AS Serang Iran: Harga Minyak, Emas, & Saham Bergejolak?

Avatar photo

- Penulis Berita

Senin, 23 Juni 2025 - 04:40 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dunia kini menahan napas setelah Amerika Serikat (AS) secara resmi mengumumkan keterlibatannya dalam serangan terhadap situs nuklir Iran. Langkah strategis ini, yang menyusul serangan serupa oleh Israel pada pertengahan Juni, segera memicu gelombang kekhawatiran di pasar global. Investor dan pengamat ekonomi kini mencermati potensi lonjakan tajam harga minyak, arus modal yang mencari perlindungan di aset aman, dan tekanan signifikan pada bursa saham di seluruh dunia, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia.

Pengumuman mengejutkan ini disampaikan langsung oleh Presiden AS Donald Trump melalui platform media sosialnya, Truth Social. Pernyataan tersebut sontak menempatkan komunitas investor dalam mode siaga, mempersiapkan diri untuk berbagai skenario dampak konflik geopolitik ini terhadap pergerakan pasar keuangan global saat aktivitas perdagangan kembali bergulir di awal pekan.

Harga Minyak Berpotensi Naik Tajam

Keterlibatan AS dalam konflik ini diproyeksikan akan langsung mengguncang sektor energi. Mark Spindel, Kepala Investasi Potomac River Capital, mengemukakan bahwa pasar akan segera diselimuti ketidakpastian akut, yang kemungkinan besar mendorong harga minyak mentah untuk dibuka pada level yang jauh lebih tinggi. “Saya pikir ketidakpastian akan menyelimuti pasar, karena sekarang warga Amerika di mana pun akan terekspos. Ini akan meningkatkan ketidakpastian dan volatilitas, terutama dalam minyak,” tegas Spindel, menyoroti risiko global yang meluas.

Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar. Harga minyak mentah Brent, yang merupakan patokan global, telah menunjukkan lonjakan signifikan sebesar 18 persen sejak 10 Juni, bahkan sempat mencapai puncak hampir lima bulan di level USD 79,04 per barel pada hari Kamis. Jack Ablin, Kepala Investasi Cresset Capital, turut menekankan bahwa eskalasi ini akan memberikan tekanan inflasi baru yang kompleks pada skala global. “Hal ini menambah lapisan risiko baru yang rumit yang harus kita pertimbangkan dan perhatikan. Hal ini pasti akan berdampak pada harga energi dan berpotensi pada inflasi juga,” jelas Ablin, menggarisbawahi dampak domino terhadap perekonomian.

Pasar Saham Terancam Tekanan, Termasuk IHSG

Dampak domino dari eskalasi konflik AS–Iran juga tidak terhindarkan dari bursa saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia, sebagai salah satu barometer ekonomi nasional, diproyeksikan akan merasakan tekanan signifikan. Felix Darmawan, Analis Panin Sekuritas, memperkirakan bahwa IHSG akan dibuka melemah pada Senin (23/6) mendatang, sejalan dengan peningkatan drastis ketidakpastian di pasar. “Secara umum, IHSG berpotensi melemah pada pembukaan perdagangan besok, karena pasar akan mencermati potensi lanjutan dari konflik tersebut, terutama dampaknya ke harga minyak, stabilitas kawasan, serta respons geopolitik negara-negara besar lainnya,” urai Felix.

Dalam analisisnya, Felix memprediksi level support IHSG berada di angka 7.150 dan 7.100, sementara level resistance diperkirakan antara 7.250 hingga 7.300. Namun, ia juga memberikan peringatan: jika konflik ini memanas lebih lanjut dan memicu eksodus dana asing dari pasar domestik, tekanan terhadap IHSG bisa jauh lebih dalam. Sebaliknya, “kalau pasar melihat konflik ini cepat mereda dan tidak mengganggu suplai energi global secara langsung, tekanan bisa sedikit terbatas,” imbuh Felix, memberikan sedikit harapan di tengah ketidakpastian.

Permintaan Dolar Naik, Rupiah Tertekan

Gejolak geopolitik ini juga secara langsung memicu lonjakan masif permintaan terhadap dolar AS, yang secara universal diakui sebagai aset aman atau safe haven. Yusuf Rendy Manilet, Ekonom CORE Indonesia, menjelaskan bahwa fenomena ini berpotensi memberikan tekanan signifikan pada nilai tukar rupiah. “Saat permintaan dolar naik dan investor menarik dana dari Indonesia, rupiah tertekan. Pelemahan ini bisa memperparah tekanan inflasi karena biaya impor ikut meningkat, terutama untuk barang-barang strategis seperti pangan dan energi,” terang Yusuf, menggambarkan lingkaran setan dampak ekonomi yang mungkin terjadi.

Situasi ini menempatkan Bank Indonesia (BI) dalam dilema kebijakan yang rumit. BI dihadapkan pada tantangan untuk menjaga stabilitas rupiah tanpa harus mengorbankan momentum pemulihan ekonomi yang sedang berjalan. Yusuf memprediksi, “Bank Indonesia kemungkinan akan menempuh kebijakan moneter yang lebih ketat untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan menahan laju inflasi, meski langkah itu juga bisa mengerem pertumbuhan ekonomi,” menunjukkan bahwa pilihan yang ada tidak mudah dan berisiko.

Investor Beralih ke Aset Aman: Emas dan Dolar

Di tengah badai ketidakpastian yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik ini, para investor secara alami akan mencari perlindungan. Aset lindung nilai seperti emas menjadi pilihan utama yang paling diburu. Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, secara optimis memperkirakan bahwa harga emas dunia akan mengalami lonjakan tajam yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Harga emas dunia itu akan melejit tinggi. Kembali ke USD 3.450 per troy ons bahkan bisa mencapai level USD 3.500,” proyeksi Ibrahim, mengindikasikan potensi rekor baru bagi komoditas berharga ini.

Meski demikian, Ibrahim juga memberikan perspektif mengenai nilai tukar rupiah. Ia menilai pelemahan rupiah yang terjadi tidak akan seburuk krisis saat pandemi global lalu, namun tetap akan signifikan apabila konflik ini berkembang lebih luas dan menjadi berkepanjangan.

Asia Rentan: Dampak ke Pertumbuhan Ekonomi Kawasan

Kawasan Asia, dengan ketergantungannya pada pasokan energi, dinilai sangat rentan terhadap gejolak yang diakibatkan oleh konflik ini. Rong Ren Goh, Manajer Portofolio Eastspring Investments Singapura, menegaskan bahwa eskalasi konflik yang sedang terjadi ini berpotensi serius menghambat prospek pertumbuhan ekonomi di seluruh kawasan. “Pengeboman AS terhadap fasilitas nuklir Iran menandai eskalasi signifikan dalam konflik Israel–Iran dan memperkenalkan fase baru risiko geopolitik,” ungkap Goh, menyoroti peningkatan drastis dalam lanskap risiko global.

Goh lebih lanjut menjelaskan bahwa “konflik yang berlarut-larut meningkatkan risiko gangguan pasokan, yang dapat memicu tekanan inflasi dan membebani ekspektasi pertumbuhan di seluruh kawasan.” Ini adalah peringatan serius bagi negara-negara di Asia. Ia juga memproyeksikan adanya arus modal keluar dari aset-aset berisiko di Asia, seiring dengan meningkatnya permintaan akan dolar AS sebagai mata uang cadangan global, yang menandakan perpindahan investasi ke tempat yang dianggap lebih aman.

Berita Terkait

33 Tewas! Konflik Thailand-Kamboja Memanas
Kamboja Berduka: 13 Warga Tewas dalam Serangan Thailand, Meningkat!
Profil Satria Arta Kumbara, Eks Marinir yang Menyesal Jadi Tentara Bayaran Rusia
Reaksi Dunia atas Serangan Israel ke Damaskus Suriah
Israel Serang Suriah: Yang Sejauh Ini Diketahui
Militer Suriah Tarik Pasukan dari Sweida
Serangan Terbaru Israel ke Suriah Target Pangkalan Militer Mazzeh
Israel Siapkan Serangan ke Suriah? Pasukan Gaza Dikerahkan!

Berita Terkait

Sabtu, 26 Juli 2025 - 15:07 WIB

33 Tewas! Konflik Thailand-Kamboja Memanas

Sabtu, 26 Juli 2025 - 10:41 WIB

Kamboja Berduka: 13 Warga Tewas dalam Serangan Thailand, Meningkat!

Selasa, 22 Juli 2025 - 12:04 WIB

Profil Satria Arta Kumbara, Eks Marinir yang Menyesal Jadi Tentara Bayaran Rusia

Kamis, 17 Juli 2025 - 13:25 WIB

Reaksi Dunia atas Serangan Israel ke Damaskus Suriah

Kamis, 17 Juli 2025 - 11:53 WIB

Israel Serang Suriah: Yang Sejauh Ini Diketahui

Berita Terbaru

Nonton Adik Ipar Memanjakanku Drama China

Hiburan

Nonton Adik Ipar Memanjakanku Drama China

Rabu, 3 Sep 2025 - 19:23 WIB

Hiburan

Seru Banget! Nonton Menaklukkan Suku Barbar Drama Cina

Selasa, 2 Sep 2025 - 08:39 WIB

Romantis! Saksikan Drama China Malam yang Lembut, Disini!

Hiburan

Romantis! Saksikan Drama China Malam yang Lembut, Disini!

Sabtu, 30 Agu 2025 - 15:16 WIB