Bocah 7 Tahun Dianiaya di Pasar Kebayoran Lama, Jejak Orang Tua Misterius di Database Kereta Nasional
Seorang bocah perempuan berusia 7 tahun ditemukan dalam kondisi memilukan, penuh luka dan lemas, di lorong Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Rabu (11/6). Penemuan tragis ini menguatkan dugaan bahwa anak tersebut telah menjadi korban penganiayaan berat oleh orang tuanya sendiri.
Korban menceritakan bahwa ia berangkat dari Stasiun Pasar Turi Surabaya bersama ayahnya pada Senin (9/6) menggunakan kereta api. Setelah tiba di Jakarta, bocah malang itu justru ditinggalkan di Pasar Kebayoran Lama. Tanpa sanak saudara dan tempat berteduh, ia terpaksa tidur di lantai beralaskan kardus hingga akhirnya dievakuasi oleh petugas yang menemukannya. Kondisinya yang lemah dan luka-luka di tubuhnya memicu keprihatinan mendalam.
Menanggapi informasi krusial dari pengakuan korban, kumparan melakukan penelusuran langsung ke Stasiun Pasar Turi Surabaya pada Rabu (11/6), hari yang sama dengan penemuan bocah tersebut. Di sana, tim berhasil menemui salah satu petugas stasiun yang membenarkan adanya permintaan dari pihak kepolisian, khususnya Daop 8 Surabaya, untuk melakukan pengecekan database penumpang.
Ironisnya, hasil penelusuran database tiket kereta api selama tiga bulan terakhir tidak menemukan data perjalanan atas nama bocah perempuan itu maupun ayahnya. “Sudah dilacak ini. Selama 3 bulan (terakhir) enggak ada yang naik,” jelas petugas tersebut, seraya menyebutkan nama ayah yang diduga terlibat, “Bapaknya juga enggak ada yang naik. Namanya Yusuf Arjuno, bapaknya yang nyiram air panas itu.”
Petugas memastikan bahwa database yang diperiksa mencakup seluruh stasiun di Indonesia dan terhubung secara daring. Artinya, data perjalanan penumpang dari mana pun seharusnya akan terekam. “Enggak, bapaknya pun enggak naik. Berarti enggak di stasiun. Semua database itu semua di seluruh stasiun itu. Bukan hanya di Pasar Turi, semua. Database itu semua, kan *online*,” tegasnya, menepis kemungkinan adanya kesalahan cakupan data.
Meskipun demikian, petugas tersebut tidak memiliki informasi lebih lanjut mengenai asal-usul korban maupun orang tuanya dari Surabaya. “Kalau dari Surabaya kita enggak tahu. Makanya kita enggak berani ngomong. Cuma yang diketahui cuma namanya itu Bapak sama anaknya,” ungkapnya. Data identitas lengkap seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK) juga tidak ditemukan, semakin menyulitkan upaya pelacakan.
Hingga saat ini, pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap misteri di balik kasus penganiayaan anak ini dan melacak keberadaan orang tua korban. Sementara itu, bocah perempuan yang menjadi korban penganiayaan tersebut masih menjalani perawatan intensif di RSUD Kebayoran Lama, berjuang memulihkan diri dari trauma fisik dan psikis yang dialaminya.