AS Bombardir Nuklir Iran: Skenario Terburuk & Dampaknya

Avatar photo

- Penulis Berita

Senin, 23 Juni 2025 - 07:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamharian.com, Jakarta – Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat telah melancarkan serangan terkoordinasi terhadap fasilitas nuklir Iran pada Ahad pagi, 22 Juni 2025. Operasi ini menargetkan tiga situs vital di Fordow, Natanz, dan Isfahan, dijalankan di bawah koordinasi ketat Komando Pusat Angkatan Bersenjata Amerika (Centcom).

Operasi militer yang diberi nama “Operasi Godam Tengah Malam” atau Operation Midnight Hammer ini melibatkan kekuatan tempur canggih Amerika. Misi pengeboman fasilitas nuklir Iran tersebut mencakup pengerahan tujuh pesawat pengebom siluman B-2 Spirit dan lebih dari 30 rudal serang Tomahawk yang diluncurkan dari kapal selam bertenaga nuklir berpeluru kendali kelas Ohio. Presiden Amerika Donald Trump, dalam pidatonya di Gedung Putih pada Sabtu malam, 21 Juni 2025, menyatakan bahwa “fasilitas pengayaan nuklir utama Iran telah hancur total.”

Menurut USNI News, media Institut Angkatan Laut Amerika Serikat, paket serangan utama yang terdiri dari tujuh pesawat pengebom B-2 memulai perjalanan pulang-pergi selama lebih dari sehari dari Pangkalan Udara Whiteman di Missouri, Amerika Serikat, pada Jumat tengah malam, 20 Juni 2025, hingga Sabtu pagi, 21 Juni 2025 waktu Amerika. Pesawat-pesawat itu membutuhkan waktu setidaknya 18 jam untuk terbang dari Missouri ke Teheran, kemudian menjatuhkan 14 bom GBU-57/B Massive Ordnance Penetrators ke fasilitas pengayaan nuklir di Natanz dan Fordo pada Minggu pagi pukul 2.10 waktu Iran.

Bom GBU-57/B, yang memiliki berat 30 ton dan panjang 6 meter, dirancang khusus untuk menghancurkan bunker secara tepat. Bom yang dikembangkan oleh Boeing untuk Angkatan Udara Amerika ini memiliki kemampuan menembus beton setebal 30 meter dan dianggap sebagai satu-satunya senjata dalam gudang senjata Amerika atau Israel yang mampu menghancurkan fasilitas pengayaan uranium bawah tanah Iran. Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Angkatan Udara Dan Caine dalam konferensi pers di Pentagon pada Ahad, 22 Juni 2025, mengungkapkan bahwa “pasukan Amerika menggunakan total sekitar 75 senjata berpemandu presisi selama operasi ini.”

Caine menambahkan bahwa kerusakan akibat serangan tersebut sangat signifikan. “Penilaian awal kerusakan akibat pertempuran menunjukkan bahwa ketiga lokasi mengalami kerusakan dan kehancuran yang sangat parah,” ujarnya, meskipun memastikan tingkat kerusakan akhir akan memakan waktu. Misi ini dicatat sebagai serangan B-2 terbesar dalam sejarah Amerika dan misi B-2 terlama kedua yang pernah diterbangkan, hanya dilampaui oleh serangan-serangan setelah peristiwa 11 September.

Jauh sebelum serangan dimulai, Komandan Centcom Michael Kurilla telah meningkatkan perlindungan pasukan di seluruh wilayah, terutama di Irak, Suriah, dan Teluk. Langkah ini memastikan kesiapan penuh pasukan Amerika untuk menanggapi setiap serangan balasan Iran atau serangan proksi, yang ditegaskan Caine sebagai “pilihan yang sangat buruk.” Misi awal ini juga melibatkan sejumlah pesawat umpan yang terbang ke arah barat di atas Samudra Pasifik sebagai “upaya penipuan yang hanya diketahui oleh sejumlah kecil perencana dan pemimpin utama di Washington dan (Kantor Pusat Centcom).”

Amerika juga mengirim kelompok B-2 terpisah ke barat dalam misi umpan yang terbang dari Whiteman di atas Pasifik. Secara keseluruhan, lebih dari 125 pesawat menjadi bagian dari misi tersebut, termasuk pesawat intelijen, pengawasan, dan pengintaian, serta pesawat pengisian bahan bakar. Kelompok tujuh pesawat B-2 yang melancarkan serangan utama terbang melintasi Atlantik, melewati Laut Mediterania, dan menuju Timur Tengah. Mereka didukung oleh armada pengisi bahan bakar udara KC-135 dan KC-46A Pegasus yang telah diposisikan untuk mendukung perjalanan pulang-pergi jarak jauh.

Beberapa pesawat tempur Amerika generasi keempat dan kelima kemudian bergabung dengan pesawat pengebom sebelum B-2 mendekati dua fasilitas pengayaan nuklir di Natanz dan Fordo. “Pesawat generasi keempat dan kelima itu bergerak maju di depan paket serangan pada ketinggian dan kecepatan tinggi. Mereka menyapu di depan paket tersebut untuk mencari pesawat tempur musuh dan ancaman rudal permukaan-ke-udara,” jelas Caine. Iran tidak dapat berbuat banyak ketika pesawat pembom tiba, sebab sistem pertahanan udara Negeri Mullah itu telah rusak berat akibat serangan udara Israel yang terus berlanjut sejak 13 Juni 2025.

Menurut Caine, sebuah kapal selam Amerika yang tidak disebutkan namanya meluncurkan lebih dari dua lusin rudal Tomahawk ke fasilitas nuklir di Isfahan setelah B-2 menjatuhkan bomnya. USNI News melaporkan bahwa USS Georgia, kapal selam bertenaga nuklir Amerika yang mengangkut lebih dari 150 BGM-109 Tomahawk Land Attack Missile (TLAM), memasuki wilayah tersebut pada September 2025. Caine menyatakan tidak ada serangan balasan yang terdeteksi terhadap paket serangan Amerika. “Kami tidak mengetahui adanya tembakan yang dilepaskan ke paket tersebut saat keluar. Jet tempur Iran tidak terbang dan tampaknya sistem rudal permukaan-ke-udara Iran tidak melihat kami,” ungkapnya.

Amerika Serikat telah menempatkan sejumlah armada tempurnya di sekitar Timur Tengah selama perang Iran-Israel. Pada Jumat, 20 Juni 2025, Kelompok Serang Kapal Induk Carl Vinson beroperasi di Laut Arab Utara bersama dengan Kelompok Serang Kapal Induk Nimitz yang dijadwalkan tiba pada akhir pekan itu. Amerika juga menempatkan USS Forrest Sherman dan USS Truxtun, dua kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, di Laut Merah. Selain itu, Angkatan Laut Amerika telah memposisikan lima kapal pertahanan rudal balistik di Laut Mediterania, yaitu USS Arleigh Burke, USS Thomas Hudner, USS The Sullivans, USS Paul Ignatius, dan USS Oscar Austin. Kelima kapal ini mampu mencegat rudal balistik yang menyasar Israel atau pangkalan Amerika di sekitar wilayah tersebut. Selain kehadiran Angkatan Laut, Amerika memiliki sekitar 40.000 tentara di Timur Tengah, tersebar di Irak, Kuwait, Bahrain, Yordania, Suriah, Qatar, dan wilayah lainnya.

Caine menyebut misi ini sebagai “misi yang rumit dan berisiko tinggi, yang dilaksanakan dengan keterampilan dan disiplin yang luar biasa oleh pasukan gabungan kita.” Menurutnya, misi ini menunjukkan “jangkauan, koordinasi, dan kemampuan militer Amerika yang tak tertandingi.” Ia juga setuju dengan penilaian Presiden Trump bahwa “tidak ada militer lain di dunia yang dapat melakukan ini.” Menteri Pertahanan Pete Hegseth menegaskan bahwa serangan ini hanya berfokus pada nuklir Iran. “Misi ini bukan, dan tidak pernah, ditujukan untuk pergantian rezim. Presiden mengesahkan operasi presisi ini untuk menetralkan ancaman terhadap kepentingan nasional kita yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran dan (mendukung) pertahanan diri kolektif pasukan kita dan sekutu kita, Israel,” kata dia dalam konferensi pers yang sama.

Menanggapi serangan itu, pejabat tinggi Iran mengecam keras tindakan Amerika dan menegaskan hak negara itu untuk membela diri. Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi menyebut operasi Amerika itu sebagai “pelanggaran yang keterlaluan, serius, dan belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional. “Pemerintahan yang suka berperang dan melanggar hukum di Washington bertanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi berbahaya dan implikasi yang luas dari tindakan agresinya,” kata Araghchi dalam konferensi pers di Istanbul, Turki, setelah serangan tersebut. Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga mengecam serangan Amerika dan menyebut Amerika berada di balik serangan Israel. “Agresi ini menunjukkan bahwa Amerika adalah faktor utama di balik tindakan permusuhan rezim Zionis terhadap Republik Islam Iran,” katanya, seperti dikutip kantor berita Iran IRNA.

Pilihan editor:
* Siapa Bakal Menang dalam Perang Iran-Israel
* Kisah Warga Indonesia di Tengah Perang Iran-Israel

Berita Terkait

Kaesang Pangarep: Kembali Incar Kursi Ketum PSI?
Asia-Pasifik Terbelah: Reaksi atas Serangan AS ke Iran
WNI Terancam di Timur Tengah? Prabowo Prioritaskan Keselamatan!
Nadiem Makarim Diperiksa Kejagung: Ada Apa dengan Pengadaan Laptop?
Retreat Kepala Daerah: Senam Pagi Heboh, Beberapa Pejabat Telat!
Evakuasi WNI Iran-Israel: Ini Langkah Cepat Pemerintah Selamatkan Ratusan Jiwa
Rupiah Terancam! BI Siap Jaga Stabilitas Akibat Konflik AS-Iran
Pidato Lengkap HUT Jakarta: Sindiran JIS & Janji Gubernur Pramono!

Berita Terkait

Senin, 23 Juni 2025 - 14:50 WIB

Kaesang Pangarep: Kembali Incar Kursi Ketum PSI?

Senin, 23 Juni 2025 - 14:40 WIB

Asia-Pasifik Terbelah: Reaksi atas Serangan AS ke Iran

Senin, 23 Juni 2025 - 13:06 WIB

WNI Terancam di Timur Tengah? Prabowo Prioritaskan Keselamatan!

Senin, 23 Juni 2025 - 11:45 WIB

Nadiem Makarim Diperiksa Kejagung: Ada Apa dengan Pengadaan Laptop?

Senin, 23 Juni 2025 - 10:57 WIB

Retreat Kepala Daerah: Senam Pagi Heboh, Beberapa Pejabat Telat!

Berita Terbaru

Entertainment

Hide & Seek: Drama Thailand Thriller Keluarga

Senin, 23 Jun 2025 - 15:15 WIB

Food And Drink

Rahasia Menyimpan Pisau Dapur Agar Tajam & Awet

Senin, 23 Jun 2025 - 14:55 WIB

Politics

Kaesang Pangarep: Kembali Incar Kursi Ketum PSI?

Senin, 23 Jun 2025 - 14:50 WIB

Entertainment

Stevan Pasaribu Rilis Mini Album Akustik: Lagu-Lagu Romantis Terbaru

Senin, 23 Jun 2025 - 14:45 WIB

Politics

Asia-Pasifik Terbelah: Reaksi atas Serangan AS ke Iran

Senin, 23 Jun 2025 - 14:40 WIB