintah Amerika.
Meskipun demikian, sikap Trump selama beberapa bulan sebelumnya seolah menunjukkan penolakan terhadap lobi Perdana Menteri Netanyahu untuk menyetujui serangan tersebut. Namun, laporan Axios mengungkap fakta bahwa pemerintah Trump mungkin hanya berpura-pura menentang rencana tersebut.
Trump kemudian menjelaskan strateginya dengan mengatakan bahwa ia memberikan Iran tenggat waktu 60 hari untuk menyetujui perjanjian nuklir baru sebelum melancarkan serangan. Media Israel telah melaporkan tenggat waktu tersebut pada Maret 2025. Menariknya, serangan Israel terjadi tepat 61 hari setelah dimulainya pembicaraan AS-Iran pada 12 April 2025.
Pembicaraan tersebut menemui jalan buntu karena kebuntuan mengenai pengayaan uranium. AS menuntut Iran untuk menghentikan pengayaan uranium, sementara Iran bersikeras mempertahankan haknya. Di tengah kebuntuan ini, pemerintah Trump terus memasok senjata ke Israel. Pengiriman rudal Hellfire, yang merupakan bagian dari kesepakatan senjata senilai US$ 7,4 miliar yang telah disetujui Kongres pada Februari 2025, tidak perlu diumumkan secara publik.
Pilihan editor: Pesawat Netanyahu Tinggalkan Israel Saat Rudal Iran Bombardir Tel Aviv