Berikut adalah artikel berita yang telah ditingkatkan:
—
Indosat Ooredoo Hutchinson (ISAT) Genjot Ekspansi Bisnis AI dan Digital, Prospek Kinerja Cerah di 2025
JAKARTA – PT Indosat Tbk (ISAT), atau dikenal sebagai Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH), tengah bergerak agresif dengan sejumlah rencana ekspansi strategis untuk mendorong kinerja perusahaan sepanjang tahun ini. Fokus utama Indosat adalah memperkuat posisinya di ekosistem digital Indonesia, terutama melalui investasi besar di bidang kecerdasan buatan (AI).
Komitmen tersebut dibuktikan dengan peresmian Indonesia’s AI Center of Excellence pada Jumat (11/7) lalu, sebuah kolaborasi penting antara ISAT dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi), Cisco, dan Nvidia. Program inovatif ini dirancang khusus untuk membangun infrastruktur AI yang tangguh, sekaligus menjamin keamanan siber, dan yang tak kalah penting, melatih talenta-talenta baru di sektor AI yang sedang berkembang pesat.
Pusat keunggulan AI ini ditenagai oleh teknologi Nvidia terdepan, didukung oleh infrastruktur cerdas dari Cisco, dan terintegrasi dengan jaringan digital Indosat yang tersebar di seluruh Tanah Air. Indosat bahkan menjadi pionir di Asia Tenggara, menjadi yang pertama mengadopsi teknologi Nvidia GB200 NVL72—sebuah terobosan terbaru yang esensial untuk mendukung pengembangan *generative AI* dan komputasi performa tinggi (HPC) generasi mendatang.
“Dengan dukungan kuat dari para mitra global, kami bertekad mengakselerasi pertumbuhan Indonesia dengan memastikan bahwa masyarakat tidak hanya menjadi konsumen AI, tetapi juga kreator dan inovator utama di bidang ini,” ungkap Vikram Sinha, President Director & CEO ISAT, dalam konferensi pers pada 11 Juli.
Ekspansi Bisnis Meluas di Berbagai Sektor
Peluncuran AI Center of Excellence ini hanyalah salah satu dari serangkaian inisiatif ekspansi yang disiapkan ISAT. Dalam paparan publik sebelumnya pada Rabu (28/5), Danny Buldansyah, Direktur dan Chief Business Officer ISAT, menyatakan bahwa perusahaan akan memperluas aktivitas pemrograman berbasis AI.
Lebih dari itu, ISAT juga akan merambah sektor pertahanan dan keamanan serta jasa jual kembali layanan telekomunikasi. Perusahaan juga akan mengembangkan segmen usaha konsultasi dan desain berbasis *Internet of Things* (IoT), penyelenggara sistem pembayaran, layanan periklanan, hingga penelitian pasar. “Kami menambah kegiatan usaha karena kami memiliki kemampuan untuk menghadirkan layanan-layanan ini guna meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan,” jelas Danny.
Prospek Kinerja Indosat (ISAT) di Tahun 2025
Meskipun laju pertumbuhan mungkin lebih moderat dibandingkan tahun sebelumnya, Analis Panin Sekuritas, Aqil Triyadi, memproyeksikan kinerja ISAT tahun ini akan tetap positif dan bahkan lebih baik dibanding emiten telekomunikasi lainnya. “EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) ISAT kami perkirakan akan tumbuh di kisaran 6%-8% *Year-on-Year* (YoY) pada tahun 2025 ini,” ujar Aqil kepada Kontan pada 11 Juli.
Prediksi positif ini didasari oleh kinerja keuangan ISAT yang cukup solid pada kuartal I 2025. Laba bersih perusahaan tumbuh 1,26% YoY menjadi Rp 1,31 triliun dari Rp 1,29 triliun, didorong oleh efisiensi operasional yang ketat. Beban perusahaan juga berhasil ditekan, menurun 2,54% YoY menjadi Rp 10,78 triliun dari Rp 11,06 triliun pada kuartal I 2024. Meskipun pendapatan ISAT tercatat turun tipis 1,86% YoY menjadi Rp 13,57 triliun di kuartal I 2025, Aqil mencatat bahwa perseroan tetap konsisten pada strategi pertumbuhan rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) ke depan.
Kolaborasi terbaru dengan Nvidia dan Cisco diyakini Aqil akan menjadi katalis pendorong pertumbuhan jangka panjang. Teknologi AI, menurutnya, dapat memicu efisiensi yang lebih besar, sebagaimana tercermin dari kenaikan laba bersih perusahaan. Namun, ia mengingatkan investor untuk mencermati dinamika persaingan di industri telekomunikasi yang ketat serta potensi dampak dari daya beli masyarakat yang masih lemah.
Senada dengan Aqil, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, juga menyarankan pemantauan terhadap isu merger atau akuisisi lain di sektor ini, serta perubahan regulasi terkait tarif. Meski demikian, Sukarno melihat kinerja ISAT saat ini cukup solid di tengah sengitnya kompetisi industri.
“Prospek jangka menengah Indosat masih sangat menarik, terutama dari monetisasi data, sinergi pasca-merger, dan potensi besar dari ekspansi bisnis barunya,” terang Sukarno. Dari sisi valuasi, saham ISAT dinilai relatif *undervalued*, dengan rasio *Price to Book Value* (PBV) dan *Price to Earnings Ratio* (PER) yang berada di bawah rata-rata sektoral.
Ke depan, Sukarno mewanti investor untuk mencermati laporan keuangan kuartalan ISAT, sekaligus memantau perkembangan proyek 5G dan realisasi belanja modal perusahaan. Pada perdagangan Jumat (11/7), saham ISAT bergerak stagnan di level Rp 2.100 per saham, dan menunjukkan hal serupa dalam sebulan terakhir. Namun, sejak awal tahun, saham ISAT telah terkoreksi 15,32%.
Menyikapi prospek ini, Aqil Triyadi merekomendasikan *hold* saham ISAT untuk investor jangka menengah dan panjang dengan target harga Rp 2.300. Sementara itu, Sukarno Alatas merekomendasikan akumulasi untuk jangka panjang, dengan target harga yang lebih ambisius, yakni Rp 2.700 per saham.
—