RAGAMHARIAN.COM – Kabupaten Bandung berhasil mencatat kemajuan signifikan dalam penanganan masalah stunting.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 dari Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di wilayah ini menurun dari 29,2 persen pada 2023 menjadi 24,1 persen pada 2024. Penurunan sebesar 5,1 persen ini menjadi salah satu capaian terbaik secara nasional.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Yuli Irnawaty Mosjasari, menyatakan bahwa pencapaian ini adalah hasil nyata dari upaya kolaboratif lintas sektor.
“Kalau dilihat dari jumlah penduduk khususnya penderita stunting di Kabupaten Bandung, secara absolut penurunan angka stunting hingga 5,1 persen ini sangat signifikan,” ujar Yuli dalam keterangannya di Soreang, Selasa (27/5/2025).
Menurutnya, kolaborasi pentahelix—yang mencakup peran aktif pemerintah, kalangan akademisi, pelaku usaha, komunitas masyarakat, serta media menjadi fondasi keberhasilan ini. Setiap elemen tersebut mengambil bagian penting dalam perencanaan dan implementasi program pencegahan dan penanganan stunting.
“Penurunan signifikan ini tidak lepas dari kolaborasi berbagai pihak melalui pendekatan pentahelix. Semua pihak ikut andil, mulai dari OPD, lembaga pendidikan, pelaku usaha, komunitas masyarakat, hingga media yang berperan menyebarluaskan edukasi,” lanjut Yuli.
Upaya yang dilakukan Pemkab Bandung di antaranya adalah penguatan gizi bagi ibu hamil, bayi di bawah dua tahun, dan balita melalui berbagai intervensi seperti edukasi ASI eksklusif, pendampingan gizi, hingga pemberian makanan tambahan (PMT). Pendampingan ini turut dikawal langsung oleh Tim Penggerak PKK, yang juga aktif di Posyandu.
“Program-program ini dijalankan sesuai arahan Bapak Bupati serta pembinaan berkelanjutan dari Ibu Ketua Tim Penggerak PKK yang terjun langsung ke Posyandu,” tambahnya.
Selain program dasar, Pemerintah Kabupaten Bandung juga mengembangkan pendekatan inovatif melalui program Gempur Pesat (Gerakan Bersama Penurunan Stunting Terintegrasi Berbasis Geospasial). Program ini memungkinkan intervensi yang lebih akurat dengan pemetaan wilayah secara rinci, mencakup 280 desa di 31 kecamatan.
“Dengan pendekatan geospasial, kami dapat menyisir 280 desa di 31 kecamatan secara lebih terarah dan efektif,” terang Yuli.
Kepala DP2KBP3A Kabupaten Bandung, Muhammad Hairun, menilai bahwa penurunan ini bukan hanya berdampak lokal, tapi juga menjadi kontribusi penting bagi perbaikan angka stunting secara provinsi.
“Penurunan ini sangat berarti. Bahkan ketika di beberapa kota/kabupaten lain angka stunting meningkat, Kabupaten Bandung justru menjadi kontributor positif bagi penurunan angka stunting di Jawa Barat,” jelas Hairun.
Sebagai informasi tambahan, angka stunting nasional pada 2024 juga mengalami penurunan dari 21,5 persen menjadi 19,8 persen. Angka ini menjadi indikator bahwa upaya kolektif di berbagai daerah mulai menunjukkan hasil positif.
Kabupaten Bandung kini menatap masa depan dengan optimisme. Melalui strategi yang berbasis data, partisipatif, dan terintegrasi, cita-cita menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan unggul tampaknya bukan lagi sekadar impian.