Aset Safe Haven Diburu! Ketidakpastian Global Picu Lonjakan Permintaan

Avatar photo

- Penulis Berita

Minggu, 15 Juni 2025 - 06:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berikut adalah artikel berita yang telah ditingkatkan:

### Gelombang Geopolitik Memicu Lonjakan Aset Safe Haven: Emas dan Dolar AS Jadi Buruan di Tengah Ketegangan Israel-Iran

JAKARTA – Dunia investasi kembali bergejolak. Meningkatnya ketegangan geopolitik pasca-serangan Israel terhadap Iran secara signifikan memicu permintaan aset-aset *safe haven*, seperti emas dan dolar AS. Para investor, di tengah ketidakpastian global, kini mencari perlindungan di instrumen yang dianggap paling aman.

Menurut data *Trading Economics*, harga emas pada Jumat (13/6) melesat 1,36%, mencapai US$ 3.432 per ons troi. Angka ini bahkan menembus rekor tertingginya sebelumnya di US$ 3.431 per ons troi yang tercatat pada 5 Mei 2025. Tak hanya emas, aset *safe haven* lainnya, dolar AS, melalui indeks dolar (DXY), turut menguat 0,27% ke level 98,18, menegaskan tren ‘pelarian ke aset berkualitas’ (*flight to quality*) yang sedang berlangsung.

Aset Safe Haven: Pilihan Utama di Tengah Gejolak

Sutopo Widodo, Presiden Komisioner HFX International Berjangka, menjelaskan bahwa lonjakan ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran adalah pendorong utama di balik kinerja impresif aset-aset *safe haven* ini. Ia menekankan bahwa prospek aset-aset tersebut di masa depan akan sangat bergantung pada arah eskalasi konflik yang sedang berlangsung.

Lebih lanjut, Sutopo mengungkapkan kepada Kontan.co.id pada Sabtu (14/6) bahwa jika ketegangan terus memanas atau meluas, permintaan akan aset *safe haven* akan tetap tinggi. Sebaliknya, jika situasi mereda dan tidak ada eskalasi lebih lanjut, efek *safe haven* kemungkinan akan berkurang, dan pasar akan kembali memfokuskan perhatian pada fundamental ekonomi.

Beragam Katalis Pendorong Permintaan Safe Haven

Selain faktor geopolitik, sejumlah katalis lain juga turut mendongkrak kinerja aset *safe haven*. Ini mencakup kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global atau potensi resesi, kebijakan moneter bank sentral yang cenderung melonggar, pergerakan mata uang yang bergejolak, serta risiko sistemik yang mengancam stabilitas pasar keuangan. Berbagai faktor ini secara kolektif memicu fenomena ‘flight to quality’, di mana investor berbondong-bondong mencari perlindungan di aset yang dianggap lebih aman dan stabil.

Dolar AS: Benteng Pertahanan di Tengah Krisis Global

Meski dolar AS sempat menghadapi tekanan akibat ketidakpastian kebijakan domestik dan data ekonomi yang melunak, peningkatan tensi geopolitik justru mendorong prospeknya dalam jangka pendek hingga menengah. Status dolar AS sebagai mata uang cadangan global utama dan aset *safe haven* yang sangat likuid menjadikannya tujuan utama bagi modal yang mencari keamanan di tengah krisis.

Sutopo menambahkan, penguatan dolar AS ini bisa sangat signifikan, bahkan mampu mengesampingkan sementara tekanan dari fundamental ekonomi. Namun, jika ketegangan mereda, fokus pasar akan kembali beralih ke data ekonomi AS dan kebijakan domestik, yang pada gilirannya dapat kembali memengaruhi nilai tukar dolar.

Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian: Fokus pada Safe Haven

Mengingat kondisi geopolitik yang memanas saat ini, Sutopo menyarankan investor untuk mempertimbangkan peningkatan kepemilikan pada aset *safe haven*. Langkah ini penting sebagai bagian dari strategi mitigasi risiko dan diversifikasi portofolio. Emas tetap menjadi pilihan klasik yang teruji nilainya di tengah ketidakpastian. Selain itu, obligasi pemerintah negara maju, khususnya US Treasuries, juga dipandang sebagai aset yang sangat aman.

Dari sisi mata uang, dolar AS, Franc Swiss, dan Yen Jepang juga menjadi pilihan menarik yang dapat dipertimbangkan. Sutopo menutup dengan menekankan pentingnya untuk terus memantau perkembangan dan menyesuaikan strategi investasi sesuai dengan perubahan kondisi pasar yang dinamis.


Berita Terkait

Prediksi IHSG Akhir Tahun 2023: Tembus 7.609, Saham Ini Wajib Dicermati
Rupiah Diprediksi Melemah Pekan Depan: Sentimen Negatif Mendominasi
Sarinah & Jakarta E-Prix 2025: Kolaborasi Budaya & Teknologi
Emas Antam Cuan 33,93%! Harga Stabil 15 Juni 2025
BI Rate Turun, Tapi Bunga Kredit Bank Digital Kok Tetap Tinggi?
Haiyanto Rajai Saham ELSA: Investor Individu Terbesar Elnusa
Rekomendasi Saham Batubara: Pulih dari Krisis, Untung Besar?
Dividen DSNG Juni 2025: Investasi Saham Menguntungkan?

Berita Terkait

Minggu, 15 Juni 2025 - 21:29 WIB

Prediksi IHSG Akhir Tahun 2023: Tembus 7.609, Saham Ini Wajib Dicermati

Minggu, 15 Juni 2025 - 19:54 WIB

Rupiah Diprediksi Melemah Pekan Depan: Sentimen Negatif Mendominasi

Minggu, 15 Juni 2025 - 19:35 WIB

Sarinah & Jakarta E-Prix 2025: Kolaborasi Budaya & Teknologi

Minggu, 15 Juni 2025 - 19:30 WIB

Emas Antam Cuan 33,93%! Harga Stabil 15 Juni 2025

Minggu, 15 Juni 2025 - 19:09 WIB

BI Rate Turun, Tapi Bunga Kredit Bank Digital Kok Tetap Tinggi?

Berita Terbaru

Sports

PSG vs Atletico Madrid: Ramalan Skor, Head to Head & Line Up

Minggu, 15 Jun 2025 - 21:44 WIB

Home And Garden

Rahasia Kekayaan: 6 Simbol Feng Shui Penarik Rezeki

Minggu, 15 Jun 2025 - 21:10 WIB

Sports

Chivu Semprot Pemain Inter Usai Tragedi 0-5 Lawan PSG

Minggu, 15 Jun 2025 - 21:05 WIB

War And Conflicts

Serangan Israel Tewaskan Atlet Iran: Taekwondo & Berkuda Berduka

Minggu, 15 Jun 2025 - 21:00 WIB