Ayam Broiler Naik! Peluang Emiten Poultry di Semester II-2025?

Avatar photo

- Penulis Berita

Minggu, 6 Juli 2025 - 16:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Prospek Cerah Sektor Poultry: Laba Emiten Pakan Ternak Diperkirakan Membaik di Semester II 2025

JAKARTA, Ragamharian.com – Emiten di sektor pakan ternak dan unggas, atau yang dikenal sebagai sektor *poultry*, diproyeksikan akan menunjukkan perbaikan signifikan dalam kinerja laba pada paruh kedua tahun 2025. Optimisme ini didorong oleh serangkaian faktor kunci, termasuk kenaikan harga ayam broiler (atau *live bird*/LB), berkurangnya dampak impor *grandparent stock* (GPS) yang terjadi pada tahun 2024, serta peningkatan belanja pemerintah yang signifikan.

Ekky Topan, seorang Investment Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, menegaskan bahwa prospek sektor *poultry* di semester kedua tahun depan memang lebih menjanjikan dibanding semester pertama. “Mulai Mei hingga Juni 2025, kami melihat adanya pemulihan bertahap pada harga ayam broiler dan DOC (*day old chick*),” ungkap Ekky pada Jumat (4/7). Pemulihan harga ini juga ditopang oleh berbagai intervensi pemerintah, seperti program pemusnahan telur tetas, DOC, dan indukan, penetapan harga dasar ayam hidup, hingga skema penyerapan unggas mati melalui cadangan pangan nasional.

Salah satu pendorong utama prospek positif ini adalah perluasan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah. Program ini diharapkan mampu mendongkrak permintaan ayam, khususnya dari kalangan pelajar dan masyarakat luas. Pemerintah menargetkan penerima MBG mencapai 20 juta orang pada Agustus 2025 dan bertumbuh menjadi 82,9 juta orang hingga akhir tahun. Ini diharapkan dapat menciptakan stabilitas permintaan unggas yang berkelanjutan sepanjang semester kedua.

Namun, Ekky tidak menampik tantangan yang masih membayangi sektor ini. Daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya serta fluktuasi harga ayam hidup yang kerap berada di bawah titik impas, tetap menjadi perhatian utama. Ia menambahkan bahwa permintaan struktural masih belum pulih secara organik, sementara kondisi pasar saat ini cenderung mengalami kelebihan pasokan.

Menyoroti dinamika harga, Analis BRI Danareksa Sekuritas, Wilastita Muthia Sofi, mencatat bahwa harga rata-rata ayam broiler pada Juni 2025 mencapai Rp 17.800 per kilogram, mengalami kenaikan 6% secara bulanan (*month-on-month*/mom), meskipun masih tercatat turun 7% secara tahunan (*year-on-year*/yoy). Untuk kuartal II-2025, harga rata-rata tercatat Rp 16.800 per kilogram, atau turun 15% secara kuartalan (*quarter-on-quarter*/qoq) dan 19% yoy. Wilastita optimis bahwa perbaikan laba pada semester II-2025 akan disokong oleh harga ayam broiler yang lebih stabil, berkurangnya dampak impor GPS, peningkatan belanja pemerintah, serta implementasi program MBG.

Selain itu, biaya pakan diperkirakan tetap menguntungkan bagi emiten *poultry* berkat program stabilisasi harga jagung lokal oleh pemerintah. Wilastita memproyeksikan harga jagung lokal pada 2025 berada di kisaran Rp 5.600 per kilogram, sementara harga bungkil kedelai (*soybean meal*/SBM) diperkirakan sebesar US$ 324 per ton, di tengah prospek ekonomi global yang cenderung melambat. Meskipun demikian, risiko terbesar yang dihadapi sektor ini mencakup pelemahan daya beli, gangguan pasokan bahan baku, serta potensi intervensi pemerintah.

Sementara itu, Abdul Azis Setyo Wibowo, Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengamati bahwa kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) saat ini ditopang oleh penurunan harga jagung dan volume penjualan yang stabil. Namun, pertumbuhan pendapatan (*top line*) masih terbatas akibat daya beli masyarakat yang lemah. Potensi peningkatan kuota impor juga menjadi ancaman serius karena bisa memperparah kondisi kelebihan pasokan. Abdul memprediksi kinerja pada kuartal II dan III 2025 cenderung melemah karena normalisasi daya beli serta minimnya momen perayaan yang biasanya mendorong konsumsi unggas. Selain itu, curah hujan yang tinggi juga bisa memicu kenaikan harga jagung.

Dari perspektif investasi saham, Ekky Topan menilai posisi saat ini sangat menarik untuk akumulasi. Ia merekomendasikan *beli* untuk saham JPFA di harga saat ini, yang telah berhasil berbalik arah dari titik *support* di Rp 1.440. Jika tren kenaikan berlanjut, saham JPFA berpotensi menguat ke level Rp 1.650, bahkan hingga Rp 1.840. “CPIN juga menunjukkan tanda-tanda *rebound* yang kuat, dengan target jangka pendek menguji level tertinggi sebelumnya di Rp 5.000, dan potensi jangka panjang mencapai Rp 5.600 jika momentum kenaikan terus berlanjut,” pungkas Ekky, memberikan sinyal positif bagi para investor di sektor *poultry*.

Berita Terkait

Bitcoin Meroket? Analis Prediksi Rekor Harga Baru dalam Waktu Dekat!
Saham Bank Bukan Raja Lagi? Ini Daftar Big Caps Terbaru!
IHSG 2025: Target Menggiurkan dari Analis, Saatnya Investasi?
Poultry 2025: Peluang Emas Semester II & Rekomendasi Saham
Lelang Sukuk Negara: Kemenkeu Lepas Tujuh Seri Baru
Kenapa Oli Motor Cepat Habis, Padahal Jarang Dipakai?
IPO Chandra Daya Investasi (CDIA) Banjir Peminat, Euforia Sesaat?
IHSG Sepekan Turun 0,47 Persen, Kapitalisasi Pasar Jadi Rp 12.070 Triliun

Berita Terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 22:02 WIB

Bitcoin Meroket? Analis Prediksi Rekor Harga Baru dalam Waktu Dekat!

Minggu, 6 Juli 2025 - 20:10 WIB

Saham Bank Bukan Raja Lagi? Ini Daftar Big Caps Terbaru!

Minggu, 6 Juli 2025 - 19:14 WIB

IHSG 2025: Target Menggiurkan dari Analis, Saatnya Investasi?

Minggu, 6 Juli 2025 - 16:12 WIB

Ayam Broiler Naik! Peluang Emiten Poultry di Semester II-2025?

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:51 WIB

Poultry 2025: Peluang Emas Semester II & Rekomendasi Saham

Berita Terbaru

Uncategorized

24 Calon Dubes Lolos Uji, Komisi I Puji Prabowo!

Senin, 7 Jul 2025 - 02:21 WIB

Technology

HP Android Ngadat? Ini 10 Solusi Ampuh Atasi Masalah!

Senin, 7 Jul 2025 - 01:26 WIB

Politics

Calon Dubes Lolos Uji DPR: Portofolio Mumpuni Jadi Kunci?

Senin, 7 Jul 2025 - 00:57 WIB