ADHI: Merger Selamatkan Saham Adhi Karya dari Laba Jeblok?

Avatar photo

- Penulis Berita

Sabtu, 26 Juli 2025 - 21:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Prospek Saham ADHI di Tengah Penurunan Laba dan Mega Merger BUMN Karya Semester I/2025

Ragamharian.com, JAKARTA — Emiten konstruksi pelat merah, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), membukukan kinerja yang menantang pada paruh pertama tahun 2025. Laba bersih perusahaan tercatat terkoreksi signifikan, memicu pertanyaan besar mengenai prospek sahamnya di tengah rencana restrukturisasi besar-besaran BUMN Karya.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, laba bersih ADHI anjlok hingga 45,23% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi hanya Rp7,54 miliar pada semester I/2025. Angka ini jauh di bawah capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp13,7 miliar. Penurunan laba ini sejalan dengan kinerja pendapatan perusahaan yang juga tergerus 32,89% YoY, menjadi Rp3,81 triliun hingga akhir Juni 2025.

Rincian pendapatan ADHI menunjukkan kontribusi dari segmen teknik dan konstruksi sebesar Rp3,1 triliun, pendapatan properti dan pelayanan Rp176,5 miliar, manufaktur Rp383,2 miliar, serta pendapatan investasi dan konsesi sebesar Rp136,1 miliar. Menanggapi kondisi ini, Senior Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menjelaskan bahwa penurunan pendapatan ADHI terutama disebabkan oleh kinerja yang lebih rendah di seluruh segmen bisnis. Kondisi ini diperparah oleh penundaan proyek dan lemahnya permintaan di berbagai sektor.

Namun, di tengah tekanan pada laba dan pendapatan, ADHI berhasil mencatatkan perbaikan signifikan dari sisi liabilitas. Total liabilitas perusahaan menyusut menjadi Rp24,7 triliun pada kuartal II/2025. Penurunan serupa juga terjadi pada utang jangka pendek dan panjang yang kini berada di level Rp8,6 triliun. “Penurunan utang ini sedikit memperbaiki beban keuangan pada enam bulan pertama 2025,” ungkap Sukarno dalam risetnya pada Jumat (25/7/2025).

Kinerja keuangan yang fluktuatif ini juga beriringan dengan bayangan rencana mega merger BUMN Karya. Holding operasional Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia, melalui PT Danantara Asset Management (Persero), direncanakan akan melanjutkan konsolidasi BUMN Karya pada semester II/2025. Langkah strategis ini bertujuan membentuk entitas yang lebih efisien dan berfokus pada bisnis inti sebagai kontraktor, sekaligus mengonsolidasikan anak-anak usaha perusahaan konstruksi pelat merah yang tidak berkaitan langsung dengan inti bisnis.

Dalam skema merger tersebut, ADHI diposisikan sebagai salah satu dari tiga entitas induk utama yang tersisa. ADHI akan menjadi induk bagi PT Nindya Karya (Persero) dan PT Brantas Abipraya (Persero), dengan fokus pada penanganan proyek rel kereta dan konstruksi sektor khusus lainnya.

Seiring dengan perkembangan kinerja keuangan dan ancang-ancang aksi korporasi ini, Sukarno Alatas dalam risetnya masih memberikan peringkat “neutral” untuk saham sektor konstruksi, termasuk ADHI. Meskipun demikian, ia menilai valuasi saham ADHI saat ini tergolong undervalued. Pada harga penutupan Rp250 per lembar, ADHI diperdagangkan dengan rasio price to earning (P/E) 12 bulan sebesar 8,53 kali, lebih rendah dibandingkan rata-rata industri 9,14 kali. Selain itu, rasio price to book value (PBV) saham ADHI berada di 0,23 kali, signifikan di bawah rata-rata 0,64 kali.

Berdasarkan analisis tersebut, Kiwoom Sekuritas Indonesia menetapkan target harga ADHI pada level Rp300 per lembar. Perdagangan akhir pekan ini, Jumat (25/7/2025), menunjukkan harga saham ADHI ditutup melemah tipis 0,79% ke level Rp250. Namun, sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd) 2025, saham ADHI telah menunjukkan kenaikan impresif sebesar 17,92% sejak perdagangan perdana.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. RAGAMHARIAN.COM tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Berita Terkait

USD 30 Juta Mengalir ke Petro Oxo Nusantara, Ini Jurus Indonesia Eximbank!
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Pekan Ini: Peluang atau Ancaman?
Visionary Capital Akuisisi TGUK: Saham Melonjak, Pengendali Baru!
Pegadaian Favorit Masyarakat: Efek Bullion? Kata OJK!
Garuda Indonesia Beli 50 Boeing 777: Sumber Dana Terungkap?
Fabrizio Romano Raup Rp6,8M/Bulan dari Medsos: Rahasia Suksesnya
4 Raksasa Bisnis Siap IPO di BEI, Ikuti Jejak Ratu & CDIA!
BPS: Kemiskinan Indonesia 2025 Terendah 20 Tahun, Ini Rahasianya!

Berita Terkait

Minggu, 27 Juli 2025 - 00:27 WIB

USD 30 Juta Mengalir ke Petro Oxo Nusantara, Ini Jurus Indonesia Eximbank!

Sabtu, 26 Juli 2025 - 23:37 WIB

IHSG Cetak Rekor Tertinggi Pekan Ini: Peluang atau Ancaman?

Sabtu, 26 Juli 2025 - 21:32 WIB

ADHI: Merger Selamatkan Saham Adhi Karya dari Laba Jeblok?

Sabtu, 26 Juli 2025 - 18:16 WIB

Visionary Capital Akuisisi TGUK: Saham Melonjak, Pengendali Baru!

Sabtu, 26 Juli 2025 - 17:48 WIB

Pegadaian Favorit Masyarakat: Efek Bullion? Kata OJK!

Berita Terbaru

Sports

Transfer Panas Liverpool: Jual Diaz, Arne Slot Bidik Isak!

Minggu, 27 Jul 2025 - 04:04 WIB