AI Baru Bikinan Google Bisa Baca dan Pahami Tulisan Kuno

Avatar photo

- Penulis Berita

Jumat, 25 Juli 2025 - 08:40 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamharian.com – Google melalui divisi kecerdasan buatannya, DeepMind, memperkenalkan Aeneas baru-baru ini.

Aeneas merupakan sebuah model AI canggih yang dirancang untuk membaca, memahami, dan memberi konteks pada tulisan kuno, khususnya prasasti berbahasa Latin dari era Romawi.

Teknologi ini diklaim bisa mempercepat dan mempermudah kerja para sejarawan dalam meneliti teks-teks berusia ribuan tahun yang sering ditemukan dalam kondisi rusak atau tidak lengkap.

Aeneas dikembangkan oleh tim peneliti gabungan dari Google DeepMind dan University of Nottingham, bekerja sama dengan para ahli dari Universitas Oxford, Warwick, dan Athens University of Economics and Business. Riset ini juga telah dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature.

Baca juga: Berkat AI, Tulisan Kuno Berusia 5.000 Tahun Bisa Diterjemahkan

Nama Aeneas sendiri diambil dari tokoh pahlawan dalam mitologi Romawi, yaitu Aeneas. Cara bacanya adalah uh·nee·uhs atau eni-yas (bukan “ai-nias” seperti yang mungkin dibayangkan dari ejaannya).

Aeneas merupakan seorang pejuang Troya, putra dewi cinta Aphrodite (atau Venus) dan manusia Anchises.

Kisah Aeneas diceritakan dalam puisi epik Aeneid karya Virgil Eyang ditulis pada abad ke-1 SM. Puisi ini menceritakan kisah pahlawan Troya, Aeneas, dan perjalanannya ke Italia, tempat ia kelak menjadi leluhur bangsa Romawi.

Pemilihan nama ini kemungkinan mencerminkan misi AI tersebut untuk “menjembatani masa lalu”, sebagaimana Aeneas dalam mitologi menjadi penghubung antara Troya dan cikal bakal Roma.

Bantu pahami teks Latin

Salah satu tantangan terbesar dalam dunia arkeologi dan sejarah adalah membaca prasasti kuno yang ditemukan dalam keadaan tidak utuh bahkan rusak. Banyak teks yang sudah aus, terhapus oleh waktu, atau hanya tersisa sebagian.

Biasanya, para peneliti akan mencari “paralel”, yaitu teks lain yang memiliki kemiripan kata, struktur kalimat, atau asal geografis, untuk membantu menafsirkan arti dari teks yang tidak utuh.

Proses ini sangat kompleks dan memakan waktu. Aeneas pun hadir untuk mempercepat proses ini.

Baca juga: Google Ungkap Pencapaian Besar AI Gemini di Bidang Matematika

AI ini mampu membaca ribuan prasasti Latin dan langsung menemukan keterkaitan antara satu teks dengan teks lainnya.

Aeneas bekerja dengan cara mengubah setiap teks menjadi semacam “sidik jari sejarah”, yang kemudian dicocokkan dengan ribuan teks lain dalam basis data.

Hal ini memungkinkan model mengenali pola, frasa umum, nama tokoh, atau struktur kalimat yang sama, lalu menggunakannya untuk menebak isi bagian teks yang hilang.

Untuk mengembangkan Aeneas, tim peneliti dari Google DeepMind dan University of Nottingham menyusun sebuah dataset besar bernama Latin Epigraphic Dataset (LED). Dataset ini memuat lebih dari 176.000 inskripsi berbahasa Latin yang dikumpulkan dari berbagai penjuru bekas Kekaisaran Romawi.

Data ini lalu dibersihkan dan disusun ulang agar bisa dibaca oleh sistem AI. Dari sini, Aeneas dilatih untuk mengenali pola-pola sejarah, mulai dari frasa, nama orang, gaya bahasa, hingga lokasi asal prasasti.

Dengan pelatihan ini, Aeneas disebut bisa membaca dan membandingkan prasasi yang rusak dengan mencari kesamaan yang relevan, dan memberi saran interpretasi kepada sejarawan berdasarkan kemiripan kata atau konteks.

Punya kemampuan multi-modal

Salah satu kemampuan Aeneas yang paling canggih adalah kemampuannya memproses multimodal input, yaitu kombinasi teks dan gambar.

Ini diklaim menjadikannya model AI pertama yang bisa memperkirakan asal geografis sebuah teks dengan menggabungkan informasi dari tulisan dan bentuk visual ukiran.

Fitur unggulannya adalah kemampuannya untuk mengisi bagian teks yang hilang dengan panjang yang tidak diketahui.

Baca juga: Mengenal Google Deepmind yang Fokus Mengembangkan AI

Ini seperti mengisi teka-teki silang tanpa tahu berapa jumlah kotaknya, sesuatu yang selama ini menjadi tantangan besar bagi para ahli epigrafi (ilmu yang mempelajari dan menafsirkan tulisan-tulisan kuno yang terdapat pada prasasti, batu nisan, atau benda-benda bersejarah lainnya).

Saat ini, model AI Aeneas difokuskan untuk prasasti berbahasa Latin. Namun Aeneas juga dirancang agar bisa diadaptasi untuk bahasa dan media kuno lainnya, seperti teks Yunani, papirus Mesir, bahkan tulisan pada koin.

Teknologi ini juga sudah mulai diintegrasikan ke dalam model AI milik DeepMind lainnya, yaitu Ithaca, yang khusus menganalisis teks Yunani kuno.

Meski diklaim canggih, Google DeepMind menekankan bahwa Aeneas bukan dibuat untuk menggantikan sejarawan, melainkan sebagai “rekan kolaboratif” yang mempercepat proses penelitian.

Model ini memberi saran yang bisa ditelaah lebih lanjut oleh para ahli, sehingga interpretasi akhir tetap berada di tangan manusia.

Profesor Dame Mary Beard, sejarawan klasik ternama dari University of Cambridge, menyebut Aeneas sebagai terobosan besar dalam dunia studi epigrafi.

“Sebelumnya, bidang ini bergantung pada ingatan dan intuisi individu. Aeneas membuka kemungkinan baru yang luar biasa dan telah diuji oleh para ahli terbaik di bidang ini,” kata Profesor Beard, sebagaimana dikutip dari laman resmi Universitas Nottingham.

Dengan kemampuan menghubungkan potongan-potongan sejarah seperti menyusun puzzle, Aeneas memberi harapan baru untuk menggali lebih dalam warisan peradaban kuno, dan mungkin, membuka lembaran sejarah yang selama ini belum pernah terbaca.

Model Aeneas kini tersedia secara open-source dan bisa diakses oleh publik lewat situs DeepMind dalam proyek bertajuk Predicting the Past.

Google juga membagikan kode sumber dan dataset-nya, sehingga komunitas akademik bisa terus mengembangkan dan memanfaatkan teknologi ini secara luas, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Engadget, Jumat (25/7/2025).

Berita Terkait

Ampuh! Cara Mudah Hilangkan Iklan Mengganggu di HP Realme
Trump Jadikan AI Landasan Inovasi AS, Ini 4 Kebijakan Utamanya
Standar Qi2 25W Diumumkan, Pengisian Wireless di HP 70 Persen Lebih Cepat
Apple Siapkan iPad Pro Terbaru dengan Kamera Depan Ganda dan Chip M5
ASUS Vivobook S14 S3407QA OLED: Laptop Baru, Visual Memukau!
iPhone 14 Pro Max Bekas: Masih Worth It Dibeli di 2024?
Asus Vivobook S14 OLED Snapdragon X: Harga & Spesifikasi di Indonesia!
Benarkah RAM Besar Bikin HP Lebih Kencang? Ini Penjelasannya

Berita Terkait

Jumat, 25 Juli 2025 - 21:09 WIB

Ampuh! Cara Mudah Hilangkan Iklan Mengganggu di HP Realme

Jumat, 25 Juli 2025 - 09:08 WIB

Trump Jadikan AI Landasan Inovasi AS, Ini 4 Kebijakan Utamanya

Jumat, 25 Juli 2025 - 08:40 WIB

AI Baru Bikinan Google Bisa Baca dan Pahami Tulisan Kuno

Jumat, 25 Juli 2025 - 07:37 WIB

Standar Qi2 25W Diumumkan, Pengisian Wireless di HP 70 Persen Lebih Cepat

Jumat, 25 Juli 2025 - 06:48 WIB

Apple Siapkan iPad Pro Terbaru dengan Kamera Depan Ganda dan Chip M5

Berita Terbaru

Sports

Erick Thohir Ungkap 3 Harapan Usai Timnas U-23 ke Final!

Sabtu, 26 Jul 2025 - 08:35 WIB

Uncategorized

Israel Adesanya: JDM Hancurkan Islam Makhachev! Peringatan Tim Khabib

Sabtu, 26 Jul 2025 - 08:00 WIB

Uncategorized

Adesanya Beri Peringatan Khabib: JDM Bisa Kalahkan Islam Makhachev!

Sabtu, 26 Jul 2025 - 07:53 WIB