Profil Lengkap Dul Jaelani: Jejak Musikal Putra Ahmad Dhani dan Maia Estianty
Mewarisi bakat musikal dari kedua orang tuanya, Ahmad Dhani dan Maia Estianty, Abdul Qodir Jaelani atau yang akrab disapa Dul Jaelani, telah mengukir jejaknya sendiri di industri musik Indonesia. Kisah perjalanan musisi muda ini menarik untuk disimak, terutama bagaimana ia menemukan identitasnya di tengah bayang-bayang nama besar kedua orang tuanya dan memilih sepenuhnya terjun ke panggung nada.
Terlahir di Jakarta pada 23 Agustus 2000, Dul Jaelani adalah putra bungsu dari tiga bersaudara pasangan musisi legendaris Ahmad Dhani dan Maia Estianty. Sejak usia dini, dunia hiburan dan panggung pertunjukan bukanlah hal asing baginya. Lingkungan keluarga yang kental dengan nuansa musik secara alami menuntun Dul untuk mengeksplorasi bakat yang mengalir dalam darahnya, hingga akhirnya memilih jalur musik sebagai panggilan hidup.
Bersama kedua kakaknya, Al Ghazali dan El Rumi, Dul mengawali karier profesionalnya dalam grup musik The Lucky Laki yang meraih popularitas di akhir dekade 2000-an. Di band yang turut melambungkan namanya ini, Dul tidak hanya berperan sebagai vokalis, namun juga memegang instrumen bass. The Lucky Laki dikenal luas berkat hits seperti “Superman”, serta lagu-lagu lain yang tak kalah digemari seperti “Sahabat” dan “As Boys”.
Mengenai pendidikan, Dul menempuh jenjang formal di SD Bakti Mulya 400, Jakarta Selatan, sebelum melanjutkan dengan sistem *homeschooling* di bawah naungan Yayasan Kak Seto. Momen kelulusannya menjadi saksi kebersamaan kedua orang tuanya, meski telah berpisah. Keputusan Dul untuk tidak melanjutkan pendidikan tinggi adalah bukti nyata dedikasinya pada musik. Ia memilih panggung nada ketimbang bangku kuliah, sebuah langkah berani yang mengukuhkan jalur musik sebagai prioritas utamanya.
Tidak berhenti di sana, hasrat bermusik Dul terus berkembang, mendorongnya untuk mendirikan band bergenre *grunge* bernama Backdoor pada tahun 2013. Di Backdoor, Dul awalnya memegang posisi *bassist* dan vokalis, sebelum akhirnya mengambil alih peran sebagai gitaris sekaligus vokalis utama setelah pergantian personel. Hal ini menunjukkan adaptabilitas dan komitmennya pada perkembangan musikalitas.
Selain proyek band, Dul juga intens mengeksplorasi ranah musik solo. Debutnya sebagai musisi solo ditandai dengan perilisan lagu “Mama Tolonglah” pada tahun 2018. Sejak saat itu, deretan karya solonya tak henti mengalir, termasuk “Kau dan Aku” (2017), “Cakrawala” (2018), “Taklukkan Dunia” (2018), “Kamu dan Aku” (2019), dan “Ingin Kau Tahu” (2019).
Perjalanan karier Dul juga diwarnai dengan perilisan dua album. Ia tergabung dalam album *New Beginning 09* (2009) bersama The Lucky Laki, dan kemudian meluncurkan album solo *Sang Pemuja* pada tahun 2020. Lagu “Sang Pemuja” bahkan sempat dirilis ulang dalam versi piano dan kolaborasi epik bersama Fadly, vokalis Padi. Konsistensi Dul dalam bermusik juga terlihat dari berbagai kolaborasi lintas genre yang ia jalani. Ia sempat berkolaborasi dengan Geisha dalam lagu “Rencana Hebat” (2021) dan bersama Giring Ganesha untuk lagu “Burung Gereja” (2021). Tak hanya itu, Dul juga menciptakan lagu khusus berjudul “Song for Tissa”, yang terinspirasi dari sang kekasih, Tissa Biani.
Di balik kilau kariernya, Dul Jaelani juga pernah menghadapi masa sulit. Ia terlibat dalam kecelakaan maut pada tahun 2013 yang merenggut tujuh nyawa. Sebuah tragedi yang meninggalkan luka mendalam, namun Dul menunjukkan tanggung jawab dan empati dengan mengakui masih menjalin komunikasi baik dengan keluarga para korban hingga saat ini. Ini menunjukkan sisi kematangan dan kepeduliannya sebagai seorang individu.
Dengan konsistensi, eksplorasi genre yang beragam, dan dedikasi penuh terhadap musik, Dul Jaelani telah berhasil membangun identitasnya sendiri sebagai seorang musisi. Ia membuktikan bahwa bakat dan kerja keras lebih dari cukup untuk bersinar, jauh melampaui bayangan nama besar kedua orang tuanya. Kisah Dul Jaelani adalah inspirasi tentang bagaimana seseorang dapat mengikuti panggilan jiwanya dan mengukir jejaknya sendiri di panggung nada.