ANTM dan PTBA Bagi Dividen Jumbo: Peluang Menggiurkan atau Jebakan Batubara?
Dua emiten tambang BUMN, Aneka Tambang (ANTM) dan Bukit Asam (PTBA), baru saja menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan mengumumkan kabar gembira bagi para pemegang saham: dividen besar! ANTM membagikan dividen tunai Rp 3,6 triliun atau Rp 151,77 per saham, dengan *payout ratio* (DPR) 100%, sama seperti tahun lalu. Sementara PTBA membagikan dividen Rp 3,8 triliun, setara Rp 332 per saham, dengan DPR 75%, juga serupa dengan tahun sebelumnya.
Kabar ini tentu menarik perhatian investor, terlebih melihat potensi *yield* yang menggiurkan. Dengan harga penutupan saham ANTM di Rp 3.170 per saham pada 12 Juni 2024, potensi *dividen yield* mencapai 4,79%. Sedangkan PTBA, dengan harga penutupan Rp 2.980 per saham, menawarkan *dividen yield* yang lebih tinggi, yakni 11,14%. Muhammad Wafi dari Korea Investment Sekuritas Indonesia (KISI) menilai *dividen yield* kedua emiten ini cukup menarik bagi investor yang mengincar saham dividen.
Namun, di balik potensi keuntungan ini, risiko perlu dipertimbangkan. Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, mengingatkan potensi “jebakan dividen”. Saham-saham pertambangan sering mengalami koreksi tajam pasca-*ex-date* dividen, bahkan koreksinya bisa lebih besar dari nilai dividen itu sendiri akibat aksi *profit taking*. Oleh karena itu, potensi kerugian modal jangka pendek harus dipertimbangkan dengan matang.
Analisis fundamental menunjukkan gambaran yang berbeda untuk kedua emiten. ANTM diuntungkan oleh lonjakan harga emas global lebih dari 40% dalam setahun terakhir. Jika harga emas bertahan di US$ 3.500 per ons troi, pendapatan ANTM diproyeksikan naik hingga Rp 75 triliun pada 2025, dengan potensi laba bersih Rp 3 triliun hingga Rp 5 triliun. Wafi pun merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 4.000 per saham.
Sebaliknya, PTBA menghadapi tantangan. Harga batubara turun 21% *year on year* (yoy), permintaan global melambat karena transisi energi, dan isu kelebihan pasokan batubara masih menghantui. RUU Minerba dan RUPTL 2025-2034 yang berorientasi energi terbarukan juga menjadi tantangan. Meskipun *outlook* PTBA dinilai stabil, potensi kenaikan harga sahamnya terbatas. Walau demikian, Wafi merekomendasikan beli saham PTBA dengan target harga Rp 3.500 per saham.
Kesimpulannya, dividen besar dari ANTM dan PTBA memang menggoda, tetapi investor perlu mencermati risiko yang ada, terutama potensi koreksi harga pasca-*ex-date* dividen dan fundamental masing-masing perusahaan. Analisis yang mendalam dan pertimbangan risiko yang matang menjadi kunci dalam mengambil keputusan investasi.