Kemendukbangga Hadirkan Gerakan Ayah Mengantar Anak untuk Atasi Fenomena Fatherless di Indonesia
Fenomena *fatherless* atau hilangnya peran ayah dalam pengasuhan dan tumbuh kembang anak menjadi sorotan serius di Indonesia. Dengan angka yang cukup mengkhawatirkan, di mana 20,9 persen remaja dikategorikan kehilangan sosok ayah, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN mengambil langkah konkret melalui “Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah”. Gerakan ini digagas dengan harapan besar untuk mengurangi dampak negatif dari kondisi tersebut.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, Wihaji, menegaskan vitalnya kehadiran orang tua, khususnya ayah, dalam membentuk karakter anak. “Harapannya, mengurangi *fatherless* itu, bahwa kehadiran orang tua khususnya ayah dalam teori *leadership* itu penting, karena dapat membentuk karakter anak,” ujar Wihaji pada Senin (14/7/2025), sebagaimana dikutip dari *RAGAMHARIAN.COM*.
Gerakan ini secara resmi dimulai bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2025/2026 pada tanggal 14 Juli. Sebagai bentuk dukungan, Kemendukbangga telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2025 yang berisi imbauan untuk mengikuti program ini, terutama bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN). Wihaji sendiri turut meninjau langsung pelaksanaan gerakan ini di SMAN 9 Jakarta Timur.
Bagi ASN yang berpartisipasi dalam gerakan ini, Kemendukbangga menetapkan panduan khusus: setelah mengantar anak ke sekolah, mereka diwajibkan untuk kembali ke kantor maksimal pukul 12.00 WIB dan segera melapor kepada atasan masing-masing.
Mengungkap Akar Masalah Fenomena Fatherless di Indonesia
Wihaji juga membeberkan beberapa penyebab utama tingginya kondisi *fatherless* di Indonesia. Salah satu faktor adalah anggapan keliru orang tua bahwa anak remaja sudah cukup mandiri, sehingga perhatian terhadap mereka berkurang. Padahal, pada usia tersebut, dukungan emosional dari sosok ayah masih sangat dibutuhkan untuk perkembangan psikologis mereka.
Selain itu, kesibukan orang tua yang terlampau tinggi dengan pekerjaan seringkali menjadi penghalang komunikasi efektif di rumah. Akibatnya, interaksi antara anak dan orang tua menjadi terabaikan. Kondisi ini diperparah dengan kebiasaan anak-anak yang kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai, mengurangi kesempatan untuk berbicara dan membangun ikatan emosional dengan orang tua mereka.
Melalui “Gerakan Ayah Mengantar Anak”, Kemendukbangga berharap dapat membangkitkan kesadaran akan vitalnya peran ayah dalam setiap tahapan tumbuh kembang anak, sekaligus menjadi langkah awal dalam membangun keluarga yang lebih harmonis dan berkualitas di Indonesia.