Kunci Kebangkitan Francesco Bagnaia di MotoGP: Jangan Tiru Marc Marquez, Saran Marco Melandri
Juara bertahan MotoGP, Francesco Bagnaia dari tim Ducati Lenovo, sedang menghadapi fase sulit sepanjang musim ini. Performa goyah yang dialami Pecco, panggilan akrab Bagnaia, tak luput dari perhatian mantan pembalap MotoGP, Marco Melandri. Dalam analisisnya, Melandri memberikan saran tak terduga: Bagnaia harus berhenti mencoba meniru gaya balap Marc Marquez jika ingin kembali ke jalur kemenangan.
Menurut Melandri, anomali performa Bagnaia dibandingkan tahun-tahun sebelumnya tak lepas dari pengaruh kuat Marc Marquez. Kehadiran Marc sebagai rekan setimnya di lintasan, yang malah tampil mendominasi kejuaraan, perlahan mengikis sesuatu dalam diri Bagnaia. Bukan hanya Marc, Melandri bahkan memperkirakan adiknya, Alex Marquez dari tim Gresini, turut menambah intensitas persaingan yang harus dihadapi pembalap berjuluk Nuvola Rossa itu.
Melandri menegaskan bahwa Bagnaia sejatinya tidak melambat dibandingkan musim lalu. Justru, kecepatan luar biasa Marc Marquez-lah yang membuat Pecco terlihat tertinggal. “Ini semua bergantung pada kecepatan Marquez, karena Bagnaia sejatinya sama sekali tidak melambat dibandingkan tahun lalu,” kata Melandri, seperti dikutip dari Motosan.es. Ia juga menyoroti performa melempem Bagnaia di MotoGP Italia 2025 lalu, yang seharusnya menjadi seri kandangnya. Melandri yakin, tanpa kehadiran kedua Marquez bersaudara pada level performa mereka saat ini, Bagnaia kemungkinan besar akan memenangkan setiap balapan.
Melandri mendasari keyakinannya setelah meninjau keluhan dan komentar Bagnaia yang sedang fokus pada aspek pengereman. “Kebutuhan untuk melaju lebih cepat pasti akan menimbulkan masalah ketika Anda harus melampaui kemampuan Anda,” tutur Melandri. Ia menjelaskan bahwa data menunjukkan Marc Marquez mengerem lebih lembut pada serangan pertama dan menggunakan rem belakang lebih awal. Pendekatan ini membuat motornya lebih stabil dan ban belakang bisa bekerja optimal.
Sebaliknya, Pecco cenderung lebih agresif saat pengereman dan sering melepaskan beban ban belakang terlalu awal. “Mengerem motor dengan satu ban, bukan dua ban, jadi itu lebih rumit,” kata Melandri, mengilustrasikan kesulitan yang dihadapi Bagnaia. Meningkatkan kemampuan seperti itu memang tidak mudah dan sangat bergantung pada gaya berkendara alami seorang pembalap.
Oleh karena itu, Melandri menekankan bahwa solusi bagi Bagnaia bukanlah dengan memaksakan diri meniru gaya Marquez yang berbeda. “Dari luar, mudah untuk menawarkan solusi. Padahal mengubah gaya berkendara itu tidak mungkin dan tidak wajar,” tegas Melandri. Ia menyarankan agar Bagnaia segera menemukan ‘feeling’ atau sensasi mengemudi dari dirinya sendiri. Bagnaia harus mencoba melupakan dominasi Marquez dan sepenuhnya fokus pada adaptasi dirinya dengan motor.
“Dan kemudian, jika Marc masih lebih cepat saat dia merasa nyaman, saya tahu sulit untuk mengatakannya, tetapi seseorang selalu muncul dalam balapan yang lebih cepat,” pungkas Melandri. Dengan demikian, kunci kebangkitan Bagnaia adalah kembali ke jati dirinya dan menemukan kenyamanan maksimal bersama Ducati, alih-alih terpengaruh untuk meniru gaya balap kompetitornya.