BI Rate Turun, Kok Bunga Kredit Bank Digital Tinggi? Ini Sebabnya!

Avatar photo

- Penulis Berita

Senin, 16 Juni 2025 - 05:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bunga Kredit Bank Digital Tetap Tinggi: Menguak Alasan di Balik Paradoks Penurunan BI Rate

Di tengah optimisme penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dalam setahun terakhir, pasar dikejutkan dengan fenomena berbeda di sektor perbankan digital. Alih-alih ikut merosot, bunga kredit yang ditawarkan oleh bank-bank digital justru tetap bertahan tinggi, bahkan beberapa di antaranya mengalami kenaikan. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: apa penyebab di balik resistensi bank digital terhadap tren penurunan BI Rate?

Fenomena tingginya Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) ini terlihat jelas pada sejumlah pemain utama. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR), misalnya, menetapkan SBDK pada April 2025 di kisaran 9,69% hingga 24,04%. Angka tertinggi ini, terutama untuk kredit mikro UMKM dan konsumsi non-KPR, dijelaskan oleh biaya operasional (overhead) yang tinggi, mencapai 16,21%, dengan margin keuntungan yang relatif kecil, hanya sekitar 2%. Lebih mencengangkan lagi, beberapa bank digital bahkan nekat menaikkan SBDK mereka. PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) mencatat kenaikan signifikan dari 8,13%–8,53% pada Januari 2025 menjadi 9,02%–9,45% pada April 2025, seiring dengan peningkatan margin keuntungan mereka. Senada, PT Bank Jago Tbk (ARTO) juga melaporkan kenaikan SBDK untuk kredit korporasi dari 7,41% menjadi 7,72% dalam periode yang sama, meskipun margin keuntungannya tetap stabil di angka 2%.

Potret serupa juga tercermin pada PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), yang SBDK-nya berkisar antara 10% hingga 26,75%. Kredit konsumsi non-KPR menjadi segmen dengan bunga tertinggi, terutama disebabkan oleh beban biaya overhead yang mencapai 17,1% dan margin keuntungan sebesar 3,45%. Lantas, mengapa bank-bank digital ini tetap mempertahankan, bahkan menaikkan, suku bunga di tengah tren yang berlawanan? Kunci jawabannya terletak pada prinsip *risk-based pricing*.

Senior Vice President Finance Amar Bank, David Wirawan, menjelaskan bahwa penentuan suku bunga kredit bank digital sangat mengacu pada prinsip *risk-based pricing*. Pendekatan ini mempertimbangkan secara cermat profil risiko nasabah, kualitas portofolio kredit, serta daya serap pasar. David menegaskan, segmen UMKM dan individu yang belum terlayani oleh bank konvensional — yang menjadi target utama bank digital — memiliki risiko bawaan yang secara inheren lebih tinggi. Risiko inilah yang kemudian tercermin pada penetapan suku bunga yang lebih tinggi.

David Wirawan menambahkan bahwa penyesuaian bunga kredit tidak serta-merta mengikuti pergerakan BI Rate. Bank-bank digital harus mempertimbangkan kesiapan internal, biaya dana yang mereka tanggung, serta prospek ekonomi secara keseluruhan. Menurutnya, pihaknya berupaya keras menjaga keseimbangan antara daya saing bunga di pasar dengan prinsip kehati-hatian. Tujuannya agar penyaluran kredit tetap inklusif, dapat dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat, dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Senada dengan David Wirawan, Direktur Utama PT Krom Bank, Anton Hermawan, juga mengungkapkan bahwa penetapan bunga dilakukan secara proporsional berdasarkan profil risiko nasabah. Penyaluran kredit dilakukan secara selektif demi menjaga kualitas portofolio bank. Sementara itu, Direktur Umum Allo Bank, Indra Utoyo, lebih lanjut menekankan bahwa bank digital dapat mengenakan *risk premium* yang lebih tinggi pada kredit tanpa agunan. Ini dilakukan untuk mengompensasi potensi risiko gagal bayar yang lebih besar pada jenis kredit tersebut, terutama bagi debitur dengan skor kredit rendah.

Indra Utoyo turut menggarisbawahi bahwa suku bunga tinggi bukanlah satu-satunya faktor penentu keputusan nasabah dalam memilih bank digital. Kemudahan proses pengajuan, fleksibilitas tenor pinjaman, serta batas limit kredit yang ditawarkan juga menjadi pertimbangan penting bagi para calon debitur. Faktor-faktor non-bunga ini seringkali menjadi daya tarik utama bagi segmen pasar yang membutuhkan akses cepat dan mudah terhadap pembiayaan.

Dengan demikian, resistensi suku bunga kredit bank digital terhadap penurunan BI Rate bukanlah tanpa alasan. Ini adalah cerminan dari model bisnis yang mengutamakan penilaian risiko yang ketat, tingginya biaya operasional untuk melayani segmen yang lebih berisiko, serta strategi untuk menjaga profitabilitas dan keberlanjutan bisnis. Bagi nasabah, meskipun bunga mungkin lebih tinggi, aksesibilitas dan kemudahan yang ditawarkan bank digital tetap menjadi nilai tambah yang signifikan.

Berita Terkait

Saham BUMN Karya: Kontrak Mini, Pilih Cermat!
Shekel Melesat! Bursa Israel Bergairah, Penguatan Harian Tertinggi Sejak 2008
Suspensi 6 Saham Berlanjut: Investor Panik? Analisis Mendalam BEI
Investasi Menjanjikan Semester II 2025: Sektor Paling Potensial
WEGE Raih Kontrak Raksasa Rp 100 Miliar!
Waskita Karya (WSKT) Fokus Tuntaskan Restrukturisasi Obligasi Rp 1,3 Triliun di 2025
CHIP Targetkan Kenaikan Kinerja 10% di 2025: Strategi Ambisius
Saham Big Bank Ambles! BNI Terjun Bebas di Awal Pekan

Berita Terkait

Selasa, 17 Juni 2025 - 01:02 WIB

Saham BUMN Karya: Kontrak Mini, Pilih Cermat!

Senin, 16 Juni 2025 - 23:02 WIB

Shekel Melesat! Bursa Israel Bergairah, Penguatan Harian Tertinggi Sejak 2008

Senin, 16 Juni 2025 - 22:50 WIB

Suspensi 6 Saham Berlanjut: Investor Panik? Analisis Mendalam BEI

Senin, 16 Juni 2025 - 21:16 WIB

Investasi Menjanjikan Semester II 2025: Sektor Paling Potensial

Senin, 16 Juni 2025 - 19:44 WIB

WEGE Raih Kontrak Raksasa Rp 100 Miliar!

Berita Terbaru

Travel

Liburan Mewah Hemat: Tips Liburan Impian Tanpa Bikin Bokek!

Selasa, 17 Jun 2025 - 01:05 WIB

Finance

Saham BUMN Karya: Kontrak Mini, Pilih Cermat!

Selasa, 17 Jun 2025 - 01:02 WIB

Family And Relationships

Alyssa Daguise Resmi Menikah! Intip Cincin Nikah dan Momen Bahagianya

Selasa, 17 Jun 2025 - 00:40 WIB

Food And Drink

Basreng Ayam Udang ala Chef Martin: Resep Mudah, Dijamin Nagih!

Selasa, 17 Jun 2025 - 00:37 WIB