BI Pertahankan BI Rate 5,5%, IHSG Terkoreksi di Tengah Ketegangan Timur Tengah
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 5,5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2025. Keputusan ini diambil di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 7.101,33 pada penutupan perdagangan Rabu (18/6), terkoreksi 0,76% dari hari sebelumnya. Pelemahan ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian global, terutama akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto, menilai keputusan BI tersebut sejalan dengan ekspektasi pasar yang mempertimbangkan inflasi terkendali dan penguatan rupiah terhadap dolar AS. Ia menyebut BI mengambil pendekatan konservatif menghadapi ketidakpastian global yang meningkat, termasuk konflik Iran-Israel dan sinyal dovish dari The Fed yang diperkirakan mempertahankan suku bunga di level 4,5%. Pandhu menambahkan bahwa keputusan BI ini diperkirakan tidak akan secara signifikan memengaruhi pergerakan IHSG dalam jangka pendek.
Namun, koreksi bursa saham global akibat ketegangan Timur Tengah menjadi faktor utama pelemahan IHSG. Investor cenderung bersikap wait and see, menunggu kejelasan situasi. Sentimen musim dividen, yang telah memasuki tahap akhir, juga turut berperan, dengan beberapa saham mengalami pelemahan akibat aksi profit taking pasca periode cum date. Saham-saham LQ45 seperti PGEO, AMMN, dan INKP tercatat sebagai top losers.
Pandhu memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang 7.000-7.240 poin hingga akhir Juni. Ia menyoroti sektor energi, khususnya minyak dan gas bumi, sebagai sektor yang perlu diperhatikan investor mengingat situasi geopolitik di Timur Tengah. Kenaikan harga minyak akibat konflik berpotensi menguntungkan saham-saham seperti Medco Energi Internasional (MEDC) dan Energi Mega Persada (ENRG), serta saham batubara yang permintaannya bisa meningkat seiring kenaikan harga minyak.
Sebaliknya, jika konflik mereda, saham-saham blue chip dengan kinerja kuat di kuartal I-2025 dan telah mengalami koreksi harga signifikan, menjadi pilihan menarik. Secara keseluruhan, ketidakpastian global dan situasi Timur Tengah menjadi penentu utama pergerakan IHSG dalam waktu dekat.