Bucin Jefri Nichol: Arti, Tanda, dan Batas Wajar dalam Hubungan

Avatar photo

- Penulis Berita

Minggu, 15 Juni 2025 - 04:38 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menguak Fenomena Bucin: Antara Cinta Sejati, Ketergantungan Emosional, dan Batasan dalam Hubungan

Istilah “bucin” atau “budak cinta” telah menjadi frasa yang akrab dalam percakapan seputar hubungan asmara, terutama di kalangan generasi muda. Fenomena ini kembali menjadi sorotan publik setelah aktor Jefri Nichol secara terbuka mengakui dirinya sangat “bucin” terhadap sang kekasih, Ameera Khan. Hubungan jarak jauh (LDR) mereka yang unik, ditandai dengan panggilan telepon non-stop hingga 48 jam demi menjaga koneksi emosional, memicu pertanyaan mendalam: apa sebenarnya arti bucin, dan sejauh mana intensitas cinta semacam ini dianggap wajar dalam sebuah hubungan?

Memahami Apa Itu Bucin: Lebih dari Sekadar “Budak Cinta”

Secara harfiah, “bucin” adalah singkatan dari “budak cinta,” sebuah sebutan untuk individu yang begitu terobsesi pada pasangannya hingga rela melakukan apa pun demi mempertahankan ikatan tersebut. Namun, definisi “bucin” seringkali bervariasi dalam persepsi setiap orang, sehingga memerlukan penjelasan yang lebih jernih.

Menurut Psikolog Klinis Dewasa Syaikha Nabila, M.Psi., Psikolog, istilah “budak cinta” menyiratkan kesediaan seseorang untuk melakukan apa saja demi menyenangkan pasangannya. Namun, dalam banyak kasus, “bucin” melampaui sekadar cinta yang mendalam. Perilaku ini sering melibatkan tindakan impulsif, pengorbanan yang berlebihan, bahkan ketidakseimbangan emosional. Pada tingkat ekstrem, “bucin” dapat mendorong seseorang mengupayakan berbagai cara agar selalu terhubung dan merasa dekat dengan pasangannya, sebagaimana yang terlihat dari pengalaman Jefri Nichol.

Mengapa Seseorang Menjadi Bucin? Perspektif Psikologis

Ada beragam alasan mengapa seseorang bisa terjerumus dalam perilaku “bucin” dalam sebuah hubungan, yang seringkali berakar pada dinamika psikologis individu. Konselor Elly Nagasaputra, MK, CHt, yang memiliki spesialisasi dalam konseling remaja, diri, pernikahan, dan perselingkuhan, berpendapat bahwa “bucin” bisa timbul dari kematangan emosional yang belum optimal. Ia menjelaskan, “Seseorang menjadi sangat bucin, mungkin karena belum dewasa, jadi tidak memikirkan faktor-faktor lain, lalu dia mencintai dengan cara buta karena cinta.” Berbeda dengan mereka yang sudah dewasa secara mental, emosional, dan spiritual, yang cenderung mencintai secara lebih logis, tanpa terjebak dalam “cinta buta” yang mengabaikan nilai diri atau prospek masa depan.

Di sisi lain, Syaikha Nabila juga menyoroti fenomena “love bombing” pada fase awal hubungan sebagai salah satu pemicu perilaku “bucin.” Pada tahap ini, dorongan untuk terus bertemu, menelepon, dan berkirim pesan secara intensif memang umum terjadi. Syaikha menambahkan bahwa perilaku ini masih tergolong wajar, asalkan tidak mengganggu aktivitas pribadi maupun profesional, dan kedua belah pihak merasa nyaman serta tidak mempermasalahkannya.

Batasan Bucin: Antara Cinta Sejati dan Ketergantungan Tak Sehat

Perdebatan mengenai “bucin” kerap muncul dalam dinamika pasangan. Sebagian pihak menganggap mencintai secara total sebagai bentuk ekspresi cinta sejati yang murni, sementara yang lain melihatnya sebagai wujud ketergantungan yang tidak sehat.

Menanggapi dilema ini, Syaikha Nabila menegaskan bahwa menjadi “bucin” tidak selalu salah, selama ada batasan yang jelas. “Boleh-boleh saja kalau mau tergila-gila dan memberikan seluruh perhatian buat pasangan,” tuturnya. Namun, ia menekankan pentingnya untuk tidak kehilangan jati diri atau mengabaikan kebutuhan pribadi demi pasangan. Mengekspresikan rasa sayang memang krusial untuk memperkuat jalinan hubungan, tetapi membahagiakan dan memenuhi kebutuhan diri sendiri juga sama pentingnya sebelum sepenuhnya mencurahkan kebahagiaan kepada pasangan.

Syaikha lebih lanjut menjelaskan bahwa sebuah hubungan yang melibatkan perilaku “bucin” masih dapat dikatakan sehat jika individu tersebut tetap mengutamakan dirinya sendiri, menjaga keterbukaan dengan pasangan, membangun rasa saling percaya, dan memahami batasan masing-masing. Sejatinya, hubungan yang sehat berlandaskan pada keterbukaan, komitmen, tanggung jawab, serta kesadaran untuk tumbuh bersama sebagai individu. Oleh karena itu, jika perilaku “bucin” justru menutup logika, membuat seseorang mengabaikan tanda-tanda hubungan yang tidak sehat, atau mengikis nilai diri, maka hal tersebut patut diwaspadai sebagai sinyal bahaya yang memerlukan perhatian lebih.

Berita Terkait

Gustiwiw Meninggal: Ibunda Ungkap Kondisi Terakhir Sebelum Buat Konten
Capricorn, Aquarius, Pisces: Ramalan Zodiak Senin 16 Juni 2025!
Ahmad Dhani Kumpul Keluarga Lengkap, Reaksi Al Ghazali Jadi Sorotan!
Al Ghazali & Alyssa Daguise Menikah? Link Nonton Siraman & Pernikahan!
DIY Papan Lipat Baju Anak: 6 Langkah Mudah + Ajarkan Kemandirian!
Al Ghazali Siraman: Tangis Ahmad Dhani, Maia Estianty Pecahkan Kendi!
Ahmad Dhani Beri Pesan Menyentuh untuk Al Ghazali Jelang Pernikahan
10 Cara Sederhana Papa Bantu Istri Bahagia di Rumah

Berita Terkait

Minggu, 15 Juni 2025 - 23:55 WIB

Gustiwiw Meninggal: Ibunda Ungkap Kondisi Terakhir Sebelum Buat Konten

Minggu, 15 Juni 2025 - 13:35 WIB

Capricorn, Aquarius, Pisces: Ramalan Zodiak Senin 16 Juni 2025!

Minggu, 15 Juni 2025 - 10:14 WIB

Ahmad Dhani Kumpul Keluarga Lengkap, Reaksi Al Ghazali Jadi Sorotan!

Minggu, 15 Juni 2025 - 10:06 WIB

Al Ghazali & Alyssa Daguise Menikah? Link Nonton Siraman & Pernikahan!

Minggu, 15 Juni 2025 - 10:00 WIB

DIY Papan Lipat Baju Anak: 6 Langkah Mudah + Ajarkan Kemandirian!

Berita Terbaru

Finance

NICL Bagi Dividen Rp15/Saham: Investor Nikel Wajib Tahu!

Senin, 16 Jun 2025 - 03:30 WIB

Society Culture And History

Zodiak Beruntung Senin 16 Juni 2025: Taurus, Sagitarius, Siap-siap!

Senin, 16 Jun 2025 - 02:05 WIB